Mulai saat ini, panggil dia si penggembara. Sang penggembara yang terus melangkah tanpa lelah, tak peduli hujan dan badai. Dia bukannya kuat dan tangguh. Justru, ia terlalu lemah untuk sekedar tinggal dan menetap di rumah. Ah, mungkin aku salah. Si penggembara tak punya rumah. Tepatnya, tak pernah punya rumah. Ia pernah mengira bahwa tempatnya berlabuh dulu adalah rumahnya. Lalu, ia serahkan semua miliknya dan ia letakkan disana. Lihat saja apa jadinya dia sekarang. Semua miliknya hilang dirampas manusia tak bertanggung jawab. Tapi, dia mendapatkan sebuah pelajaran. Bahwa manusia tak pernah punya rumah. Bahwa manusia tak patut dipercaya. Dan bahwa setiap manusia dilahirkan sebagai panggembara. Sudah hakekatnya manusia menjadi sang penggembara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H