Penyakit yang disebabkan oleh infeksi sejatinya memang tidak bisa kita hindari. Pada dasarnya, infeksi pasti akan hinggap pada seluruh manusia, hanya tinggal menunggu waktu saja. Berbeda apabila infeksi tersebut hadir karena ulah manusia sendiri, seperti berciuman. Karena seperti yang kita tahu, penyakit yang diderita masing-masing orang itu berbeda. Bisa jadi si A sedang mengalami sariawan dan si B sedang mengalami panas dalam. Apabila kedua pihak tersebut berciuman, tentu saja proses infeksi bisa menyebar begitu saja, melalui media air liur. Nah, tapi di sisi lain, bagaimana sebenarnya penyakit-penyakit yang muncul karena adanya infeksi ini bisa berkembang?
Proses penyakit infeksi ini dapat dilihat dari 2 sisi transmisi atau saluran infeksinya, yaitu transmisi langsung dan transmisi tidak langsung. Penularan langsung ini disebabkan oleh bakteri jahat ke pintu masuk terbuka korban infeksi. Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, bersin, batuk, berbicara, atau saat transfusi darah dengan darah yang terkontaminasi bakteri jahat. Selanjutnya, penularan tidak langsung memerlukan media perantara sebagai proses infeksi, baik berupa barang/bahan, air, udara, makanan/minuman, dan sebagainya.
Proses infeksi ini melalui 4 tahap, yaitu tahap rentan, tahap inkubasi, tahap klinis, dan tahap akhir penyakit. Pada tahap rentan ini, sebenarnya penderita masih dalam kondisi relatif sehat namun peka atau labil, disertai faktor predisposisi yang mempermudah terkena penyakit seperti umur, keadaan fisik, perilaku/kebiasaan hidup, sosial ekonomi, dan lain-lain. Kedua, tahap inkubasi ini merupakan tahap bakteri sudah mulai menguasai tubuh penderita. Biasanya, tahap inkubasi ini ditandai dengan munculnya gejala-gejala. Ketiga, tahap klinis merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang dapat memunculkan tanda dan gejala penyakit. Dalam perkembangannya, penyakit akan berjalan secara bertahap. Pada tahap awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan. Penderita masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Jika bertambah parah, penderita sudah tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari. Terakhir, tahap akhir penyakit ini tidak selamanya berakhir sempurna alias sehat, tetapi bisa saja penderita gagal melawan penyakit hingga menyebabkan kematian, atau bisa juga penderita sembuh total dan infeksi.
Menurut Joegijantoro (2019:7), proses infeksi ini bisa saja tidak terjadi apabila penderita memiliki antibodi yang kuat. Namun di sisi lain, meskipun penderita memiliki antobodi kuat tapi berada di lingkungan carrier atau pembawa, maka antibodi yang ia punya bisa saja gagal dalam melawan. Lalu, bagaimana dengan carrier? Pembawa tentu saja berada di masa yang lebih menakutkan, karena ia adalah sumber infeksi. Jadi, baik penderita dan pembawa tidak hanya mengandalkan antibodi saja, tetapi harus bisa mengatasi gejala-gejala infeksi sesuai takaran infeksi (apakah infeksi tersebut sudah termasuk berbahaya atau ringan). Apabila infeksi pada penderita dan pembawa masih di ranah ringan, maka mereka bisa mengatasinya dengan berolahraga, makan makanan yang sehat dan bergizi, serta tidak menyalahi aturan (tidur tepat waktu), dan sebagainya. Namun, jika infeksi pada penderita dan pembawa sudah masuk dalam ranah berbahaya alias mematikan, mereka harus segera dilarikan ke rumah sakit demi keselamatan. Tentu saja penanganan yang mereka dapatkan tidak boleh terlambat, harus tepat waktu sebelum proses infeksi semakin menyebar dan menyebabkan kematian.
Sumber:
Joegijantoro, Rudy. 2019. Penyakit Infeksi. Malang: Intrans Publishing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H