Siswa yang sudah melewati kelas 10 Kanisius pasti mengingat acara Jambore, salah satu dari beberapa event camping yang sering diadakan sekolah. Hal yang membuat unik acara ini adalah kesulitan yang diberi para panitia acara. Jika dibanding dengan acara camping beberapa sekolah yang "lemas" atau "peduli kepada siswanya", para siswa sejak dini dipaksa untuk membuat tenda mereka sendiri, mandi air dingin setiap kali ingin membersihkan diri, memasak makanan sendiri dengan bahan kasar yang dipersiapkan setiap siswa dalam kelompok, serta dibuat tracking ke jalan kasar atau melewati jalan raya sejauh beberapa km.
Acara ini memang sulit, melelahkan, dan akan merusak keadaan fisik beberapa kanisian. Karena kesulitan yang tiba-tiba diberi kepada para siswa, mereka dipaksa oleh sekolah untuk mencoba untuk hidup secara minimal dan hanya menggunakan energi secukupnya, jadi tidak sempat terlalu banyak bermain dengan teman. Saya sangat ingat terdampar di jalan hingga memperlambat perjalanan kelompok jalan saya karena terlalu capek berjalan naik turun jalan di area dekat gunung berapi saat masih terancam erupsi. Karena cuaca yang ekstrim, kita juga sempat mengungsi ke rumah warga lokal karena takut tenda terbawa angin atau habis dilanda hujan.Â
Namun, saya masih merasa sangat bersyukur sempat mengikuti acara ini. Karena sekolah "sengaja" membiarkan kita hidup tanpa kenikmatan hidup seperti air hangat, makanan yang telah dimasak orang tua, menaiki mobil saat menanjak jalanan pegunungan, atau menggunakan gawai saat menunggu sesuatu untuk terjadi selama beberapa jam, para kanisian diajar untuk dapat hidup mandiri dan secara sangat minim, sehingga dapat belajar caranya untuk mendorong limit personal yang baru dalam kehidupan. Kita juga dapat merenung mengenai berbagai kesulitan yang dialami para warga sekitar yang tidak memiliki keuntungan yang sama dengan kita, berbagai rintangan yang perlu diatasi hanya untuk melakukan hal yang kita biasanya lakukan dengan mudah karena berbagai kekayaan yang kita mampu gunakan dalam keseharian kita, sehingga benar-benar menghidupi motto jambore tahun tersebut, yaitu "walking with the poor".
Secara keseluruhan, saya merasa sangat beruntung dapat tumbuh bersama teman-teman saya dalam SMA Kanisius ini. Kita dapat meraih ke berbagai kemampuan yang sangat membantu kita dalam kehidupan sekolah atau kehidupan pekerjaan pada masa depan. Pada awal saat saya baru mengikuti SMA Kanisius, saya hanyalah salah satu dari beberapa anak yang tidak dapat melakukan apapun dengan lancar karena terlalu terbiasa selalu tergantung dengan gawai pasca pandemi, selalu tertempel dengan laptopnya sembari mengikuti pelajaran, tidak dapat fokus ke pembelajaran atau sama sekali berinteraksi dengan teman. Walau saya memang masih sedikit introvert dengan orang lain, sedikit kesulitan berbicara dengan orang baru karena takut dicemooh jika melakukan hal yang bodoh, saya sudah belajar untuk memisahkan diri dari gadget dan fokus kepada guru saat mempelajari ajaran guru saat mengikuti pelajaran. Saya juga mempelajari kemampuan untuk mengulangi pelajaran di luar minggu ulangan, sesuatu yang tidak mungkin dilakukan sebelum saya mengikuti CC.
Saya sangat bersyukur bahwa saya dapat masuk ke Kanisius, karena tanpa mereka, saya tidak akan bisa belajar untuk bertumbuh menjadi saya sekarang. Berbagai event yang memang membuat kita sibuk dan seharusnya digeser beberapa minggu di depan, merasa menjadi latihan kepada kita agar dapat beradaptasi dan mengatasi berbagai rintangan yang dapat membentur masa depan kita. Selama saya mengikuti acara yang telah saya tulis dan berbagai acara lain yang telah membuat saya bertumbuh, saya memang benar berubah ke arah yang baik dalam sekolah ini. Saya juga perlu bersyukur karena memiliki banyak sekali teman teladan yang pada akhirnya memotivasi saya untuk berani bergerak dan tumbuh ke area yang tidak nyaman untuk kebaikan saya sendiri. Saya sangat yakin untuk kedepannya saya hanya akan bertumbuh menjadi lebih baik dari pada yang sekarang saya dapat lakukan.
Sekolah ini memang membuktikan, walau memang semua manusia diciptakan Allah dengan setara, kita lah yang meraih lebih tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H