Mohon tunggu...
Nathania Ella Sudiono
Nathania Ella Sudiono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sakit Hati? Kamu Yakin Hatimu yang Sakit?

20 Juni 2024   23:04 Diperbarui: 20 Juni 2024   23:39 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Semua manusia pasti pernah merasakan sakit hati. Banyak kejadian yang bisa membuat seseorang merasa sakit hati, mulai dari putus cinta, kegagalan, kehilangan orang yang disayang, pengkhianatan, dan lainnya. Pada dasarnya, sakit hati terjadi ketika harapan, keinginan atau keyakinan seseorang akan sesuatu tidak terpenuhi. Respons seseorang dengan orang lainnya akan berbeda ketika mengalami sakit hati. Orang yang satu akan marah, tetapi orang yang lain bisa sangat sedih. Orang yang satu akan kehilangan nafsu makan, tetapi orang yang lain justru mengalami peningkatan nafsu makan dan jadi makan dalam jumlah yang sangat banyak atau biasa disebut dengan binge eating. Dalam konteks ini, sakit hati merujuk pada kondisi emosional dan psikologis, bukan kondisi fisik. Inilah pengertian sakit hati yang biasa dimengerti oleh masyarakat Indonesia.

Ketika mengalami sakit hati, umumnya orang-orang akan merasakan adanya rasa  sesak di dada, sakit kepala, dan seakan-akan seluruh tubuh terpengaruh. Lantas, di manakah letak hati itu? Apakah benar ada bentuk fisik dari hati? Apakah sebenarnya sakit hati itu?

Rasa Senang dan Jatuh Cinta Bisa Sebabkan Adiksi

Penelitian oleh psikolog Art Aron, neurolog Lucy Brown, dan antropolog Helen Fisher mengungkapkan bahwa ketika seseorang sedang merasakan jatuh cinta dan mengimajinasikan wajah, gambaran, atau kejadian menyenangkan bersama orang yang dicintai, otak akan mengeluarkan dopamin dan kemudian mengaktifkan bagian otak yang bernama nucleus caudatus. Nucleus caudatus merupakan salah satu bagian otak yang berperan penting untuk mengatur motivasi seseorang untuk mencapai tujuan tertentu, termasuk rasa cinta. Nucleus caudatus ini akan berhubungan dengan amigdala yang berbentuk seperti kacang almon dan terletak di area tengah otak. Meskipun ukurannya kecil, amigdala berperan sebagai pusat emosi, perilaku, dan memori seseorang.

Ketika seseorang mengalami hal yang sesuai dengan harapan, diterima oleh orang lain, atau sedang bersama dengan orang yang disayang, substansia nigra, hipotalamus, dan area tegmentum (di area tengah otak manusia) akan menghasilkan dopamin. Pengeluaran dopamin ini akan menimbulkan rasa bahagia dan nyaman pada seseorang. Seseorang yang pernah merasakan kenyamanan ini pasti akan merasa ingin lagi dan lagi untuk merasakannya. Contohnya adalah perasaan kuat untuk ingin selalu bertemu pada seseorang yang sedang di puncak rasa sayang. Fenomena ini sebenarnya sama dengan efek adiksi (ketergantungan) yang ditimbulkan oleh nikotin pada rokok, kokain pada NAPZA, maupun alkohol. Nikotin, kokain, dan alkohol menimbulkan perasaan senang dan nyaman karena adanya pengeluaran dopamin dalam jumlah besar. Akan tetapi, ketergantungan terhadap NAPZA bisa menyebabkan efek negatif bagi tubuh karena apabila zat-zat itu masuk ke tubuh dalam jumlah besar dan frekuensi tinggi, bisa menyebabkan gangguan di dalam tubuh. Sedangkan, kalau memang lagi sayang, tidak menyebabkan gangguan berlebih bagi tubuh, meskipun kadang jadi tidak bisa tidur karena mikirin dia terus!

Dada Sesak Akibat Sakit Hati

Sebaliknya, ketika mengalami sakit hati seperti kehilangan, kejadian tidak sesuai ekspektasi, kesedihan, dan amarah, tidak ada dopamin yang akan diberikan ke nucleus caudatus, padahal nucleus caudatus masih mengharapkannya. Apabila seseorang mengalami kehilangan (oleh karena kematian atau putus cinta), jalinan saraf yang telah terbentuk pada pusat memori akan terputus satu per satu  dan hal itu sebenarnya menyakitkan. Mengapa bisa menyakitkan? Karena saraf-saraf yang sudah terbentuk itu harus terputus lalu berusaha membentuk jalinan saraf baru. Semakin banyak memori yang telah dibuat, semakin banyak jalinan saraf yang harus diputus dan dikonstruksi ulang, sehingga kepedihan  serta rasa sakit yang dirasakan oleh seseorang akan semakin kuat dan membutuhkan waktu yang lama untuk pulih.

Tidak hanya berpengaruh di otak dan kondisi psikologis saja, stres juga berpengaruh ke berbagai organ tubuh lain. Saraf simpatis (berperan ketika tubuh merasa dalam bahaya) menyebabkan pengeluaran hormon antistres seperti adrenalin dan kortisol oleh otak. Kedua hormon ini berperan untuk meningkatkan denyut dan kekuatan otot jantung untuk memompa. Akan tetapi, dalam waktu yang bersamaan, saraf parasimpatis (berperan untuk istirahat) akan teraktivasi untuk menurunkan detak dan kekuatan pompa jantung. Oleh karena adanya dua komponen berlawanan (meningkatkan dan menurunkan kerja jantung) yang bekerja secara bersamaan, efeknya adalah timbul rasa sesak di dada (sensasi heartbreak). Apabila emosi yang dirasakan sangat dalam dan berlangsung lama, bisa menyebabkan sindrom patah hati (Takotsubo Cardiomyopathy), bahkan bisa berujung ke serangan jantung yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan heart attack.

Mungkin akan timbul pertanyaan, "Heart attack? Bukankah heart dalam bahasa Indonesia artinya adalah hati? Lantas, apakah jantung itu organ hati sesungguhnya?"  

Organ Hati di Tubuh Manusia

Jawaban pertanyaan di atas adalah bukan. Organ hati dalam tubuh manusia bukanlah jantung. Memang benar bahwa di dalam tubuh manusia ada organ ini, tetapi dalam dunia medis biasa disebut dengan liver atau hepar. Liver merupakan organ yang terletak di perut kanan atas dengan fungsi utama menetralkan racun dalam tubuh, menghasilkan empedu untuk membantu mencerna lemak, dan menyimpan energi dalam bentuk glikogen. Penyakit-penyakit liver dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi virus hepatitis, konsumsi alkohol berlebihan, obesitas, diabetes, penyakit autoimun, serta paparan zat toksik (racun). Gejala sakit liver berbeda-beda tergantung pada jenis penyakitnya. Gejala umumnya berupa kelelahan, mual, muntah, dan nyeri perut bagian kanan atas. Gejala khas dari penyakit liver adalah perubahan warna pada kulit dan mata menjadi kuning (jaundice). Pencegahan sakit liver melibatkan menjaga pola makan sehat, menghindari konsumsi alkohol berlebihan, vaksinasi terhadap hepatitis, serta menghindari paparan zat toksik yang dapat merusak hati. Kesehatan fungsi liver bisa diperiksa secara berkala melalui tes darah.

Kesimpulan

Dari uraian-uraian di atas, ada beberapa arti yang harus kita pahami ketika bertemu dengan kata 'hati.' Hati bisa merujuk pada emosional maupun fisik (organ). Hati emosional diatur oleh otak manusia, sedangkan organ hati (liver) merupakan salah satu organ pembantu pencernaan yang terletak di dalam dinding perut sebelah kanan atas. Ketika mengalami sakit hati emosional, seseorang bisa merasa sangat sakit dan sesak di dada karena adanya dua sistem berlawanan untuk meningkatkan dan menurunkan kerja jantung yang bekerja bersamaan. Biasanya, penyakit atau gangguan apa pun yang dalam bahasa inggris diawali dengan kata heart (seperti heart attack) merujuk pada jantung, bukan sakit organ hati (liver). Oleh sebab itu, ketika bertemu dengan nama penyakit atau orang mengeluh sakit hati, jangan sampai salah organ, ya!

Referensi

Iqbal, A. and Rehman, A. (2022). Binge Eating Disorder. [online] PubMed. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551700/.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun