INILAHCOM, Jakarta – Indonesia pernah hebat saat Bung Karno, demi martabat negaranya bisa berkata tegas,” Go to hell with your aid!” kepada pihak asing yang coba cawe-cawe. Kini, manakala kaki belum dilangkahkan menuju medan perang Pilpres, PDI Perjuangan sudah ‘berkonsultasi’ dengan negara-negara asing.
Seperti ramai diberitakan, Senin (14/4/2014) malam lalu Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menggelar pertemuan di rumah Jacob Soetoyo, di kawasan Permata Hijau, Jakarta. Selain Megawati, Jokowi dan tuan rumah, dalam pertemuan itu hadir pula tujuh duta besar negara asing. Para dubes itu tersebut adalah Dubes AS, Dubes Vatikan, Dubes Myanmar, Dubes RRC, Dubes Meksiko, Turki dan Peru.
Selengkapnya di Lobi Neokon Hawkish di Belakang Jokowi?
Setelah membaca berita di atas, banyak menimbulkan pertanyaan pada diri saya, sebenarnya apa tujuan dari pertemuan tersebut?
Tidak bisa dipungkiri bahwa pasca Pileg yang diadakan tanggal 9 April 2014 kemarin, partai-partai yang memiliki kesempatan untuk maju ke babak selanjutnya, yaitu Pilpres, berlomba-lomba untuk membentuk koalisi.
Tiga partai yang mendapatkan kuota suara paling banyak, yaitu PDI-P, Golkar, dan Gerindra sedang sibuk mencari koalisi dengan partai lain yang sejalan dengan mereka. Tidak jarang juga ketiga partai tersebut melakukan pertemuan-pertemuan dengan pihak-pihak yang mendukung mereka.
Akan tetapi, seperti yang dijelaskan pada artikel berita di atas, untuk apa Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Capres PDI-P Jokowi menggelar pertemuan dengan tujuh duta besar negara asing (Dubes AS, Vatikan, Myanmar, RRC, Meksiko, Turki dan Peru) di rumah Jacob Soetoyo ? dan kenapa digelar di rumah Jacob Soetoyo?
Siapa pun yang membaca artikel berita di atas, pasti akan menganggap bahwa pertemuan tersebut membahas mengenai Pilpres yang akan diadakan sebentar lagi. Kalau benar begitu, berarti sudah ada campur tangan asing di dalam Pencapresan PDI-P.
Padahal Megawati selalu mengutip perkataan ayahnya, Soekarno, tentang Indonesia yang kokoh dan berdiri di atas kaki sendiri (berdikari). Kalau sudah begini, apakah pernyataan tersebut masih bisa dipercaya?
Bagaimanakah perasaan Bung Karno yang sangat menjunjung tinggi martabat negaranya dengan tidak mau ada campur tangan asing apabila mengetahui pertemuan tersebut? Mungkin jawabannya cukup dua kata, SANGAT KECEWA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H