Pagi ini udara Jakarta tampak sangat mendukung aku untuk melakukan aktivitas layaknya mahasiswi biasanya. Oh ya, kenalin namaku Arabella Regenboog. Biasanya teman-temanku memanggilku dengan sebutan Bella. Aku mahasiswi semester  hampir akhir. Aku berasal dari bandung yang berkuliah di salah satu Universitas Jakarta. Seperti halnya anak rantau yang lain, aku pun hidup dengan diriku sendiri disini. Meski rasanya aku memiliki teman, namun entah kenapa aku terus merasakan ke abu-abuan.
Dosenku menjelaskan materi dengan singkat, tanpa bertele-tele. Secepat itu pula diriku meninggalkan kelas dan menapakkan kakiku pada penjual kaki lima favoriteku. Bubur ayam. "Ibu Mira, saya pesan 30 bubur ayam ya, kayak biasanya," ucapku pada penjual bubur ayam. Lalu dibalas dengan tanda jempol andalannya. Setelah menunggu cukup lama, ibu Mira memberikan 30 bubur ayam yang aku pesan, "Hati-hati yak neng geulis, sehat selalu, jangan lupa makan yang banyak ya, titip salam buat yang anak-anak," kata ibu Mira. Lalu aku balas "siap bu, haturnuhun."
Aku terbiasa berjalan kaki untuk kesana kemari, hari ini memang jadwalku untuk bermain dengan adik-adikku. Aku buka pagar berwarna hijau tua yang tampak sudah tua dengan karatan khasnya. Sambutan riang gembira berlarian kepadaku, lalu ku menyapanya satu-satu. Rian, si anak bola, berteriak dari dalam dan menyambutku "hei kakak, kangen sekali kami!" ucapnya dengan berlari memelukku dengan pelukan hangat yang lainnya. Dan adik-adikku yang lain ikut menyambutku dan memelukku dengan sangat hangat. Tenang rasanya jika bermain dengan mereka. Rumah ini, rumah kedua untukku. Rasa kasihku terhadap adik-adik disini mengingatkanku kepada masa kecilku yang indah kala itu. Pelukkan hangat, tawa riang gembira dan senyuman indah, serta kalimat manis. Selalu aku nanti-nanti. Karena, mungkin suatu saat nanti, aku tidak bisa melihatnya lagi.
Bilqis, adik kecilku yang aku sayangi, mengajakku untuk bermain bersama. Bilqis mengajakku di sebuah taman rindang. Aku kaget disana terdapat seorang laki-laki bersama adik-adik yang lain sedang bermain. Tiba-tiba Bilqis menarikku untuk bermain bersamanya. Seorang laki-laki itu mengajak kenalan denganku.
"Hai aku Reno" ucap Reno si idung belang.
"Hai juga, aku Arabella, kamu bisa panggil aku Bella" balas Bella.
Reno menanyakan kepada Bella, "Kamu sering kesini?" Tanya Reno. Bella pun membalasnya "Tidak sesering itu, kadang aku kalau ada waktu luang aku kesini". Reno mengajak adik-adik dan aku untuk kembali masuk ke dalam rumah. Seorang ibu paruh baya keluar dari kamarnya menyapaku dari belakang. Sedikit terkejut karena aku sedang fokus menatap sekitar. Dengan kebiasaan antara ibu dan anak, aku pun bersalaman dengan ibu Nissa, pemilik panti asuhan cahaya kasih.
"halo Ara, kangen sekali ibu dengamuuu!" ucap bu Nissa, sambil memelukku.
"ibuuu, Ara juga kangen sekali dengan ibu" balasku.
Aku mulai membagikan bubur yang aku beli ke adik-adik dan dibantu oleh Reno dan Ibu Nissa. Adik-adikku tampak tersenyum lebar, aku yang melihatnya sangat senang sekali. Setelah membagikan makanan, aku berpamitan pulang dengan Bu Nissa,Reno dan adik-adik.
Ternyata Reno menawarkanku untuk pulang bersama. Aku malu dengan yang lain karena adik-adik menggodaku dengan cie...ciee..kak araa...Rasanya aku ingin menghilang dari sini saja. Tak lama aku menerima ajakan Reno untuk pulang bersama, itung-itung hemat ongkos pulang.
Tak lama kemudian, aku dan reno sudah sampai di depan kos-kosanku. Aku mengucapkan terimakasih kepada Reno. Dan Reno kembali mengajakku untuk besok ke panti bersama. Ternyata aku dan reno sekampus. Reno mengatakan "Besok kalau ada waktu, ke panti ya. Aku ada sosialisasi dipanti. Btw nanti bareng aku aja berangkat dan pulangnya." Bella yang mendengar itu tampak bingung, apa berdua saja atau dengan teman-temannya yang lain. Bella memberanikan untuk menanyakan "memang besok jam berapa?apa cuma berdua saja?"
Reno menjawab "kamu ini lucu sekali Bella, Sekitar jam 3 sore, kamu bisa? Kita gak berdua, kita sama-sama dengan teman-temanku" ucap Reno.
Bella hanya mengiyakan saja. Reno pamit kepada Bella untuk pulag. Reno melambaikan tangnnya, dan Bella membalas lambaian itu.
Sekitar jam 1 siang, Reno menjemput Bella yang selesai melaksanakan mata kuliahnya. Mereka segera membeli makanan dan snack terlebih dahulu. Di dalam mobil, Reno memperkenalkan Bella ke teman-temannya. Ada Disha, Mario, Hugo dan Nina. Mereka terseyum hangat kepadaku. Aku pun merasa malu dan membalas senyuman mereka.
Tepat tiba dipanti, Mereka mulai menyapa adik-adik panti. Mereka salim kepadaku dan teman-temanku. Kami memulai sosialisasi, tetapi aku hanya memperhatikan mereka. Aku memperhatikan sekitar. Dan Bu Nissa mengajakku untuk duduk bersama. Kami bercanda gurau terlihat sangat bahagia. Lalu, kami lanjut saling bercerita satu sama lain, mulai dari tentang perkuliahanku, teman-temanku, suasana bingungnya tugas kuliah, hingga sampai dimana bu rina bertanya tentang hal yang aku takutkan.
"Sayang, ibu sangat senang sekali melihat Ara tersenyum bahagia seperti ini. Kami setiap saat selalu berdoa untuk mu, sayang. Bagaimana keadaan kamu?" senyumanku yang awalnya sangat hangat, sekarang aku pun tetap harus tersenyum getir demi memperlihatkan keadaanku yang baik baik saja.
"Bu Nissa... apapun yang akan terjadi nanti, besok, atau lusa. Saya tetap menyayangi ibu. Terkadang memang saya...yaa.. masih sering mual muntah dan kejang yang engga bisa ketebak. Tenang saja bu Nissa. Saya selalu kemo kok, tepat waktu. tetapi apa yang terjadi memang penyebaran tumor saya sudah keseluruh tub-uh" tak terasa, air mataku jatuh. mungkin jika digambarkan, keadaanku saat ini memang terlihat cukup sangat kacau.
"ara......" Ibu Nissa memelukku yang ke sekian kali.
"Ibu, araa gapapa kok. Rambut ara masih banyak, toh ya ara seneng masih bisa main main sama adik-adik disini" Jawabku dengan tersenyum perih.
"Terimakasih ya ra, kamu selalu menjadi anak yang baik. Terimakasih sudah bantu panti ini untuk tetap dapat menjadi rumah bagi anak anak. Kami sangat sayang sekali sama kamu ra," Ibu Nissa yang tetap memeluk ara dengan erat, Bu Nissa kembali berucap, "kamu adalah pahlawan kami ra, jasa Arabella Regenboog selalu akan dikenang oleh anak anak panti disini".
Rasanya semua sakit yang sedang ada di dalam tubuhku ini kurasakan sedang berhenti sejenak. Membantuku untuk tetap merasakan selalu pelukan hangat oleh Bu Nissa, mamaku, papaku. Entah dimana, aku pun sebenarnya tidak memperdulikan lagi meskipun aku terus merindukan sosoknya. Mungkin bagi papaku uang adalah segalanya, tetapi kasih sayang yang ia kasih tidak dapat digantikan oleh hartanya. Memang janjiku untuk membagikan rezeki yang aku punya untuk panti ini. Sayangnya, tidak akan lama lagi aku tidak bisa mengamalkan banyak pahala entah tabungan pahalaku ini sudah cukup atau belum untuk menemui tuhan. Semoga kebahagiaan yang telah aku pancarkan sehari-hari, dapat menjadikan seseorang yang ada di sekelilingku dapat mendoakanku.
Tepat menunjukan jam 5 sore, Reno dan temannya sudah selesai melakukan sosialisasi. Dan kami pamit untuk pulang. Adik-adik kelihatannya sangat senang sekali. Saat berpamitan dengan adik-adikku disini terasa sangat berat, entah kenapa berpamitan dengan Bu Nissa pun rasanya membuat badanku terkena magnet. Aku mulai berjalan meninggalkan panti, menutup pagar hijau tua berkarat itu dan melambaikan tanganku kepada yang adik-adik lainnya.Gegap langkahku berjalan, entah apa yang terjadi kepalaku terasa lebih berat dari sebelumnya, nyeri, sakit, pusing. semua menjadi satu. Ke abu-abuan itu mulai datang, aku melihat semua orang disana berteriakan memanggil namaku. Ini kah yang aku tunggu?. Â Terimakasih tuhan, terimakasih untuk segala-galanya atas apa yang di berikan untuk diriku.
Arabella Rehenboog, Terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H