PENDAHULUAN
Perjuangan Indonesia di masa lampau, khususnya dalam pendidikan merupakan salah satu elemen penting dari sejarah bangsa guna mencapai kemerdekaan dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan yang diberikan oleh pemerintah kolonial pada masa penjajahan sangatlah terbatas dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia, oleh karena itu muncul tokoh-tokoh penting yang memajukan pendidikan Indonesia, salah satunya adalah Ki Hajar Dewantara. Beliau terkenal dengan semboyannya yang berbunyi “Tut Wuri Handayani” yang dapat diartikan sebagai “mengikuti di belakang sambil memberi pengaruh” (Suratmin et al., 1981:83).
Ki Hajar Dewantara meninggal pada tanggal 26 April 1959 dan disemayamkan pada pemakaman keluarga Tamansiswa Wijaya Brata di Yogyakarta. Dalam buku Mengenal Taman Wijaya Brata Makam Pahlawan Pejuang Bangsa (Nayono, et al., 1996:27) menjelaskan nama Taman Wijaya Brata sendiri memiliki makna sebagai tempat “pasarean langgeng” atau persemayaman abadi bagi para pejuang yang telah mencapai “wijaya”, kejayaan setelah melewati masa penderitaan dan keprihatinan. Melalui “tapa brata”, pengorbanan dan perjuangan menghadapi penjajahan bangsa asing hingga berhasil mewujudkan Indonesia merdeka.
Apabila dilihat dari bentuk fisiknya, struktur utama makam terdiri dari jirat, nisan dan gunungan (Montana, 1990). Pemakaman dalam bentuk batu nisan dapat menggambarkan status sosial suatu komunitas (Marampa, 1997). Nisan juga, adalah salah satu contoh situs prasasti yang kini masih ada dan mudah ditemukan (Christin M., Barlian A., Obadyah, Salmiyah D., Ali F., 2021:18). Oleh karena itu makam memiliki makna yang cukup penting bagi perkembangan kebudayaan suatu masyarakat.
Di dalam makam terdapat kijing yang berfungsi tidak hanya sebagai penanda tempat peristirahatan, namun juga simbol yang mengandung makna, budaya, dan juga identitas. Melalui kijing, masyarakat dapat mengingat kembali orang-orang yang telah tiada khususnya para pahlawan Indonesia (Ivaluddin, 2022).
Sebagai warisan budaya, kijing makam seringkali dipandang sebelah mata. Tidak dipahami secara mendalam dari segi estetika dan simbolik. Kijing makam Ki Hajar Dewantara tidak hanya dimaknai sebagai bentuk penghormatan, namun juga menyiratkan pemikiran dan perjuangan beliau yang sarat akan pesan moral dan nilai-nilai pendidikan. Setiap elemen pada kijing makam Ki Hajar Dewantara, akan dideskripsikan dalam penelitian ini. Keunikan tanda atau simbol yang ada pada kijing makam Ki Hajar Dewantara perlu dipahami lebih mendalam agar masyarakat dapat memahami pesan-pesan serta jasa beliau.
Penelitian ini secara spesifik bertujuan untuk mengkaji nilai-nilai estetika dan simbolik yang ada di desain kijing makam Ki Hajar Dewantara sebagai pelopor pendidikan di Indonesia. Kijing makam ini menarik untuk dikaji lebih lanjut karena kental akan nilai historis dan budaya, serta memiliki desain yang unik. Adapun teori yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah teori semiotika Roland Barthes. Dalam mengkaji menggunakan teori tersebut, Barthes menggunakan dua aspek, yaitu secara denotasi, konotasi. Dalam konteks DKV, teori ini digunakan guna menganalisis dan memahami tanda-tanda atau simbol dalam budaya dan komunikasi visual yang ada pada desain kijing makam Ki Hajar Dewantara.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk menyusun data-data dikumpulkan melalui observasi langsung, menganalisa dokumen-dokumen terkait, serta wawancara pada beberapa narasumber. Penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Ipmawati dan Hodijah (2024) telah mengkaji beberapa makna pada arsitektur bangunan seperti masjid menggunakan teori Roland Barthes. Akan tetapi, belum ada penelitian yang membahas makna makam Ki Hajar Dewantara sehingga menjadi novelty atau sebuah kebaruan.
Penelitian ini juga mengkaji nilai-nilai estetika melalui 5 sila estetika desain. penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman lebih dalam mengenai makna yang terkandung pada desain kijing makam Ki Hajar Dewantara, serta berkontribusi terhadap pelestarian nilai budaya dan pendidikan dengan menginterpretasikan elemen-elemen desain dan nilai-nilainya. penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya terutama di bidang Desain Komunikasi Visual selaku produsen tanda.
METODE PENELITIAN