Perbedaan itu fitrah. Dan ia harus diletakkan dalam prinsip kemanusiaan universal. ~Abdurrahman Wahid
Indonesia merupakan negara yang multikultural, dengan suku dan agama yang beragam mulai dari islam, katolik, kristen, budha, hindu, dan konghucu, serta kepercayaan lain yang ada di indonesia seperti kejawen dan lainnya. Indonesia sendiri, meski beragam, dikenal sebagai negara yang warganya mayoritas merupakan pemeluk agama islam. namun hal ini tidak menjadi penghalang bagi perdamaian dan hidup berdampingan antar umat beragama.
Keberagaman inilah yang mendorong semua warga negara untuk meningkatkan rasa toleransi antar umat beragama, dengan latar belakang pendidikan agama yang tentunya juga berbeda-beda. Sebagai negara yang mayoritasnya adalah muslim dan muslimah, hal ini menyebabkan banyaknya institusi-institusi pendidikan agama islam yang kerap dikenal sebagai pesantren.
Pesantren dan Segala Isinya
Pesantren, seperti yang tadi disebutkan, adalah sebuah lembaga pendidikan agama khas Indonesia yang telah menjadi sebuah lembaga yang sudah mengakar dalam masyarakat. Hampir semua orang kenal dengan lembaga yang bernama pesantren tersebut.
Tugas utama para Santri atau pelaksana pesantren adalah untuk mempelajari dan mendalami segala hal dan ajaran agama Islam, hingga ke akar-akarnya, dan biasanya, para Santri yang keluar dari pesantren akan menjadi tokoh-tokoh agama atau pemimpin agama islam (Ustadz). Naasnya, setinggi-tingginya pengetahuan agama, tidak menghindarkan dari fakta bahwa Pesantren sering mendapat stereotip dari berbagai kalangan masyarakat.
Stereotip merupakan cap yang sangat menyakitkan, Pesantren seringkali di cap sebagai tempat para orang tua untuk “membuang” anak-anaknya yang biasa bermasalah atau tidak bisa dididik. Selain itu, pesantren juga sering dikira mendidik para Santri menjadi radikal dan intoleran, hingga yang paling ekstrim, adalah sering dikira mendidik para Santri menjadi teroris.
Pesantren pun kerap dipandang sebelah mata sebagai tempat yang terbelakang dan kurang modern. Pandangan sebelah mata yang diberikan kepada kebanyakan pesantren, membuat masyarakat semakin buta akan hal-hal positif yang ditanamkan oleh pesantren ini.
Realitas yang terungkap : Ekskursi SMA Kolese Kanisius 2024
Nyatanya, Realita tidak sesuai dengan stereotip. Ekskursi budaya yang diadakan oleh SMA Kolese Kanisius yang saya pribadi juga jalankan, merupakan sebuah sarana yang sangat baik bagi kita masyarakat Indonesia, mempelajari budaya lintas agama, serta mendorong diri untuk tidak memandang suatu hal hanya dari omongan orang, atau satu sudut pandang saja, seperti pada kasus pesantren ini.
Ekskursi budaya Kolese Kanisius merupakan sebuah acara dimana para siswa Kolese Kanisius Jakarta terjun langsung untuk mempelajari budaya lintas agama, terutama mendatangi pesantren dan berinteraksi langsung dengan para Santri dan berbagi pengalaman dan ilmu. Pada tahun ini, saya dan teman-teman saya mendapatkan kesempatan untuk pergi ke cirebon berdinamika di Pondok Pesantren Kebon Jambu, Ciwaringin Cirebon.
Awalnya ketika datang, kami ditatap dengan mata setajam pisau, merasa tidak nyaman dan dianggap layaknya alien yang datang ke bumi. Namun setelah mendapat pengantar dari pengurus PonPes Kebon Jambu, kami menyadari bahwa kedatangan kami merupakan hal yang asing bagi mereka, melihat pemuda seusia mereka dengan iman yang berbeda menjadi hal yang baru bagi mereka.