Mohon tunggu...
Politik

Parpol Masa Milenial

2 Oktober 2018   21:07 Diperbarui: 2 Oktober 2018   21:27 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah negara diwajibkan untuk bisa memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Maka dari itu, dibuatlah partai-partai politik yang bertugas untuk melaksanakan tugas tersebut. Sebuah partai politik diharapkan bisa membawa masyarakat Indonesia ke kesejahteraan hidup yang lebih tinggi. Seperti yang tercantum di UU No.2 Tahun 2008 Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara.

Namun, apakah semua tujuan dan harapan bangsa Indonesia terhadap Partai Politik tersebut sudah tercapai? Kenyataannya, parpol parpol  Indonesia mempunyai segudang problematika. Mulai dari terjeratnya anggota anggota parpol dengan korupsi, sampai anggota parpol yang tidak punya komitmen sama sekali.

Pada dasarnya, partai politik itu mempunyai tujuan dan perasaan yang sama demi mencapai kepentingan bersama. Penyataan ini merupakan apa yang diharapkan masyarakat guna mencapai kesejahteraan bersama. Pada kenyataannya partai politik sekarang mempunyai tujuan dan perasaan yang sama demi mencapai kebutuhan masing masing anggota partai politik tanpa memikirkan bagaimana bangsa ini kedepannya. Mengapa begitu? Lihat saja berapa banyak anggota dari partai partai politik yang terjangkit masalah Korupsi. Hampir semua partai politik yang terdaftar di Indonesia terjangkit masalah korupsi yang kemudian di proses oleh KPK (Komisi Pembarantasan Korupsi).

Belum juga anggota anggota yang lainnya yang seakan akan tidak ada komitmen untuk menjadi seorang perwakilan dari rakyat. Banyak dari mereka tertidur didalam rapat-rapat yang diselenggarakan oleh DPR atau MPR. Mereka seakan akan menganggap permasalahan politik yang ada di Indonesia merupakan hal yang Minor atau masalah yang sepele.   Mereka mereka yang mempunyai "tujuan dan kepentingan yang sama" pun terkadang ricuh. Tidak terima dengan keputusan yang diperoleh dari hasil musyawarah bersama, mereka yang "berkepentingan sama" kemudian marah. Melempar dan memukul barang barang yang ada disekitar mereka.

Kader dalam partai yang di usung untuk mecapai kekuasaan bukanlah alat untuk partai mendapatkan jumlah kursi dewan. Namun jika kita perhatikan, partai mengusung kader terkuat untuk memegang kekuasaan guna mendapat kursi terbanyak di dewan. Seakan akan kekuasaan adalah sebuai alat untuk bermain-main.

Bahkan, mereka pun berani mencalonkan eks napi korupsi sebagai anggota untuk parpol mereka. "Memangnya partai politik kekurangan kader apa sampai misalnya mencalonkan lagi yang mantan napi koruptor"  ujar Laode Muhammad Syarif selaku wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jika memang eks napi koruptor bisa mencalonkan diri sebagai anggota parpol, lalu kenapa kita jika ingin melamar kerja harus meminta Surat Keterangan Catatan Kepolisian. Seharusnya kita yang bukan eks napi melainkan hanya warga biasa yang berhak untuk mencalonkan diri. Lalu untuk apakah surat SKCK itu?

Belum lagi kasus yang terjadi di DPR kota Malang belakangan ini pada 11 September 2018. Sebanyak 41 dari 45 anggota DPR di kota Malang terjangkit masalah korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. 41 anggota bukanlah angka yang kecil melainkan sangat sangat banyak. Bagaimana bisa hanya tersisa 4 orang yang jujur dalam melaksanakan tugasnya dalam sebuah Parpol? Apakah anggota parpol hanya berniat untuk Korupsi?

Jika kita lihat dalam sejarah Bangsa Indonesia, khususnya pada partai politik resmi pertama Indische Partij yang dibuat oleh Ernest Francois Eugene Douwes Dekker. Problematika tersebut sangatlah bertolak belakang dengan apa yang terjadi pada sejarah Indonesia.

Pada saat itu, Indische Partij yang dipimpin oleh Dekker sangat berkomitmen untuk bisa melepaskan Indonesia dari jajahan kolonial Belanda yang sangat kejam. Mereka rela berkorban berkeliling Nustara menghabiskan tenaga, waktu dan usaha hanya untuk Indonesia yang merdeka.

Berkali kali Douwes Dekker menyindir pemerintahan masa itu dan berkali kali pula ia dan teman teman dekatnya diasingkan ke tempat tertentu untuk membungkam segala suara yang keluar dari mulut Dekker dan kawan kawannya. Walaupun begitu semangatnya untuk Indonesia tidak pernah padam walaupun dia sendiri keturunan orang Belanda

Hal-hal yang seperti ini yang seharusnya sekarang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Walau kita sudah merdeka tapi semangat untuk membuat Indonesia lebih maju tidak boleh sekali pun padam. Namun, kemakah semangat-semangat itu?. Melihat hal-hal yang telah diperbuat oleh parpol parpol zaman sekarang membuat masyarakat resah dan tidak percaya lagi dengan suara mereka sendiri. Yang mereka biasa gunakan untuk memilih dan memilah calon calon kader yang mereka harap bisa menuntut mereka ke jalan yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun