Malam tiba. Seluruh rombongan menutuskan tinggal menginap di rumah sederhana orang tua almarhum, yang sebagian badan rumahnya berada di atas laut. Berusaha memenuhi tiap ruangan dengan tawa. Paling tidak hendak memberikan kesan, bahwa IMM Sulteng, akan selalu hadir sebagai anak bagi keduanya, dan tentu masih dapat mewakili Ibrahim untuk melanjutkan cita-citanya.
Esoknya, rombongan bekerja bersama, membenahi beberapa titik kerusakan rumah orang tua Ibrahim. Sebagian anggota rombongan lain juga ambil peran membersihkan lingkungan dusun, masjid dan pekuburan umum. Selama 2 hari sebelum kembali ke Palu, rombongan terus bekerja membersihkan apa saja, membenahi apapun yang patut, karena saat kembali, tentu akan meninggalkan duka baru bagi Kudrin dan Damutia, sebab mereka akan kembali berjibaku melawan rindu dan sunyi. Entahlah, sebab sebagian besar dari perjalanan hidup adalah keberlangsungan misteri. Apa yang akan terjadi esok, adalah tanda tanya dan ketidakpastian. Kita, termasuk penulis, adalah elemen kecil yang kadang-jika tak dikatakan mesti-harus sadar diri, bahwa ada kekuatan besar dibalik kemegahan semesta. Yang dengan itu, manusia hanya mampu berusaha memenuhi kadar-kadar ketetapan, lalu selanjutnya menyerahkan sepenuhnya pada Sang Penentu, pemilik kekuatan Maha Dahsyat yang mengatur semesta, Allah SWT.
Semoga saja, pasangan Kudrin dan Damutia, suatu saat akan menjemput bahagia dalam moment yang berbeda.
(*penulis adalah Sekretaris Koordinator Wilayah Forum Keluarga Almuni IMM Sulawesi Tengah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H