Wajah yang penuh keriput, riwayat hidup terukir,
Sepanjang perjalanan, setia menemani.
Dalam senyummu, kisah panjang terbaca,
Orang tua, pahlawan tanpa jeda.
Pada sore yang hening, cerita usang terulang,
Kisah-kisah masa lalu, bunga-bunga kenangan.
Mereka menari di antara riuhnya zaman,
Orang tua, penjaga abadi dalam alunan waktu.
Ketika badai menerpa, di sana mereka berdiri,
Teduhnya pelukan, tak pernah pudar.
Orang tua, payung ketenangan di hujan deras,
Dalam lautan cobaan, kita bersama berlayar.
Cinta yang tak terukur, lembut dan tulus,
Dalam sentuhan hangat, tak ada batas.
Hati yang menyala, menyirami benih mimpi,
Orang tua, sumber inspirasi yang abadi.
Di pangkuan kasih, kita tumbuh dan berkembang,
Mereka adalah taman, di dalamnya bunga-bunga mekar.
Orang tua, guru pertama dalam pelajaran cinta,
Dalam pelukanmu, dunia menjadi hangat dan damai.
Bagaikan bintang di malam yang sepi,
Orang tua, sinarmu menerangi setiap jalan.
Dalam puisi cinta ini, terukir namamu,
Sebagai pahlawan sejati, tak tergantikan di hati.
Dalam peniti cinta, kita terikat erat,
Orang tua, kalian adalah permata yang berharga.
Puisi ini untukmu, tinta hati yang tak terhingga,
Cinta orang tua, puisi terindah sepanjang masa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H