Sepertinya, Hal ini sudah menjadi sesuatu yang lumrah yaa, bahwa mereka mempunyai sifat problematic.
Kita disini tidak usah munafik, yaaa, langsung saja kita akan membahas tentang gen milineal ini, dilihat-lihat makin menjadi kelakuannya, sampai membuat desas-desus dan kasus-kasus, entah ini pro atau kontra.
Di Indonesia, ditanah air kita yang kita sayangi, sudah tidak asing dengan kata "problematic", tetapi bukan cuma problematic saja, kita akan memunculkan fakta-fakta asli dan no hoax. Tentang gen milineal ini, bicara tentang gen milineal, mereka agak agak meresahkan, mengesalkan, mengganggu, dan membuat hal-hal yang tidak terduga. Okeh kita balik lagi tentang problematic, kalian tahu kan apa makna problematic?, kita rincikan saja, mereka ini Tidak mau seperti Simbiosis Mutualism. Malahan mereka lebih memilih menjadi Simbiosis Parasitism. Parasitism. Paham lah kalian arti kata itu, nggak paham sia-sia dong kalian belajar. "parasit" kan sifatnya jahat, sama seperti sisi gelap mereka. Yang sangat-sangat menyebalkan. Disclaimer bukan fitnah, menghujat, dan menyudutkan. Tetapi ini fakta hal yang diwajarkan di negara kita sayangi ini, mereka ini maunya "tidak terlihat biasa sajah" maka dari itu mereka ingin diberikan banyak sanjungan, pujian, dan sampai dijadikan pedoman hidup khayalak ramai. Tidak usah munafik. Kalian juga ada kan masa-masa emosi gara gara sisi gelap mereka. Heran sama orang orang haus validasi sesampai dia membuat kegaduhan yang merajalela, yaitu dengan tidak suka dikritik. Tetapi mereka mengajarkan kita selalu berpikir kritis dan menerima kritikan orang lain sebagai amanat biar bisa lebih baik. Tetapi apakah mereka juga sama?, oh tentu tidak sama sekali, kenapa bang?, kenapa ko bisa bang?, bisa gitu ya bang, mereka?, kita rincikan saja, mereka ini tidak mau dikritik dan menerima kritikan orang lain, semisal kita ngeritik mereka, mereka akan menjadikan kita semua kambing hitam dan akan diadu domba sama golongan-golongan mereka tersebut. Ekhemm... Berbicara tentang mernima kritikan orang lain dan jadikan sebagai amanat biar bisa kita lebih menguprage diri sendiri, tetapi kok ucapan mereka tidak bisa diserap oleh mereka sendiri ya... Sungguh hal unik yang diwajarkan di negara kita tersyintah~~~ ini, mereka membuat kita seolah-olah pelaku yang menyerang mereka (sbg korban), ohh tentu tidak begitu, itu hal yang terbalik, kitalah yang dijadikan bahan adu domba buat mereka semua itu. Sesampainya pada saat "mereka" menyebalkan issue hoax. Tentang kita ke khayalak ramai diluar sana. Dan yaap.... Mereka membawa kelompok untuk menyerang kita, hahaha, sungguh lucu dan menggemaskan bayi "tua bangka" itu. Segitunya sekali, padahal tinggal terima dan udah kelar. "Bang, bang, bang menurut lu kalo udah gitu harus ngapain?", masa iya mundur ges... Majulah mana ada kesalahan kita, orang pure problemnya ke mereka-mereka.... Masa iya takut si, api dengan api kalau bisa. Kenapa bang?, kan tuhan menciptakan banyak rasa ke manusia, ada senang, sedih dan amarah, jadi buat apa sabar mulu?, tanggapin lah, "gw tanya, kalian sabar mulu, memang kuat?", ujung-ujungnya nangis dikamar juga, nanti pas ditanya "kenapa, bro?" nggak apapa ko, aslinya sakit kan?. Harus berdampingan dengan mereka yang seperti itu. Jujur ajah, jangan munafik, ALERGI. Mereka ini keinginannya sanjungan, pujian dan haus validasinya sampai mana si?, terliha kaya bau-bau pansos sedikit... Inget didunia itu sementara. Pak/buk. Nanti juga kita semua kekal diakhirat sana. Tidak menetap didunia sajah.
wahai kaum-kaum gen milineal... Kata kalian suruh kami menerima kritikan tetapi kenapa?, kenapa?, Kalian tidak mau menerima masukan dr kami?, kita ini sama-sama hidup, kita sama-sama manusia, dan bukan malaikat ataupun tuhan.
Kami tahu kalian baik hati, ramah, sopan, dan menyayangi kami, tetapi apakah perlu kalian mengadu domba karna hanya masukan dr kami semata?, ayoo wujudkan harmonists. Biar enak hidup aman dan tentram.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI