Sabar itu, warnanya apa, Bunda?
Jika aku melukiskannya dengan crayon kuning, bolehkah?
Boleh, Sayang.
Sesukamu, lukis dengan sebanyak warna yang kau suka
Eh, Bunda ...
Boleh aku gambarkan sabar dengan pelangi seperti yang kita lihat tadi sore?
Ya, seperti pelangi, Ananda!
Kumpulkan segala warna indah yang kamu miliki,
Merah, hijau, jingga, semaumu!
Semakin kau sukai warna pelangimu,
kau akan semakin betah berlama-lama dengannya
Bunda, lengkungannya sepanjang apa?
Aku melukiskannya dari ujung kertas ke ujung yang lainnya
Sepanjang yang kau bisa, Manisku.
Pelangi itu indah, bukan? Maka panjangkan saja lengkungannya
Taraaaa, 'lukisan sabarku' sudah selesai, Bunda!
Aku pajang dimana ya? Di kamarku atau kamar Bunda?
Tidak, Anakku.
Simpanlah ia di hatimu.
Agar kau mudah menemukan pelangi, kapanpun.
Tidak perlu kau tunggu hujan
Tidak perlu juga kau tunggu badai
pelangi sabarmu tak jauh-jauh,
karena kau telah meletakkannya dalam hatimu.
####
Nati Sajidah
Jakarta, 27 April 2011
Â
Puisi ini dijadikan puisi pembuka sekaligus judul buku perdana saya CRAYON UNTUK PELANGI SABARMU (Natisa: 2015, Quanta Elexmedia). Sebuah buku berisi kumpulan tulisan menguatkan kesabaran.Â
Tulisan lainnya di www.pelangisabar.blogspot.com