Mohon tunggu...
Nathania Ola Novita Mahendahi
Nathania Ola Novita Mahendahi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

tidak ada

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menggoda Lidah, Mengancam Kesehatan: Fenomena Es Teh Jumbo

7 Juni 2024   08:09 Diperbarui: 7 Juni 2024   08:24 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Es teh merupakan salah satu jenis teh yang disajikan dengan es batu, sangat sederhana sekali. Namun, bisnis es teh saat ini berkembang dimana-mana. Saking merajalelanya pertumbuhan kedai es teh, lokasinya pun berdekatan dengan pesaing lainnya. Dengan slogan yang umum digunakan, "Es Teh Jumbo Rp 3000". Bahkan tidak hanya 3000, sekarang pun malah ada yang menjualnya dengan di bandrol harga hanya Rp 2.500 saja. Sangat menarik perhatian konsumen untuk membeli bukan? Harga yang murah, menyegarkan rasa dahaga. Sensasi dingin menyegarkan itu menyebabkannya jadi buruan. Beberapa orang mungkin bertanya-tanya mengapa bisnis es teh berkembang begitu cepat dan mengapa masyarakat begitu tertarik untuk membeli es teh.

Maraknya pedangan Es Teh Jumbo ini tidak hanya menciptakan sensasi baru dalam dunia kuliner, tetapi juga menggambarkan sebuah paradoks menarik dalam dinamika ekonomi, terutama bagi pelaku usaha kecil dan menengah. Di balik kesederhanaan Es Teh Jumbo, fenomena ini sebenarnya mencerminkan rekayasa ekonomi rakyat kecil yang cerdik. Pedagang es teh jumbo ini muncul sebagai respons terhadap permintaan pasar akan minuman yang segar dan terjangkau. Mereka mampu menawarkan minuman dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan minuman serupa di kedai-kedai teh besar.

Meski es teh jumbo yang sedang populer dan viral  ini terkesan menyegarkan, nyatanya mengonsumsi minuman ini -apalagi dengan tambahan gula, atau pemanis lainnya tidak baik untuk kesehatan, lho! Kandungan tanin dan polifenol pada teh dapat menghambat penyerapan zat besi dari makanan, hal ini dapat meningkatkan risiko anemia. Dari segi kandungan gulanya,  es teh kemasan jumbo berukuran 2-3 liter diperkirakan mengandung 12-18 sendok teh gula pasir atau setara dengan 120-180 gram. Dosis tersebut melebihi anjuran asupan gula yang ditentukan dalam Peraturan  (Permenkes) Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.

Lalu apa jadinya jika Anda meminum es teh setiap hari, apalagi dalam jumlah banyak? Setelah makan minum es teh, merasa haus pun yang di cari es teh. Jika Anda berada pada tahap ini, Anda harus bisa menguranginya. Untuk apa? Benar sekali, es teh manis bisa meningkatkan risiko beberapa penyakit seperti gagal ginjal, obesitas dan diabetes. Apalagi yang jumbo, yang biasa dikonsumsi ya kan? Oleh karena itu, konsumsi minuman manis berhubungan dan berdampak pada diabetes, gagal ginjal, dan obesitas pada remaja ataupun dewasa di Indonesia. Es teh jumbo dinilai dapat meningkatkan risiko obesitas dan  diabetes  karena kandungan gulanya yang tinggi. Selain itu, salah satu kandungan es teh manis juga adalah asam oksalat. Apabila mengonsumsi asam oksalat secara berlebihan dan mengakibatkan senyawa tersebut menumpuk di ginjal yang mengakibatkan mengganggu fungsi ginjal untuk mengeluarkan kotoran dari darah, sehingga dapat meningkatkan risiko terbentuknya gagal ginjal. Bayangkan saja jika kita mengkonsumsi es teh setiap hari, apalagi jika ukuran wadah yang digunakan besar. Kandungan gulanya tentu sangat melimpah bukan?


Nah solusinya, kurangi penggunaan gula, Anda bisa menggantinya dengan potongan buah atau daun mint. Kalaupun ingin menggunakan pemanis,  bisa menggunakan sedikit gula aren atau madu. Menurut hasil penelitian, gula aren dapat mengurangi aktivitas antioksidan. Selain mengurangi asupan gula, Anda juga harus mengurangi jumlah dan frekuensi konsumsi minuman manis. Jangan terlalu sering minum minuman manis ya, Sobat Sehat! Selain itu, beberapa negara bahkan mengenakan pajak atas minuman manis. Penerapan ini berdampak pada pengurangan konsumsi minuman manis yang secara langsung maupun tidak langsung akan menurunkan angka obesitas, diabetes, ataupun gagal ginjal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun