Jika seorang wanita merasa dirinya mampu untuk memimpin, itu berarti seorang pria juga dapat merasa dirinya menjadi team player yang baik. Peran dan mentalitas tersebut yang saya rasa masih sering disalahartikan sebagai pergantian atau pergeseran peran yang mutlak.
Jika pergerakan feminisme dan kesetaraan gender sudah mengubah cara pandang masyarakat terhadap kaum wanita dari segi peran dan prinsip kehidupan. Bukankah berarti nilai-nilai keseteraan tersebut juga berlaku bagi para kaum pria?
Saya akui, nilai-nilai konvensional dan tradisi mungkin mengekang beberapa individu yang dikondisikan untuk bersikap demikian.Â
Akan tetapi, jika pria ataupun wanita sudah mampu memahami peran masing-masing dan dapat berkontribusi sebagai manusia dengan baik, maka tuntutan atau nilai-nilai yang ditekan oleh masyarakat dan kelompok tertentu akan semakin tidak berlaku untuk emansipasi di zaman modern ini.
Tuntutan sebagai pria untuk menjadi sosok yang memaklumi, lebih dewasa, merupakan sebuah beban yang tidak manusiawi. Pria juga manusia, bukan superhero. Saya rasa setiap individu mempunyai kebebasan untuk dapat bertanggung jawab dan bersikap dewasa atas diri sendiri.
[REFERENSI]
- Is Toxic Masculinity a Real Thing?
- What We Mean When We Say, "Toxic Masculinity"
- What Is Toxic Masculinity?
- How Gender Equality Can Protect Men's Health
- Wanita vs Pria
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H