Selama beberapa bulan terakhir, dunia diguncangkan oleh keberadaan badai dan angin topan yang semakin meningkat. Fenomena badai dan angin topan kini telah menjadi bencana dahsyat dan mengerikan. Perubahan iklim global, yang ditandai oleh pemanasan suhu lautan dan atmosfer, memengaruhi dinamika cuaca ekstrem di berbagai belahan dunia. Akibatnya, muncul perpindahan tekanan udara dari tempat dengan suhu rendah menuju tempat yang lebih tinggi sehingga terbentuk perputaran angin yang tidak stabil. Mirisnya, ribuan bahkan jutaan orang tidak terlepas dari dampak signifikan cuaca ekstrem ini, termasuk badai Milton di Amerika dan topan Kong-rey di Asia Timur.
Dilansir dari National Oceanic and Atmospheric Administration, Badai Milton yang menerjang Florida, Amerika Serikat pada 10 Oktober 2024 mencatat kecepatan angin hingga 289,68 km/jam dan menyebabkan banjir luar biasa di sepanjang garis pantai. Mencapai tingkat Kategori 4, badai Milton menghancurkan berbagai macam infrastruktur, memadamkan lebih dari dua juta pelanggan listrik, dan memaksa lebih dari satu juta penduduk mengungsi. Curah hujan ekstrem dari badai ini juga memicu tanah longsor di beberapa daerah perbukitan yang memperparah kerusakan. Milton adalah contoh nyata dari bagaimana suhu lautan Atlantik yang lebih hangat mempercepat pembentukan badai besar dan memperpanjang masa aktifnya.Â
Sementara itu, di belahan dunia lain, Topan Kong-rey menjadi momok di Asia Timur, khususnya Taiwan. Dihantam pada 31 Oktober 2024, Taiwan menjadi korban dari hembusan angin hingga 239 km/jam. Topan ini tidak hanya memutus aliran listrik lebih dari 950.000 rumah, tetapi juga memaksa evakuasi lebih dari 1.300 orang di wilayah rawan banjir dan longsor. Beberapa bagian Taiwan mencatat curah hujan mencapai 1 meter hanya dalam beberapa hari, menyebabkan banjir parah yang melumpuhkan aktivitas ekonomi dan transportasi. Kong-rey juga memengaruhi perairan regional dan menyebabkan beberapa kapal kargo terdampar akibat gelombang tinggi. Topan ini menunjukkan bahwa perairan tropis Pasifik juga memiliki potensi terjadinya topan super.
Lantas mengapa terjadi peningkatan intensitas badai? Fenomena seperti badai Milton dan topan Kong-rey tidak terjadi secara kebetulan. Ada beberapa penyebab yang memengaruhi peningkatan intensitas badai:
Pemanasan Suhu Laut
Suhu lautan yang lebih tinggi menyediakan lebih banyak energi untuk pembentukan badai. Ketika lautan mencapai suhu 26,5C atau lebih, sistem badai dapat menyerap energi yang cukup untuk tumbuh menjadi badai besar, mirip seperti "bahan bakar" yang dibutuhkan mobil untuk bergerak.
Kelembapan Atmosfer yang Tinggi
Udara yang lebih hangat dapat menampung lebih banyak uap air, yang kemudian dilepaskan sebagai hujan deras selama badai. Ini menjelaskan curah hujan ekstrem di sekitar wilayah yang dilalui badai. Kandungan uap air yang mengembun di udara lembap akan bergerak ke atmosfer yang sifatnya lebih dingin dari permukaan bumi.Â
Pola Sirkulasi yang Terganggu
Pemanasan global memengaruhi pola arus jet dan angin pasat dan menciptakan kondisi yang memperlama keberadaan badai di satu wilayah. Kondisi tersebut juga mendukung angin untuk bergerak naik secara vertikal yang memengaruhi proses terjadinya badai dan akhirnya mengakibatkan gelombang laut tinggi, hujan deras, dan banjir.