Mohon tunggu...
Nathasya kusuma
Nathasya kusuma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka topik tentang bisnis

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Dari Margin of Safety ke Target Laba: Strategi UMKM Batik Tulis Abstrak Pandono untuk Bertahan dan Berkembang

10 Desember 2024   18:00 Diperbarui: 10 Desember 2024   15:48 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

 Kampung Batik Laweyan merupakan salah satu pusat industri batik yang unik dan terkenal di Kota Surakarta yaitu suatu wilayah yang telah ditetapkan sebagai fungsi pariwisata. Hingga saat ini, terdapat sekitar 88 produsen batik dan lebih dari 50 gerai yang memproduksi serta menjual berbagai jenis batik.Kampung yang ditandai dengan jalan-jalan sempit, rumah-rumah berketinggian tinggi, dan saling berdempetan ini memiliki daya tarik tersendiri. Tempat ini menarik perhatian wisatawan, akademisi, serta media dari dalam dan luar negeri yang tertarik akan sejarah dan keindahan batik lokal. Dari banyaknya pengrajin batik di kawasan ini tentunya setiap pengrajin memiliki keunikannya masing-masing, seperti pada Batik Tulis Abstrak Pandono contohnya. Indutri batik milik Bapak Pandono ini telah berdiri sekitar 1970-an mempunyai ciri khas yang unik dalam motif batiknya. Seperti tertera pada namanya yaitu "abstrak", motif ini lebih menekankan pada permainan garis dan warna yang memunculkan bentuk-bentuk ekspresif. Maksudnya dalam proses pembatikannya tanpa menggunakan pola sebelumnya terlihat seperti coret-coretan namun sesuai dengan intuisi sang pengrajin. Meskipun terkesan awut-awutan tetapi inilah yang menjadi ciri khas dari batik abstrak tersebut. 

   Dalam dunia bisnis, terutama dalam sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), menjaga kelangsungan usaha sembari meraih pertumbuhan menjadi suatu tantangan yang rumit. Sebagai UMKM yang beroperasi di bidang kerajinan, Batik Tulis Abstrak Pandono harus menghadapi dinamika pasar yang menuntut tidak hanya kualitas produk, tetapi juga efisiensi dalam pengelolaan biaya. Oleh karena itu, analisis biaya-volume-laba (BVL) menjadi metode yang penting untuk memahami keadaan keuangan bisnis, mulai dari titik impas hingga perencanaan target laba. Analisis BVL membantu UMKM memahami titik impas atau break-even point (BEP), yaitu keadaan di mana pendapatan dari penjualan dapat menutupi semua biaya tetap dan variabel. Berdasarkan perhitungan, Batik Tulis Abstrak Pandono perlu mencapai penjualan sebanyak 31 unit batik tiap bulannya atau setara dengan Rp9.300.000 agar dapat mencapai titik impas. Pemahaman akan BEP memberikan dasar yang kukuh bagi pemilik untuk memastikan operasional tetap berlangsung meskipun dalam kondisi fluktuasi pasar. Metode analisis yang diterapkan mencakup perhitungan margin kontribusi, yaitu pendapatan dari penjualan dikurangi biaya variabel, yang menunjukkan margin yang tersisa untuk menutup biaya tetap. Dengan margin kontribusi senilai Rp13 445.000 dan total biaya tetap sebesar Rp8. 137. 097, UMKM ini mampu melakukan perhitungan laba operasi serta risiko kerugian dengan lebih akurat.

   Salah satu elemen yang sangat penting dalam analisis BVL adalah margin of safety (MOS), yang berfungsi untuk menilai seberapa besar penjualan aktual melebihi titik impas. Dalam konteks UMKM Batik Tulis Abstrak Pandono, MOS tercatat mencapai 19 unit atau setara dengan Rp5. 700. 000. Ini menandakan bahwa UMKM tersebut memiliki ruang yang cukup luas untuk menghadapi potensi penurunan penjualan sebelum berada pada titik kerugian. Namun, tingginya degree of operating leverage (DOL) sebesar 2,533 menunjukkan bahwa perubahan kecil dalam penjualan dapat berdampak signifikan terhadap laba perusahaan, baik secara positif maupun negatif. Oleh karena itu, pengelolaan risiko menjadi aspek yang sangat krusial untuk menjamin keberlangsungan usaha. Sebagai langkah strategis untuk tumbuh, Batik Tulis Abstrak Pandono menetapkan target laba bulanan sebesar Rp3. 000. 000, yang setara dengan 20% dari total penjualannya. Untuk mencapai target ini, UMKM perlu meningkatkan penjualannya dari 31 unit menjadi 41 unit per bulan. Sasaran ini memberikan panduan yang jelas bagi perusahaan dalam merancang strategi pemasaran, meningkatkan produktivitas, dan mengoptimalkan sumber daya yang ada. Analisis BVL berfungsi sebagai alat perencanaan yang tidak hanya membantu dalam memahami posisi keuangan saat ini, tetapi juga memberikan arahan konkret untuk mencapai tujuan di masa depan. Dengan menetapkan target penjualan yang didasarkan pada perhitungan yang terukur, UMKM dapat lebih efektif dalam mengelola struktur biaya tetap dan variabel.

   Untuk mencapai target pertumbuhannya, Batik Tulis Abstrak Pandono perlu menerapkan beberapa strategi. Pengelolaan biaya yang efisien, diversifikasi produk dan pasar, serta pemanfaatan teknologi sederhana dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing. Selain itu, analisis risiko dan pengembangan sumber daya manusia juga penting untuk menghadapi dinamika pasar yang terus berubah. Dengan mengadopsi pendekatan analisis keuangan modern, UMKM ini mampu merancang strategi yang lebih terukur dan berorientasi pada hasil. Contoh keberhasilan Batik Tulis Abstrak Pandono ini diharapkan dapat menginspirasi UMKM lain di Indonesia untuk menerapkan pendekatan serupa dalam menghadapi tantangan bisnis yang semakin kompleks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun