Mohon tunggu...
Analisis

Menuju Demokrasi Partikularistik

6 Agustus 2018   18:53 Diperbarui: 7 Agustus 2018   11:39 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tahun 2018 dan 2019 menjadi Tahun Politik bagi Indonesia. Rakyat menentukan siapa yang menjadi pemimpin dengan hak politik mereka. Bebas memilih siapa yang dianggap pantas dan layak duduk dikursi kepemimpinan. Seperti yang kita ketahui Indonesia menganut sistem demokrasi yaitu kedaulatan tertinggi berada ditangan rakyat, rakyat bebas berpendapat,memilih dan bahkan rakyat bebas untuk berbeda. Akan sangat menyakitkan demokrasi menjadi pemicu perpecahan di Indonesia.

            Tujuan awal dari demokrasi semakin pudar karena adanya kepentingan para elite politik. Perbedaan pandangan,pendapat dan pilihan menjadi pemicu perpecahan dan dianggap tabu serta haram. Realita yang saat ini terjadi di Indonesia adalah sistem demokrasi yang selama ini kita anut dan pahami mengalami pergeseran menjadi demokrasi partikularistik. Maksudnya dari demokrasi partikularistik adalah pengharaman perbedaan dan membiarkan pelanggaran hak asasi terjadi demi terciptanya  intergralisme dan penyeragaman.

            Hal ini semakin riskan karena di tiap waktunya kaum Intelektual semakin bertambah banyak di Indonesia, walaupun secara kuantitatif mengalami peningkatan tetapi  kaum Intelektual  tidak menjadi kaum yang cerdas yang harusnya menjadi penengah dan penemu solusi dalam sebuah masalah, malah menjadi seorang provokatif dalam setiap masalah .Kaum Intelektual bukan lagi menjadi pemikir di tengah kemajemukan masyarakat,mereka telah menjadi sebuah alat politik dari para kaum yang memiliki kepentingan demi sebuah kekuasaan.Dengan ilmu dimiliki mereka menyerang suatu golongan yang berbeda demi menjatuhkan golongan tersebut. Sungguh miris, bila dilihat dari jumlah atau kuantitatifnya tapi tidak dengan kualitasnya yang sangat mengalami penurunan.

            Indonesia seperti Negara tanpa Ideologi, Pancasila mulai diabaikan demi sebuah Legitimasi para kaum elite. Identitas Pancasila mulai kabur, para kaum elite mulai membuat paham dan Ideologi masing-masing dan menganggap paham dan ideologi mereka paling benar,sifat esklusif para kaum elite semakin merajarela.Bahkan para kaum elite politik telah menguasai media.Media merupakan senjata politik yang paling ampuh untuk mencuci otak masyarakat.Pemberitaan yang belum tentu benar faktanya (hoax) selalu dimunculkan demi menjatuhkan golongan tertentu. Siapa lagi yang masih bisa dipercaya? Pers dan Kaum Intelektual tidak lagi menjadi solusi ditengah dinamika yang terjadi di masyarakat Indonesia.  Selamat datang Tahun Politik!

Nathaniel Eliazar Mangaratua Hutagaol

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun