Mohon tunggu...
Fiqie Anbiya
Fiqie Anbiya Mohon Tunggu... -

Staff Pascasarjana Universitas Paramadina, pehobi berbagai aktifitas sport, menyukai hal mengenai lingkungan alam, travelling, visual art, kerajinan tangan dan science technology

Selanjutnya

Tutup

Politik

“Menyadap” AS Melalui Australia ibarat Tetangga yang Tidak Baik

1 November 2013   20:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:43 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="392" caption="http://www.channel4.com/news/articles/science_technology/how%2Bare%2Bmobile%2Bphones%2Bhacked/3257227.html"][/caption]

Ibarat manusia hidup bertetangga dan bersosialisasi adalah hal yang normal, bahkan tanpa pamrih akan selalu siap membantu jika salah satu tetangga itu selalu berperilaku baik hingga terasanya kedekatan seperti keluarga sendiri. Namun demikian, masing-masing tetap mengetahui secara etika garis-garis yang tidak boleh di lewati antar sesamanya.

Gambaran diatas rasanya tidak tepat jika kita tujukan kepada salah satu Negara besar yang menjalin kerjasama dengan Indonesia yaitu Amerika Serikat (AS). Seperti pemberitaan yang belakangan ini cukup hangat tidak hanya di Indonesia namun di beberapa negara besar lainnya baik Eropa dan Asia yang menjadi sasaran penyadapan oleh AS dan 4 negara lain yaitu Inggris, Kanada, Selandia Baru dan Australia yang tergabung dalam gerakan rahasia ini.

Sementara di Indonesia, penyadapan dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas diplomatik Australia di Indonesia untuk memasang antena penyadap oleh Direktorat Sinyal Pertahanan Australia (DSD).

Bagaimana kiranya kita menyikapi tetangga yang berperilaku tidak baik ini?

Menegur dan minta agar tidak mengulangi perlakuan yang tidak terpuji tersebut tentunya.

Tampaknya inilah yang dilakukan Indonesia termasuk Negara lain yang merasa komunikasinya terintervensi oleh jaringan penyadap AS tersebut. Walaupun berdalih untuk menguak jaringan terkait terorisme dan tidak ada kerugian materil secara langsung tapi tidak memungkinkan seluruh informasi lainnya yang tersadap akan dapat dijadikan alat strategis untuk menyetir dan dapat merugikan Negara Indonesia.

Tidak ada alasan bagi AS untuk tidak melakukan penyadapan lagi, jika menolak tidak mungkin SBY dan petinggi Indonesia lainnya menerima segala pembicaraanya di sadap terang-terangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun