'Kami yang berbahagia'
Tulisan itu terpatri disana. Aku menutupnya.
"Kamu baik-baik saja kan Dyah?".
Aku menggeleng. Perasaanku tidak cukup baik. Dan pikirku tak cukup untuk membuat kepala mengangguk.
"Maaf".
Aku menatap tajam bola matanya. Dia menghindar. Berpaling. Tatapnya beralih ke rimbun dedaun angsana. Bunganya yang berwarna kuning, menebar serupa karpet menutupi jalan.
"Aku.. Aku.. Aku tak cukup mampu untuk melawan. Melawan keluarga besar, melawan takdir".
Dia menghela nafas, "melawan perasaanku" ucapnya lagi, semakin lirih.
Aku terpaku memandang sosok pria di depanku.
Rambut ikal itu. beratus hari yang kami sempat lewati, jemari ini pernah menelusurinya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!