Mohon tunggu...
Natasha Agustina
Natasha Agustina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Bioteknologi

Tertarik menulis dan bergelut dibidang riset

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kekeringan Melanda Sebagian Besar Lahan Pertanian di Indonesia, Apa Solusinya?

19 Juli 2024   07:24 Diperbarui: 19 Juli 2024   07:36 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aplikasi pupuk hayati nano dalam perkembangan tanaman | Foto: Garg et al./Bioengineering 

Indonesia, sebagai negara agraris, menghadapi tantangan besar dalam sektor pertanian akibat perubahan iklim yang semakin ekstrem. Salah satu masalah utama yang kerap muncul adalah kekeringan, yang berdampak langsung pada penurunan produktivitas pertanian. Menurut data Badan Pusat Statistik (2022), luas lahan kering nasional mencapai 63,4 juta hektar (33,7% luas lahan Indonesia). Lahan pertanian yang mengalami kekeringan tidak hanya mengurangi hasil panen tetapi juga mengancam ketahanan pangan nasional. 

Kekeringan berkepanjangan menyebabkan tanah kehilangan kelembapan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini menyebabkan tanaman seperti padi, yang merupakan makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia, mengalami stres air yang berujung pada penurunan produktivitas. Selain itu, kekeringan juga dapat memicu terjadinya gagal panen, yang tentunya berdampak pada pendapatan petani dan stabilitas ekonomi pedesaan. 

Untuk mengatasi masalah kekeringan ini, diperlukan inovasi dalam praktik pertanian yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim. Salah satu solusi yang sedang berkembang adalah penggunaan pupuk hayati nano. Pupuk ini menggabungkan manfaat mikroorganisme dengan teknologi nano untuk meningkatkan efisiensi penyerapan nutrisi oleh tanaman. Partikel nano yang berukuran sangat kecil memungkinkan nutrisi diserap lebih efisien oleh tanaman, mengurangi kebutuhan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, dan mengurangi risiko pencemaran lingkungan. Selain itu, kombinasi teknologi nano dengan mikroorganisme dapat memperkuat struktur akar tanaman, sehingga tanaman menjadi lebih tahan terhadap kekeringan.

Aplikasi pupuk hayati nano dalam perkembangan tanaman | Foto: Garg et al./Bioengineering 
Aplikasi pupuk hayati nano dalam perkembangan tanaman | Foto: Garg et al./Bioengineering 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nanopartikel seng oksida (nano-ZnO) efektif dalam meningkatkan penyerapan hara dan membantu pertumbuhan tanaman, terutama di tanah yang kurang subur dan kering. Jika digabungkan dengan Agrobacterium rhizogenes melalui rekayasa genetika, manfaatnya pada pertumbuhan tanaman dan hasil panen menjadi lebih signifikan. Nano-ZnO sendiri mampu meningkatkan konsentrasi seng dalam jaringan tanaman, serta mengoptimalkan fotosintesis dan metabolisme karbohidrat. Di sisi lain, A. rhizogenes rekombinan dapat digunakan untuk mentransfer gen toleransi kekeringan, seperti OsEF1A ke tanaman. Hal ini terbukti mengurangi kerusakan oksidatif sehingga membuat tanaman lebih tahan terhadap kekeringan dan hasil panennya meningkat. 

Pemerintah perlu mendorong penelitian dan pengembangan teknologi pupuk hayati nano ini melalui kebijakan yang mendukung inovasi di sektor pertanian. Selain itu, penyuluhan dan pelatihan bagi petani tentang penggunaan pupuk hayati nano juga penting untuk memastikan teknologi ini dapat diterapkan dengan efektif di lapangan. 

Dengan adopsi teknologi pertanian yang canggih seperti pupuk hayati nano, Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan ketahanan pangan dan produktivitas pertanian, meskipun dihadapkan pada tantangan perubahan iklim. Solusi ini tidak hanya memberikan harapan baru bagi petani, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan. 

Sumber: 

Akmal, M., Younus, A., Wakeel, A., Jamil, Y., & Rashid, M. A. (2023). Synthesis and application of optimized ZnO nanoparticles for improving yield and Zn content of rice (Oryza sativa L.) grain. Journal of Plant Nutrition, 46(6), 1077-1090. 

Badan Pusat Statistik. (2022). Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Menurut Provinsi Tahun 2019-2021. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun