Dalam kondisi pandemi ini, anjuran untuk tetap berada di rumah menjadi cara yang dipandang sangat efektif dalam mengurangi penyebaran virus COVID-19. Beberapa institusi pendidikan dengan sangat cepat mengambil keputusan untuk "merumahkan" siswa maupun tenaga pendidik mereka.
Sebagai salah satu pionir program studi (prodi) dengan pendekatan daring (distance learning) di Indonesia, Prodi PJJ (Pendidikan Jarak Jauh) Ilmu Komunikasi UPH membagikan tips untuk para tenaga pendidik di Indonesia agar meningkatkan kemampuan dasar mereka dalam mengadopsi teknologi pembelajaran online. Tips ini disampaikan oleh Rambu Naha, S. I. Kom., M. I. Kom -- Acting Ketua Prodi PJJ Ilmu Komunikasi UPH dengan 3 huruf F, D, I agar lebih mudah diingat oleh para guru. Berikut tips-nya:
F -- Format Kelas
Hal pertama yang perlu disadari adalah guru harus menentukan format kelas yang akan dibawakan. Apakah itu asinkronus atau sinkronus? Bila ingin mengajar dalam format asinkronus, berarti para guru harus memberikan materi ajar dan aktivitas lainnya pada waktu yang berbeda dengan waktu mahasiswa mengaksesnya. Sedangkan sinkronus berarti anda secara termediasi dapat berinteraksi langsung dengan mahasiswa. Namun, tentunya tidak efektif bila hanya dijalankan salah satu.
"Di PJJ Ilmu Komunikasi UPH, format kelas yang digunakan adalah menggabungkan kedua format ini. Format asinkronus digunakan dengan mengirimkan materi sesi tersebut dalam video lecturing atau bahan referensi lainnya. Di akhir sesi, mahasiswa dapat diberikan tugas ringan hanya untuk menguji pemahaman mereka akan materi yang diberikan. Biarkan mahasiswa menghabiskan waktu belajar mandiri, dan para guru dapat mengevaluasi tugas mahasiswa. Setelahnya, guru dapat mengevaluasi tugas mahasiwa melalui sesi sinkronus untuk berdiskusi membahas hal-hal yang belum dimengerti," Jelas Rambu.
D -- Design
Desain pembelajaran sangat penting untuk direncanakan dalam menentukan strategi sistem belajar-mengajara. Rambu menyatakan bahwa ada 4 fase yang harus dipersiapkan dalam merancang desain pembelajaran, yaitu persiapan, delivery, assessment dan evaluasi.
"Dalam tahap persiapan, tentunya dosen sudah merancang peraturan kelas seperti batas akhir pengumpulan tugas, aturan ketika pelaksanaan kelas sinkronus, dan peta konsep untuk membantu mahasiswa mengukur capaian mereka dalam belajar. Di tahap delivery dan assessment menunjukan beberapa kegiatan seperti membuat jurnal, meminta mahasiswa melakukan riset kecil-kecilan, membaca, mendengarkan atau menonton materi ajar, merangkum, mengadakan kuis, dan kegiatan lainnya.  Selanjutnya  dengan sistem daring pel
Rambu juga mengingatkan dengan sitem daring ini maka mahasiswa akan berinteraksi dengan para dosen melalui LMS (Learning Management System). Untuk itu pastikan materi ajar seperti power point yang sudah disiapkan harus  mudah dimengerti oleh mahasiswa.
I -- Interaction
Terakhir  adalah interaksi. Dalam kelas daring, interaksi antar pelajar dapat diciptakan melalui tugas diskusi kelompok atau jenis tugas kolaboratif lainnya. Interaksi antar dosen dan mahasiswa dapat diciptakan melalui forum diskusi tanya jawab atau tes lisan yang dapat menjadi opsi jika berada dalam kelas kecil. Pembelajaran daring juga sangat memungkinkan adanya kolaborasi antar dosen dalam bentuk team teaching.