"Janjikan padaku bahwa kamu akan selalu ingat: Kamu lebih berani daripada yang kamu kira, lebih kuat daripada yang kamu rasakan, dan lebih cerdas daripada yang kamu pikirkan." Christopher Robin, kepada Winnie the Pooh
Kesehatan mental seringkali dipandang sebelah mata, padahal ini adalah aspek yang sangat penting dalam kehidupan kita, terutama bagi remaja. Di usia yang masih muda, kita sering menghadapi tekanan baik dari sisi pendidikan, keluarga, maupun dari pergaulan sosial.
Tekanan-tekanan dalam hidup kita akan semakin lama menimbun dan bisa berdampak buruk pada kesehatan mental kita, yang pada akhirnya memengaruhi kualitas hidup kita. Gangguan mental seperti kecemasan, depresi, dan stres adalah masalah yang sering dialami oleh banyak remaja.
Menurut survei National Adolescent Mental Health Survey selama tahun 2018-2021, yaitu hasil kolaborasi antara Universitas Gadjah Mada, The University of Queensland, John Hopkins University, dan Kemenkes RI, satu dari tiga remaja tercatat memiliki satu masalah kesehatan mental. Oleh karena itu, penting untuk kita lebih peduli terhadap kesehatan mental kita, terutama di tengah berbagai tantangan yang dihadapi di masa remaja.
Jika dibandingkan dengan remaja di masa lalu, tekanan yang dialami remaja saat ini terasa lebih kompleks. Dulu, mereka lebih banyak berinteraksi langsung dengan teman-temannya tanpa ada sarana perantara seperti media sosial yang terus-menerus.
Namun, di era digital seperti sekarang, media sosial sering kali menjadi sumber kecemasan bagi banyak remaja. Ekspektasi untuk selalu terlihat sempurna, perbandingan diri dengan teman-teman di media sosial, dan berbagai informasi yang terus mengalir bisa membuat seseorang merasa tertekan. Hal ini menyebabkan banyak remaja merasa cemas, stres, bahkan depresi, meskipun mereka terlihat baik-baik saja di luar. Selain itu,
Sebagai contoh, bayangkan seorang remaja bernama Ari yang duduk di bangku kelas 12 SMA. Ari merasa tertekan karena nilai-nilainya yang harus selalu tinggi dan ada rasa khawatir tentang masa depannya, terutama tentang diterima di perguruan tinggi. Ari juga sering merasa kesepian, meskipun ia memiliki banyak teman dan terlibat dalam banyak organisasi.
Seringkali, ia merasa tidak ada yang benar-benar mengerti perasaan dan tekanan yang ia alami. Pada satu malam, Aria merasa sangat tertekan, sampai-sampai ia tidak bisa tidur karena memikirkan semua hal yang belum tercapai. Ini menunjukkan betapa beratnya masalah kesehatan mental yang dihadapi oleh banyak remaja, meski mereka tidak selalu tampak seperti itu.
Setiap remaja menghadapi masalah yang berbeda-beda, namun banyak dari mereka yang cenderung menutupi perasaan mereka. Misalnya, ada seorang teman bernama Nia yang selalu mendapatkan nilai terbaik di sekolah, tetapi ia merasa sangat cemas setiap kali ujian datang. Meskipun terlihat sempurna di depan teman-temannya, Nia merasa sangat tertekan dan lelah secara emosional.
Di sisi lain, Andi, temannya, merasa lebih ringan setelah berbicara tentang perasaannya kepada teman-teman dekatnya. Ia merasa lebih bisa mengatasi stres dengan berbagi. Dua remaja ini memiliki cara yang berbeda dalam mengatasi tekanan, tetapi yang jelas, penting bagi mereka untuk menjaga kesehatan mental dengan cara yang sesuai dengan diri mereka.