Mohon tunggu...
Nathalia
Nathalia Mohon Tunggu... -

just outside my window..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Amel

1 November 2012   09:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:07 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tak ada yang istimewa dari memerahnya langit saat senja. Itu hanya lintasan cahaya matahari yang semakin panjang sebelum jatuh di kornea mata kita (*). Tak ada yang istimewa dari senja, tak ada, percayalah. Entah mengapa kau sangat tak suka pada senja. Saat matahari terbakar dicumbu ufuk dan mereka luruh menjadi malam, lantas melahirkan rembulan, sungguh suasana yang romantis, tapi kau bahkan serupa membencinya. Kalian perempuan memang suka mengada-ada. Surya, senja, purnama, semua kalian  bilang romantis. Tidak tahukah kalau sedikit saja pijarnya matahari, bisa membuat gosong seluruh bumi kalau tak ada atmosfer sebagai pelindung. Coba bayangkan, bila bulan tiba-tiba lepas dari garis edar dan menumbuk bumi, tamatlah kita. Baiklah kalau kau tak suka hal-hal yang romantis. Kalian laki-laki, lebih terseret arus logika-logika, sedang perempuan serupa mendewakan rasa, aku mengalah. Namun aku tetap suka kau. Meski menggerutu, toh dirimu duduk di sini, di sampingku, menikmati senja dan debur ombak yang bernyanyi meningkahi angin semilir menari. Meski kau hanya duduk diam, merengkuhku dengan lenganmu yang kokoh, membiarkan dada bidangmu sebagai sandaran lalu mendengarkanku yang berceloteh tentang indahnya senja, riuhnya orang yang lalu lalang sepanjang pantai, nelayan-nelayan yang menyiapkan sampan, hingga burung-burung yang berterbangan, terburu-buru, menuju pulang. Matahari perlahan menghilang, tenggelam di horison samudera nan jauh. Saat kau mengajakku bangkit, berjalan menyisir pantai menuju parkiran, kala itulah kita melihatnya. Seorang gadis cilik mengintip dari balik sebatang pohon kelapa, "Hallo sayang, siapa namamu?" tanyamu padanya. "Amel, Om" jawabnya sambil tersenyum malu dan kemudian berlari ke arah teman-temannya yang bermain di pantai. "Kali ini, aku sepakat denganmu, senja itu romantis. Dan aku tak sabar ingin mempunyai gadis cilik secantik Amel, bersamamu" ucapmu sambil mengerling nakal. Matahari semakin luruh, dan senja memerah sempurna, di rona pipiku.

********************

(*) sila baca di sini

Illustrasi foto 1 "Sunset Pantai Wetan Sundak - Gunung Kidul, Yogyakarta" oleh Fajar Nugroho

Illustrasi foto 2 "Amel" oleh Eddy Due Woi

it's 4 u *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun