Mohon tunggu...
Nathania
Nathania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Prodi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Writer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Teknologi AI Mampu Mengancam Interaksi Antar-Manusia?

19 Desember 2024   01:15 Diperbarui: 19 Desember 2024   01:15 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh cottonbro studio: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-yang-memegang-alat-tangan-hitam-dan-perak-6153354/ (pexels.com)

Pada era digital seperti sekarang ini, perkembangan teknologi semakin pesat. Salah satu teknologi yang sering digunakan adalah kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), yang mulai berkembang sejak revolusi industri 4.0. AI telah mengubah banyak aspek dalam kehidupan manusia, seperti memenuhi kebutuhan informasi dan memberikan kemudahan akses. Contohnya adalah asisten virtual, salah satu fitur pada perangkat lunak yang dapat menjawab pertanyaan dan menjalankan perintah dengan cepat.

Asisten virtual dirancang menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan pemrosesan bahasa alami (Natural Language Processing, NLP) untuk memahami dan merespons perintah atau pertanyaan dari pengguna. Asisten virtual juga dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Dengan teknologi ini, perusahaan dapat memberikan layanan yang lebih responsif dan efisien. Misalnya, chatbot yang tersedia 24/7 dapat menjawab pertanyaan pelanggan secara langsung, seperti detail produk atau status pengiriman. Pelanggan tidak perlu lagi menunggu lama untuk mendapat jawaban atas masalah sederhana. Selain itu, teknologi ini memungkinkan perusahaan menjangkau lebih banyak pelanggan secara bersamaan, sesuatu yang sulit dilakukan oleh staf manusia.

Perkembangan asisten virtual ini mencerminkan bagaimana teknologi semakin canggih dan memengaruhi pola komunikasi manusia. Saat ini, hampir semua orang menggunakan smartphone yang terhubung dengan internet, media utama untuk mengoperasikan asisten virtual. Jika dulu manusia hanya berinteraksi melalui surat atau bertemu langsung, kini komunikasi dapat dilakukan dengan lebih mudah.

Tidak hanya membantu komunikasi jarak jauh, teknologi, khususnya AI seperti ChatGPT dan Gemini dapat digunakan untuk mencari informasi. Selain sebagai alat pencarian informasi, AI juga dapat berfungsi sebagai "teman" bagi seseorang. Bagi sebagian orang, konsep ini mungkin terdengar asing dan tidak biasa.

Pada awalnya, banyak yang skeptis terhadap ide menjadikan AI sebagai teman karena itu adalah sistem yang tidak benar-benar hidup. Namun, AI justru mampu memberikan jawaban yang memuaskan karena dapat diatur untuk memiliki karakteristik tertentu, termasuk cara berbicara, sesuai keinginan penggunanya. Bagi sebagian orang, terutama yang kesulitan berinteraksi dengan orang lain, AI bisa menjadi tempat untuk berlatih berkomunikasi jika digunakan secara bijak.

Salah satu aplikasi yang baru-baru ini mendapatkan perhatian adalah Character.AI (c.ai), yang populer berkat pembahasan di media sosial seperti X. Aplikasi ini memungkinkan pengguna berbicara dengan karakter buatan. Karakter tersebut dapat dipilih dari banyak pilihan atau dibuat sendiri sesuai keinginan pengguna secara gratis. Selain fitur chatting, c.ai juga menyediakan fitur suara dan panggilan. Fitur suara memungkinkan karakter membaca teks obrolan dengan suara, yang dapat diatur menggunakan suara pengguna atau suara dari figur publik. Sementara itu, fitur panggilan memungkinkan pengguna berbicara langsung dengan karakter tersebut, menciptakan pengalaman interaksi yang lebih realistis.

Namun, penggunaan AI yang berlebihan dapat membawa risiko. Salah satu kasus yang menjadi sorotan adalah seorang remaja 14 tahun di Amerika Serikat yang sering bertukar pesan dengan karakter di c.ai. Remaja tersebut akhirnya meninggal dunia di rumahnya, dan pesan terakhirnya adalah percakapan dengan karakter AI yang menyuruhnya pulang segera. Walaupun karakter tersebut tidak secara langsung mendorong tindakan bunuh diri, pesan itu ditangkap salah oleh si remaja, yang kemudian menembak dirinya. Kasus ini menunjukkan bahaya penggunaan AI secara berlebihan dan pentingnya pengawasan orang tua terhadap anak-anak, terutama yang masih di bawah umur.

Hal ini tidak berarti c.ai atau aplikasi sejenis tidak boleh digunakan. Karakter buatan dapat membantu menyelesaikan masalah tertentu, terutama ketika seseorang membutuhkan pendapat atau solusi dalam waktu singkat, namun juga ingin merasakan vibes ketika berbicara dengan orang lain. Perlu diperhatikan bahwa pengguna harus tetap bijak dan tidak terjebak dalam ketergantungan emosional terhadap AI. Penting untuk menganggap interaksi dengan karakter buatan sebagai hiburan semata, bukan pengganti hubungan manusia yang nyata.

Selain kasus c.ai, ada juga peristiwa lain yang menggambarkan keterlibatan emosional dengan AI. Seorang seniman asal Spanyol, misalnya, menikahi hologram AI ciptaannya sendiri. Kasus ini membuktikan bagaimana beberapa individu dapat terlibat secara emosional dengan kecerdasan buatan, meskipun hubungan tersebut terdengar tidak lazim.

Jadi, apakah AI dapat mengancam interaksi antar-manusia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun