Mohon tunggu...
Nathanael Pribady
Nathanael Pribady Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penulis di JapaneseStation, Get it K, dan Dreamers Radio. Councillor di CrowdVoice. Pecinta kultur Jepang dan Indonesia. Bercita-cita menjadi seorang jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Fantasi] Lavrocheit, Dunia Penuh Kebohongan

17 September 2014   04:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:28 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nathanael Pribady
No. 47

Tak. Tok. Tak. Tok. Suara detak jantung sepatu pantofel Mim terdengar sampai seluruh penjuru dunia Lavrocheit, dunia dimana tak ada kasus pembunuhan, perampokan, penyiksaan. Sebuah dunia yang mungkin dibilang tabula rasa oleh John Locke karena begitu bersih dan putihnya dunia ini. Mim baru saja sampai dari bumi, dengan mengendarai sepatu pantofel mengilap nan lancip, dia dapat sampai di Lavrocheit tanpa alasan cukup jelas, ketika ia sedang berjalan menyusuri lorong bawah tanah rumahnya, tiba-tiba saja ia tertarik ke belakang dan pingsan. Pada akhirnya ia terbangun dengan mata berbinar layaknya Archimedes yang telah menemukan hukum mengukur volume benda.

“Siapa kamu? Mengapa dapat berada disini?” Tanya seorang gadis cantik yang elok rupanya, berkulit putih, berambut panjang rapih, mata bersinar cerah, dan bibir yang tipis mengilap layaknya seorang dewi dengan nada lembut. “Saya..” Jawab Mim dengan gemetar karena ia merasakan charisma yang begitu besar dari perempuan ini. “Ah, apakah kau hendak mengotori dunia ini?” tanyanya lagi sebelum Mim menjawab pertanyaan pertama. “Tidak, tidak, nama saya Mim, saya dari bumi, saya dapat sampai disini karena…,” jawab Mim panjang lebar menjelaskan mengapa ia dapat datang ke Lavrocheit.

“Ya, baiklah kalau begitu, firasatku benar bahwa tak ada niat jahat dalam dirimu, semoga saja benar. Perkenalkan, nama saya Pi, mari duduk,” terlihat sebuah bangku terbuat dari kayu yang entah jenisnya apa di belakang mereka, tiba-tiba saja bangku itu muncul yang membuat Mim terperanjat. “Seperti apa di bumi?” Tanya Pi membuka pembicaraan sambil memetik bunga biru cerah. “Di bumi yang saya tinggali sangat sejuk layaknya dunia ini, suara gemericik air dipadu dengan alunan gesekan viola yang lembut dengan udara sejuk di sekitar pepohonan,” jawab Mim sambil memejamkan matanya.

“Dimanakah kamu tinggal? Dari sini saya dapat melihat bumi adalah dunia dimana banyak sampah bertebaran dan asap yang sepertinya tidak mengenakan untuk menghirupnya, ditambah lagi banyak orang-orang yang suka menyelak ketika berbaris, memarkir sembarangan, mencari uang dengan hanya menyodorkan tangan, dan lainnya,” jawab Pi dengan dahi yang mengerut. “Bagaimana kau mengetahui hal itu yang bahkan saya orang bumi tidak mengetahuinya?” tanya Mim dengan heran. “Beberapa waktu lalu, ada satu orang dari bumi juga datang ke dunia ini, awalnya kami mengobrol sama seperti apa yang kita lakukan sekarang, dia menceritakan kehidupan di bumi tetapi pada akhirnya ia meninggalkan dunia ini dengan mengambil bunga abadi dimana orang yang mengambilnya tidak akan meninggal dan dalam waktu dekat akan mempunyai sebuah kekuatan yang melebihi rasio manusia.”

“Betulkah? Kalau begitu, apa yang dunia ini lakukan? Ehm, maksud saya dunia Lavrocheit ini lakukan?” Tanya Mim yang agak kebingungan karena tidak percaya apa yang dikatakannya. “Kami sudah melakukan segala hal tetapi jika orang bumi melihat kami secara langsung, mereka akan segera meninggal, hanya orang yang sudah pernah ke Lavrocheit ini yang takkan meninggal ketika melihat kami,” Pi menjelaskan. “Dimana orang itu sekarang berada? Saya akan mencoba mengambil dan mengembalikan bunga itu!” Jawab Mim dengan suara cukup kencang dan berapi-api. “Benarkah? Kalau begitu marilah masuk ke rumah sederhana kami,” sahut Pi dengan nada sangat halus, “kamu takkan dapat mengambilnya dengan kondisi seperti ini.” Mim dan Pi pun akhirnya sampai di rumah yang Pi katakan sederhana.

Sebuah istana megah berdiri kokoh di hadapan Mim dan Pi, dengan luas sekitar 100 hektar terlihat taman berwarna-warni dan ribuan domba putih bersih berada disana, “Aneh sekali, banyak pepohonan disini tetapi tak sesejuk disbanding dengan apa yang ada di bumi.” Suara pertama Mim pun terdengar setelah selama beberapa menit terpaku melihat kemegahan rumah sederhana menurut Pi itu. “Syukurilah kalau begitu, duniamu dan duniaku mempunyai keunikan dan kelebihan sendiri, serta kekurangan sendiri, syukurilah apa yang kau punya,” jawab Pi dengan suara yang semakin halus dan lembut. “Ya,” hanya satu kata yang dapat dikatakan Mim.

Mereka berdua pun melewati sebuah gerbang besar berwarna hitam pekat dimana banyak pahatan detail terdapat di setiap inci tanpa sebuah kesalahan dalam gerbang itu. Mereka pun sampai di pintu masuk, dibukanyalah pintu itu dan injakan kaki pertama Mim membuat jantungnya makin berdegup kencang dan bulu kuduknya pun seketika berdiri. Langit-langit rumah sederhana itu mencapai tinggi 10 meter dengan lukisan-lukisan indah, goresan kuas di lukisan-lukisan itu terlihat seperti goresan dari lukisan Rembrandt, tetapi Mim tidak memercayainya karena kedua dunia ini berbeda.

“Mari masuk kedalam,” bisik Pi dan dia membuka pintu dimana banyak orang sedang berbincang-bincang dan bersenda gurau disana, terlihat banyak ksatria yang gagah dan tegap, perempuan yang terlihat seperti Venus de Milo, serta ratusan orang bertopi layaknya gambaran seorang penyihir di bumi, topi lancip berbintang dilengkapi dengan jenggot putih tebal meyakinkan Mim bahwa mereka adalah penyihir baik. “Oh, inikah yang diramalkan oleh Rama dan saudara kembarnya Lan? Benarkah, Pi?” Teriak seseorang dari belakang dengan kumis tipis dan kacamata tebal sambil berjalan mendekati mereka.

“Ramalan? Ramalan apa, Pi? Apa maksudnya ini?” Tanya Mim dengan keheranan setelah semua orang yang berada disana mendekatinya dan dilihat merekalah kaki sampai ujung rambut Mim. “Oh, maaf Pi, saya lupa menjelaskan satu hal. Ada sebuah ramalan dari dua orang penduduk negara ini yang ramalannya sudah sangat tepat dari jaman seorang seniman berbakat bernama,” “Rembrandt!” Saut Mim memotong pembicaraan, “maaf saya memotong pembicaraan, silakan dilanjutkan.” “Betul, orang itu bernama Rembrandt, kedua peramal ini mampu meramal dengan tepat berkali-kali sampai kedatanganmu hari ini, dan kata-kata terakhir mereka sebelum meninggalkan Lavrocheit adalah bahwa aka nada satu orang penyelamat dari bumi yang akan mengambil dan mengembalikan lagi bunga yang telah dicuri.” Jelas Pi dengan panjang lebar. “Oh, apakah kalian bermaksud itu adalah saya? Saya memang akan mencoba mengambil bunga itu tetapi saya tak yakin akan berhasil karena saya tak mempunyai apa-apa, hanya sebuah keberanian senjata utama saya dan jika saya sedikit saja ceroboh maka ramalan itu takkan terwujud.”

“Maka dari itu kami akan membantu dengan sepenuh kekuatan kami, bunga itu adalah satu-satunya bunga di seluruh Lavrocheit dan tentunya tak ada di bumi,” jawab seorang perempuan yang memakai kalung bertuliskan Sapere Aude. Dia adalah pemikir paling handal dan tentunya suka mengajak orang-orang untuk terus berpikir dan meminimalisir imajinasi berlebihan tanpa perbuatan. “Kami akan menyiapkan segala yang kamu butuhkan besok siang, sekarang istirahatlah dan simpan tenagamu.” Seorang vraitje membawa Mim  ke sebuah kamar yang sangat besar, kira-kira dapat menampung 20 orang tetapi hanya terdapat satu tempat tidur. Vraitje bukanlah perempuan dan laki-laki, mereka adalah transgender yang dikucilkan dan pada akhirnya dijadikan pembantu di Lavrocheit, hanya ada 5 vraitje dan semuanya berasal dari bumi yang juga tertarik ke Lavrocheit tanpa alasan yang jelas.

Mim pun tertidur, tertidur selamanya, tertidur dalam mimpi buruk dan rasa khawatir akan apa yang terjadi dengan dunia setelah ini. Dari ujung langit dia dapat melihat apa yang terjadi sebelumnya dengan tubuhnya. Lavrocheit yang ia pikir adalah sebuah negara bersih dan suci ternyata penuh kebusukan, ia melihat seorang yang berperawakan kurus dan bongkok layaknya orang tak bertulang yang dapat menggerakkan tubuhnya sesukanya menghirup sebuah bunga yang ia yakini adalah bunga abadi lalu berubah wujud menjadi orang yang dikenalnya sebagai Pi, para penyihir dan seluruh kota itu adalah wujud imajinasi dirinya yang dimanipulasi oleh si kurus tanpa tulang ini. Yang terakhir ia lihat dari atas adalah ketika Pi mencucukkan tangannya kedalam gelas yang ia minum sebelum tidur, dan pada akhirnya ia tertidur selamanya dan tak lagi dapat ia bayangkan nasib dunia ini, dunia bumi dan Lavrocheit yang penuh kebohongan, satu hal dalam benaknya, apa yang terjadi jika orang di Lavrocheit dapat dengan mudahnya pergi ke bumi? Ia menutup matanya dan berlutut berdoa.

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Hasil Karya Peserta Event Fiksi Fantasi (cantumkan link akun Fiksiana Community tersebut di setiap karya Anda).

Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community (cantumkan link FB tersebut di karya Anda)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun