Dalam bergulirnya waktu yang membawa aroma kebersamaan dan penuh harap, bulan Ramadhan hadir sebagai panggung keagungan spiritualitas, Â sebuah persembahan keindahan spiritual yang mengalir begitu dalam. Tabir Singkat Ramadhan mengajak langkah kita ke dalam setiap helaian rahasia yang tersembunyi di balik tirai waktu, mengeksplorasi keanggunan puasa, kerindangan spiritualitas malam, hingga kejernihan jiwa yang terbentuk dalam pelajaran sosialnya.
Mengenai Ramadhan bukanlah hal yang tabu di telinga seluruh kaum umat iskam, begitu juga tidak sedikit dari masyarakat pemeluk agama lain yang mengenal akan momentum Ramadhan. Fase ini adalah menjadi suatu fenomena yang begitu penting dan bersejarah bagi seluruh umat, khususnya bagi umat islam itu sendiri. Namun tak banyak dari sekian juta kaum muslim  yang mengetahui esensi serta sejarah yang tertuang didalamnya, baik itu ditinjau dari sejarah awal Ramadhan sampai hal-hal penting yang tertuang pada bulan tersebut, sehingga bulan itu menjadi bulan yang begitu mulia dan agung, yang di dalamnya terdapat sebuah malam yang paling utama dari seribu bulan atau kerap disebut malam lailatul qadr.
Menurut salah satu ulama Madinah Syeikh Zain bin Ibrahim bin Zain bin Smith dalam karyanya "At-Taaqriirat as-sadidah fii al-masail al-mufidah" (Edisi ketiga 1425 H/2004) bulan Ramadhan merupakan bulan ke-9 dari bulannya arab, yaitu bulan yang paling utama. Dinamakan demikian, bahwa ketika orang arab memberikan nama-nama bulan tersebut bertepatan dengan cuaca yang sangat panas kala itu. Maka diberikanlah nama Ramadhan yang berasal dari kata Ar-ramdha yaitu artinya  cuaca yang sangat panas, dikatakan juga Yarmidhu ad-dzunuub yang berarti membakar dosa-dosa, yakni mengikis atau menghapus sagala dosa-dosa. Bulan Ramadhan juga selalu identik dengan ibadah puasa, yang pada asalnya ibadah ini sudah banyak terjadi yang dimulai  sejak manusia pertama hadir di muka bumi, yakni Nabi Adam AS. Oleh karenanya tidak menjadi hal yang asing lagi bagi masyarakat selain pemeluk agama islam akan hal ini, mereka juga melaksanakan ibadah puasa yang sama, hanya saja manhaj atau metode yang digunakannya itu sesuai kepercayaan masing-masing pemuka agama yang mereka anut.
Hukum islam itu telah mengatur seluruh aturan bagi umatnya sedemikian detailnya, sehingga menjadikan penganutnya nyaman dalam menjalani segala perintah yang diterapkan didalamnya, sebab hal itu telah diterapkan secara bertahap, sesuai konteks dan faktor yang ada pada masa itu. Yang tujuan dari hukum diberlakukn demikian, tak lain agar umat islam tidak merasa keberatan dan terkejut dengan ketetapan yang ada. Oleh karena itu, setiap peraturan hukum dalam Islam memperlihatkan sejarah dan tahapan penurunan yang beragam, termasuk dalam kaitannya dengan pelaksanaan puasa Ramadhan.
- Puasa
Merujuk pada karya "Misteri Bulan Ramadhan" karya Yusuf Burhanuddin, Imam Al-Qurthubi mengungkapkan bahwa Nabi Nuh AS dianggap sebagai figur pertama yang melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan. Tindakan puasa ini dilakukan oleh Nabi Nuh AS sebagai bentuk ibadah syukur kepada Allah SWT atas keselamatan dirinya dan komunitasnya setelah menghadapi badai yang melanda negeri mereka.
Puasa yang dilakukan pada masa Nabi Nuh AS bersifat sebagai ungkapan rasa syukur, meskipun belum ada perintah yang menyatakan kewajiban berpuasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan. Nabi Nuh AS tidak menjalankan puasa sepanjang bulan karena pada waktu itu belum ada perintah yang mengharuskannya.
Sebaliknya, pandangan Syekh Sulaiman Ahmad Yahya Al Faifi dalam "Ringkasan Fiqh Sunnah Sayyid Sabiq" menyatakan bahwa perintah berpuasa di bulan Ramadhan diterima pada zaman Nabi Muhammad SAW. Puasa Ramadhan pertama kali diwajibkan pada tahun kedua Hijriah, tepatnya pada hari Senin, tanggal 10 Syaban tahun ke-2 Hijriah, atau setahun setengah setelah Rasulullah SAW dan umatnya berhijrah dari Makkah ke Madinah. Dan dari saat perintah puasa Ramadhan diberlakukan hingga wafatnya Rasulullah SAW, beliau telah menunaikan puasa sebanyak sembilan kali dalam rentang sembilan tahun.
Sebelum datangya perintah puasa Ramadhan dari Allah SWT, Nabi Muhammad SAW dan umatnya pun telah melakukan ibadah puasa disetiap bulannya pada tanggal 13, 14, 15. Begitu juga sang putra mahkota Abdullah beserta umatnya melakukan hal yang sama pada bulan 10 Muharram atau juga disebut Asyura. Perintah ibadah puasa Ramadhan secara langsung di turunkan pada saat 18 bulan Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, lebih tepatnya pada bulan Sya'ban di tahun kedua hijriah dengan diturunkannya surat Al-Baqarah ayat 183,
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.
      Ayat tersebut menunjukan kewajiban berpuasa bagi orang-orang yang beriman sebagaimana orang terdahulu melakukan ibadah tersebut. Ibadah ini bertujuan agar umat islam lebih diharapkan untuk dapat menjauhi larangan-Nya, dengan menahan dari segala sesuatu yang membatalkan puasa itu sendiri baik secara dzhohir ataupun menggugurkan nilai ibadah tersebut.