Mohon tunggu...
Nathalia
Nathalia Mohon Tunggu... -

just outside my window..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kanker Payudara Gozonk

1 Mei 2012   12:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:52 1610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13358755901144694814

Saya tak terlalu suka binatang peliharaan. Menurut saya, binatang peliharaan itu hanya menambah kerepotan. Namun tidak adik saya. Dia suka sekali dengan kucing. Beberapa kali bila ada kucing liar yang tiba-tiba nyasar masuk ke rumah, malah dia kasih makan, sedang saya memilih menyiramnya dengan air dari kamar mandi untuk mengusirnya. Serupa adik saya, anak tetangga yang waktu itu masih berumur kira-kira 2,5 tahunan, juga senang sekali dengan kucing. Saking senang dan beraninya dia dengan kucing, kucing-kucing peliharaannya dia jadikan bantal-bantalan bila dia tidur-tiduran, dijadikan kuda-kudaan sampai dikocok-kocok hingga dicekik. Entah gemes, entah kejam. Suatu hari, kucingnya lari ke rumah, setelah hampir gepeng dijadikan kuda-kudaan. Dan tak mau kembali lagi ke rumah si empunya, mungkin takut. Jadilah kucing itu peliharaan adik saya. Gozonk, adik saya menamainya Gozonk karena warna bulunya yang hitam coklat tidak jelas. Saya tidak tahu, Gozonk jenis kucing apa, yang saya tahu, Gozonk hanya jenis kucing kampung biasa. Gozonk berjenis kelamin betina. Beberapa kali dia melahirkan, tapi kata Bapak saya, Gozonk bukan induk yang baik, anak-anak yang dilahirkannya mati semua karena tidak dia urus dan susui. Hingga suatu hari, adik saya menemukan benjolan di salah satu puting payudara Gozonk. Putingnya bengkak dan mengeras. Dan sejak itu Gozonk semakin kehilangan selera makan. Dia lebih sering tiduran di  alas busa yang memang disediakan untuknya sebagai alas tidur. Sebelumnya dia lebih sering tidur di kasur bareng adik saya. Karena kami tidak tahu masalah perkucingan, saya terutama, tidak terlalu mengkhawatirkannya. Dan tarif dokter hewan dengan dokter manusia, sungguh jauh berbeda harganya, jadi kami tak membawanya ke dokter hewan.  Kalau manusia sakit dan tak punya uang, bisa saja beli obat di warung atau pergi ke Puskesmas, kalau hewan? sepertinya tidak ada Dukun Ponari khusus hewan. Dan akhirnya benjolan itu pecah. Darah dan nanah keluar dan adik saya hanya bisa mengelapnya dengan air hangat dibantu dengan Gozonk sendiri yang menjilat-jilat  lukanya. Semakin hari Gozonk semakin lemas. Darahnya sering keluar dan menetes. Selera makan Gozonk juga semakin menghilang walau adik saya sudah membelikannya makanan kucing olahan pabrik, bukan lagi sekedar nasi dan ikan pindang cuwe' atau ikan segar yang biasanya dia berikan. Seiring keadaan Gozonk yang terus memburuk dan adik saya yang sering menangis mengkhawatirkan kucingnya, saya akhirnya menyuruh adik saya pergi ke Dokter Hewan untuk memeriksa kondisi kesehatan Gozonk. Setelah Gozonk diperiksa, Dokter memvonis kalau Gozonk kena kanker payudara. Kanker payudara? Tidak salah? Memang bisa, kucing kena kanker payudara? Terus harus dioperasi? Apa harus dikemoterapi juga? Beragam pertanyaan itu yang menyeruak benak saya dan mencecar si Dokter Hewan. Kata Dokter Hewan, binatang bisa saja terkena kanker payudara, bila tak menyusui anaknya. Air susu yang tidak keluar, bisa menyumbat dan membuat benjolan mirip tumor dan bila tumornya ganas akan berlanjut menjadi kanker. Itu sebabnya semua ibu, baik manusia maupun binatang, bila melahirkan, sebaiknya menyusui sendiri anak-anaknya. Dan Allah sudah memberikan alarm bagi mereka para ibu dengan rasa sakit di payudara bila air susunya tidak disedot atau dikeluarkan. Dan kanker yang menyerang Gozonk sudah sampai stadium lanjut, susah diobati walau dioperasi. Adik saya shock mendengar keadaan Gozonk, saya shock memikirkan biayanya. Akhirnya Dokter menyuruh kami membawa saja Gozonk pulang, setelah sebelumnya diinfus dan dikasih obat. Dokter memprediksi, usia Gozonk tidak akan bertahan lama, jadi percuma dirawat inap. Dokter juga menyarankan untuk menyuapi Gozonk dengan telur ayam kampung mentah dan susu, karena Gozonk sudah tidak mau lagi menyentuh makanan. Gozonk diberi beberapa macam obat untuk 3 hari. Setelah 3 hari kami harus kembali lagi. Belum genap 3 hari, Gozonk kejang. Kepalanya hanya menggeleng-geleng serupa orang triping. Gozonk selalu berusaha berdiri, seperti ingin lari, mungkin menahan sakit, tetap saja, dia jatuh lagi karena lemas. Bahkan air seni-nya (maaf) semakin banyak, kuning tua dan berbau. Bola matanya juga sudah terbalik-balik. Darah dari putingnya terus mengalir. Tergopoh-gopoh kami membawanya kembali ke Dokter Hewan. Sampai di Dokter Hewan, sekali lagi Gozonk disuntik. Setelah disuntik, kejangnya berkurang. Dan Gozonk menjadi lebih tenang. Bola matanya kembali normal, walau sepertinya semakin memutih warnanya. Dokter kali ini cuma bilang ke adik saya, sebaiknya adik saya mengikhlaskannya. Dokter tetap menyuruh kami membawa pulang Gozonk, walau adik saya bersikeras agar Gozonk dirawat inap saja di klinik. Semalaman adik saya tak bisa tidur. Dia hanya mengelus-elus Gozonk yang kadang menjilati tangan adik saya pelan-pelan. Nafas Gozonk semakin pelan dan satu-satu. Kami, saya, Bapak dan dua adik saya yang lain, tidak lagi sibuk mengkhawatirkan Gozonk, tapi sibuk membujuk adik saya untuk mengikhlaskan kucingnya. Selepas sholat Ashar, adik saya menyerah. Di kuping Gozonk dia membisikan kata, "Kalau Gozonk sudah tidak kuat, Yuni ikhlas. Gozonk pulang aja, tapi jangan lupain Yuni ya? Maafin Yuni". Situasinya jadi mirip saat kami berusaha ikhlas melepas kepulangan Ibu. Akhirnya setelah Maghrib, Gozonk berpulang. Adik saya membasuh sekujur tubuh Gozonk yang telah kaku dengan air hangat. Membersihkan luka di puting Gozonk yang sudah terbuka lebar, lalu mengkhafaninya dengan sisa kain kafan Ibu, yang masih kami simpan. Bapak menguburkan Gozonk di samping rumah, bunga-bunga pacar banyu yang kami punya, dipetik adik saya dan ditabur di atas makamnya. Fiuh, untung adik saya, tidak meminta saya mengadakan acara yasinan juga untuk kepulangan Gozonk. Hewan saja bisa kena kanker payudara karena tidak mau menyusui, walau mungkin kondisi dan sistem tubuh antara manusia dengan hewan tentu saja berbeda, sebaiknya, Ibu-ibu menyusui dan memberi ASI untuk anak-anaknya.

***

Sumber Gambar : Almh. Gozonk (koleksi pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun