Saya merupakan salah satu mahasiswa yang mengikuti Program Asistensi mengajar di Man 1 Malang bersama dengan 18 orang lainnya dengan departemen yang beragam dan universitas yang sama. Dari departemen pendidikan sosiologi, kami berjumlah 6 orang dari kelas yang berbeda. Sebelum terjun melakukan program asistensi mengajar, saya dan teman-teman melakukan observasi dan konfirmasi kepada pihak madrasah terkait program yang akan kami jalankan. Selain itu, kami juga melakukan konsultasi terkait waktu yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan asistensi mengajar yang akan di dampingi oleh dosen pembimbing lapangan dari jurusan pendidikan sosiologi, yakni Bapak Luhung Achmad Perguna.
      Setelah dilakukan pengantaran, pada hari-hari berikutnya kami sudah mulai berkolaborasi dengan pihak madrasah untuk menjalankan program yang ada. Setelah pengantaran, kami berkumpul dengan guru pamong masing-masing untuk pembagian kelas mengajar. Kebetulan kami berenam, sehingga dibagi 2 tim, 3 orang pertama mengajar kelas X yang dibimbing oleh salah satu Guru Pamong Sosiologi yakni, Ibu Nur Lailatul Jannah. Sedangkan 3 orang lainnya kebagian kelas XI yang dibimbing oleh Guru Pamong lain, yakni Bapak Afahlul Nur Faizin.
     Pada minggu pertama, kami melakukan observasi bersama Guru Pamong sebelum nantinya akan terjun mengajar untuk mengenal terlebih dahulu karakteristik siswa. Saya kebagian mengajar kelas XD dan XE, sedangkan 2 teman lainnya, yakni Zainal kebagian mengajar kelas XA dan XI, kemudian yang terakhir adalag Sofea yang kebagian mengajar kelas XB dan XC. Pada minggu kedua, saya dan yang lainnya sudah mulai mengajar dikelas masing-masing. Kita bertiga tetap saling mendampingi selama beberapa minggu, guna untuk membantu dalam hal dokumentasi ataupun sebagai operator.  Â
      Saat mengajar, saya jadi mengetahui betapa sulitnya berdiri didepan banyak orang dan tatapan tertuju ke saya semua. Namun, seiring berjalannya waktu saya bisa mengatasi ketakutan tersebut dan justru merasa nyaman bersama anak-anak karena sudah saling mengenal dan saya memahami karakteristik mereka. Dalam pembelajaran yang saya lakukan, Saya menggunakan beberapa model pembelajaran yang menurut saya tidak membuat mereka bosan. Model ini saya sesuaikan dengan jam mengajar Saya yang dilakukan setelah istirahat pertama pada XE dan pada istirahat kedua setelah sholat dhuhur pada XD.
     Tak hanya berfokus pada kegiatan akademik, mahasiswa AM juga diberikan penugasan pada kegiatan non akademik, diantaranya seperti piket tatib, piket perpus, maupun piket KBM. Sebelum itu, pada pagi harinya sesuai pembagian piket, kami diharuskan menjaga gerbang dan bersalaman dengan siswa sampai jam masuk dimulai. Kemudian, kami menjalankan piket sesuai pembagian yang ada. Piket tatib dilaksanakan mulai saat kegiatan bersalaman dengan siswa untuk melihat kelengkapan atribut, keterlambatan,dan kesesuaian seragam. Kemudian dilanjut di ruang tatib untuk merekap surat perizinan, surat dispensasi, maupun merekap presensi kehadiran setiap kelas. Selanjutnya untuk piket KBM dilakukan dengan memencet bell yang menandakan waktunya pergantian jam, waktunya istirahat, maupun pulang. Tak hanya itu, di KBM jjuga diharuskan berkeliling setiap 2 jam sekali untuk melihat kehadiran guru di dalam kelas. Terkadang ketika piket KBM kita juga diharuskan menggantikan guru yang berhalangan hadir untuk mengisi kelas kosong. Kemudian, yang terakhir adalah piket perpus yang didalamnya mencakup kegiatan bersih buku, mengepel dan menyapu, serta merekap peminjaman maupun pengembalian buku.
      Selama saya mengikuti program ini rasanya cukup keteteran. Akan tetapi, program ini kini berakhir pada tanggal 14 Juni 2024 yang ditandai dengan Desiminasi proker dan penjemputan mahasiswa AM. Hal ini justru membuat saya merindukan momen saat melaksanakan kegiatan asistensi mengajar. Utamanya momen saat mengajar anak-anak kelas XD yang sangat pandai dan meyukai model ajar debat serta kelas XE yang menyukai model pembelajaran yang melatih otot gerak. Tak hanya itu, momen yang paling berkesan adalah berkumpul dengan 18 mahasiswa AM yang memiliki karakteristik yang berbeda. Hal ini menimbulkan sering adanya konflik tapi juga banyak canda tawa didalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H