Mohon tunggu...
Nathania Chelsea Mineri
Nathania Chelsea Mineri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Hello there! I’m Nathania Chelsea Mineri Currently studying at Airlangga University

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksistensi Ludruk di Tengah Era Modern

24 Mei 2022   12:18 Diperbarui: 24 Mei 2022   12:27 2599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia merupakan sebuah Negara yang dikenal akan keragaman yang dimiliki. Mulai dari keberagaman alam, suku bangsa, bahasa, agama, dan juga salah satunya adalah budaya. Setiap daerah yang terdapat di Indonesia memiliki kekhasan dan keragaman budaya tersendiri yang unik. Salah satu budaya Indonesia yang unik merupakan ludruk. Ludruk merupakan sebuah seni pentas tradisional yang berasal dari daerah Jawa Timur. Pementasan dari ludruk seringkali mengangkat cerita yang berasal dari permasalahan sehari-hari dalam kehidupan rakyat biasa atau wong cilik, dan dilengkapi dengan pementasan yang menggunakan bahasa sehari-hari yang biasa digunakan oleh kalangan bawah ludruk dapat dikatakan sebagai sebuah teater rakyat. Tidak hanya seputar kehidupan sehari-hari, ludruk juga menampilkan pementasan yang diangkat melalui cerita mitos Jawa dan juga cerita perjuangan.

Seni pentas dari ludruk ini memiliki kekhasan dan keunikannya tersendiri yang membedakan dengan seni pentas yang lainnya seperti ketoprak (Jawa Tengah), lenong (Jakarta), dan longser (Jawa Barat). Yang membedakan adalah ludruk terdiri atas beberapa unsur pertunjukkan antara lain tarian remo yang dibawakan pada awal acara, iringan musik gamelan, lawakan dari dagelan, dan juga cerita atau lakon yang terkemas dalam satu pementasan. Keunikan ludruk selanjutnya adalah tidak adanya unsur yang pakem dari cerita dan dialog yang ditampilkan, semua merupakan hasil improvisasi yang diberikan oleh pemeran. Selain itu, keunikan ludruk lainnya adalah keseluruhan pementasan ludruk diperankan oleh pria dan apabila terdapat peran wanita maka para pemeran berdandan layaknya wanita. Namun dari kesekian unsur yang dimiliki tersebut, ludruk identik dan banyak dikenal masyarakat dari lawakan dan guyonannya yang dapat menghibur dan mengocok perut para penonton. 

Ludruk menjadi sebuah seni pentas yang telah memberikan hiburan bagi banyak masyarakat khususnya di Jawa Timur. Panggung ludruk juga dapat menjadi sebuah sarana bagi banyak orang untuk mengekspresikan diri mereka dan menyampaikan ide dan bahkan untuk memberikan kritik. Melalui ludruk, muncul seniman-seniman Indonesia yang turut menambah khasanah seni serta melestarikan budaya di Indonesia seperti Cak Durasim, Cak Bowo, Kartolo, dan banyak seniman lainnya. Namun, zaman terus maju dan kian mengalami perubahan, apakah eksistensi kesenian ludruk dapat tetap bertahan hingga saat ini?

Seperti yang kita ketahui zaman saat ini telah berubah menjadi zaman yang modern dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, hal tersebut menyebabkan masyarakat mendapat suatu kemudahan dalam memperoleh informasi baik dari dalam Negeri maupun dari seluruh belahan di dunia. Ditambah dengan derasnya arus globalisasi seakan-akan meleburkan batas-batas yang dimiliki antar-negara sehingga banyak pengaruh yang didapat dari luar baik salah satunya adalah budaya. Budaya luar yang terlihat baru, modern, dan terkesan flashy tersebut tidak sedikit menyita perhatian dari masyarakat dan membuat mereka memusatkan perhatian terhadap suatu hal yang baru dan melupakan yang lama sehingga menyebabkan eksistensi dari banyak budaya di Indonesia yang semakin lama kian ditinggalkan hingga semakin pudar dan bahkan di ambang kepunahan, tak terkecuali kesenian ludruk. 

Kian pudarnya kesenian tradisional Indonesia seperti ludruk mengalami kepudaran dan bahkan kepunahan disebabkan oleh beberapa faktor. Yang pertama, dengan perkembangan dan perubahan zaman yang ada ditambah dengan derasnya arus globalisasi yang terjadi, menyebabkan masuknya pengaruh dari luar tak terkecuali budaya mengubah cara pandang, gaya hidup, dan juga cara berpikir yang dimiliki oleh masyarakat. Salah satu perubahan tersebut tentunya adalah sumber hiburan yang dimiliki masyarakat. Dahulu, pilihan hiburan yang dimiliki oleh masyarakat masih minim sehingga pentas ludruk yang menghibur mulai dari tarian, guyonan, dan cerita yang dipentaskan menjadi salah satu hiburan yang ditunggu oleh masyarakat. Sedangkan saat ini pilihan sumber hiburan masyarakat menjadi lebih banyak dan beragam, dimana ludruk harus berhadapan dengan contohnya film dan drama atau sinetron dengan plot cerita yang menarik, baru, dan relatable dengan perkembangan zaman beserta pemeran yang memikat hati tentunya membuat masyarakat lebih memberikan perhatian dan minat mereka terhadap hal tersebut, sehingga seni ludruk seakan-akan kalah saing dan kalah pamor saat dihadapkan dengan hal tersebut. Dengan masuknya budaya-budaya baru tersebut juga banyak membuat masyarakat lupa akan jati diri mereka sebagai masyarakat Indonesia dimana mereka lebih mengikuti dan bahkan mencintai budaya luar dibandingkan budaya asli yang mereka miliki salah satunya ludruk.

Ditambah juga dengan cukup banyaknya permasalahan yang terjadi antara lain kurang maksimalnya peran pemerintah dalam menjaga dan melestarikan keberlangsungan pentas ludruk, seperti minimnya sarana dan fasilitas yang diberikan untuk pementasan ludruk menyebabkan kelompok dan seniman ludruk untuk tampil di tempat yang kurang strategis dan membuat masyarakat sukar untuk menonton dan menikmatinya. Juga minimnya lembaga yang dapat menaungi dan melindungi ludruk sehingga membuat ludruk mengalami kesulitan untuk dapat berkembang.. Lalu, kurangnya exposure dan juga edukasi kepada masyarakat membuat masyarakat kurang mengenal dan bahkan tidak banyak yang mengetahui lagi mengenai kesenian ludruk. 

Dari beberapa faktor tersebut dapat menimbulkan minimnya dan bahkan hilangnya  minat dari masyarakat untuk mengenal dan mencintai budaya kesenian tradisional yang telah dimiliki dari dulu kala. Dan apabila hal ini terus dilanjutkan tanpa adanya suatu perubahan, maka kesenian tradisional ludruk semakin lama akan semakin mengalami kepudaran hingga akhirnya punah dan hilang dari kehidupan masyarakat Indonesia. Melalui kepunahan tersebut tidak hanya menghilangkan salah satu budaya kesenian tradisional yang dimiliki oleh daerah Jawa Timur tetapi juga menghilangkan identitas yang dimiliki oleh masyarakat Jawa Timur. 

Untuk mencegah pudar dan bahkan hilangnya kesenian ludruk ini, maka kita sebagai generasi muda penerus Bangsa harus melakukan suatu rombakan dan dobrakan guna tetap menjaga dan melestarikan eksistensi dari budaya kesenian tradisional yang kita miliki salah satunya ludruk. Upaya yang dapat terutama dari pemerintah dengan memberikan fasilitas dan platform bagi para seniman ludruk untuk menampilkan karya mereka pada khalayak. Selain itu, pemerintah juga dapat memberikan para seniman dan kelompoknya sebuah naungan, perlindungan, serta jaminan dengan harapan agar mereka dapat nyaman dan juga semakin giat untuk dapat mengembangkan, melestarikan, dan menampilkan ludruk kepada khalayak yang lebih banyak lagi. Meskipun masih menjaga dan memegang keunikan dan kekhasan nilai tradisional yang dimiliki ludruk, kiranya para seniman dapat melakukan suatu perubahan yang dapat mengikuti arus zaman sehingga ludruk dapat menjadi seni yang tidak habis  dan hilang termakan oleh zaman. Serta peningkatan pengenalan atau exposure yang dapat dilakukan dengan diadakannya pementasan terutama kepada para kawula muda melalui tur panggung ke sekolah maupun kampus, dan juga dengan memanfaatkan internet dimana pementasan dapat ditayangkan melalui kanal media sosial seperti YouTube, instagram, facebook, dan masih banyak lagi. 

Saat ini, sudah cukup banyak terdapat perubahan yang terjadi dalam seni ludruk. Salah satu contohnya adalah kelompok seni ludruk asal Surabaya bernama "Luntas", dimana mereka memberikan suatu unsur yang baru dan modern dalam pementasan ludruk baik dari penampilan, kostum, serta cerita-cerita baru yang lebih relatable dengan tujuan untuk semakin menarik perhatian dan minat masyarakat muda saat ini. Kiranya kita sebagai masyarakat khususnya pemuda sebagai generasi penerus bangsa tetap dapat senantiasa menjaga dan melestarikan budaya kesenian khas Jawa Timur ini agar tidak hilang eksistensinya di tengah era modern saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun