Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Paruh Jelajah #1

24 Maret 2019   20:46 Diperbarui: 24 Maret 2019   21:09 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Singapura menjadi kebohongan papa yang sendirinya terucap pada saya.

Jelajah Tanah Sebrang II

Filipina 2018 

Lagi, mentari belum sempurna menyingsing, takala alas kaki dengan sempurna beradu dengan keramik bandara. Burang besi kembali menatap lintasanya menuju terbang, doa terus didereskan agar kaki kembali menyentuh tanah. Terbitnya fajar menjadi tontonan manis nun gratis saat terbang, beruntung seat yang menopang tubuh tepat menghadap horizon yang membara.

Doa terkabul, kaki kembali menyentuh tanah. Memeluk kakak, menarik koper, menggendong tas lalu menaruhnya di laci kabin, tidak jenuh di lakukan. Kini mesin terbang Air Asia tujuan Bandara Internasional Ninoy Aquino jadi tumpangan. Lorong terminal yang terkesan sepi menemani langkah letih bercampur risih akibat keringat yang menempel dalam pakaian. Jangan berekspektasi dengan ruang kedatangan yang megah, hanya segaris kecil, namun menghantarkan diri menuju petualangan sederhana yang mengagumkan.

Tiap satu kilometernya kapel kecil berdiri bagai masjid di tanah air. Dengan banyaknya tempat ibadat yang megah berdiri, tanah Filipina mulai surut panggialn akan hidup berkaul. Haruslah mereka mendatangkan imam dari luar negri dengan mengandalkan konggegrasi yang bersedia mndatangkan imam.

Arsitektur gereja bawaan spanyol yang masih kokoh dan teguh tak lekang oleh jaman. Usia rata -- rata 100 tahun lebih membawa para pendoa masuk dalam ratusan juta permohonan, ratusan juta rasa syukur, oleh para pengikut-Nya. Jejak kerasulan Roma melekat pada tiap aspek kerohanian katolik Filipina, sebagai kiblat Roma di Asia Tenggara.

Dengan kehidupan rohani yang cukup maju, tentang hidup regularnya Filipina masih dikatakan Negara berkembang. Kesenjangan sosial langsung nampak ketika mendarat dan melintasi jalanan kota Manila yang begitu padat oleh roda empat dan roda 2 yang saling menyalip pada sela -- sela jalan. Walau masih denga kecarut -- marutannya, Durterte dengan tegas larangan tentang rokok, " Bawal Cigarilio " tulisan umum pada tempat keramian masyarakat, menjadi perkara jika mengabaikan, 5000 peso gantinya.

Bersambung...........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun