Guru sebagai "Kepala Kelas" harus setiap hari memperbaharui diri untuk melahirkan anak didik yang diapresiasi era industri. Tidak hanya murid yang perlu belajar mengembangkan ilmu pengetahuan, dan kemampuan demi bisa satu jalan dengan perkembangan zaman.Â
Guru adalah sosok terpenting dalam pendidikan, baik dalam membangun budaya dalam membuat keputusan strategis, serta mengawasi kinerja para siswa. Hal tersebut didiskusikan pada The Association of National and Private Schools (ANPS) (dalam lansiran edukasi.kompas.com, 17/2/2020).Â
Keterlibatan guru dengan para pemimpin yang sudah berhasil di dunia pendidikan memiliki manfaat sangat penting untuk mengendalikan lingkungan belajar yang mempu menghasilkan perubahan positif, baik bagi perilaku guru maupun prestasi siswa.Â
ANPS menyelenggarakan program 'Profesional Development" yang mempertemukan guru dengan para tokoh yang sukses melalui Teacher Conference 2020 bertema Take Charge: Teacher as Chief Learning Officers. Acara tersebut untuk memperbaharui kemampuan para guru di era teknologi digital.
Program Profesional Development dibuat dalam bentuk pelatihan yang dihadiri tokoh-tokoh yang sudah berhasil, dimulai pukul 07.30 sampai 16.30. Para tokoh yang dihadirkan memberi inspirasi tentang cara mengajar sampai bagaimana guru berinteraksi dengan murid agar proses belajar mengajar tak hanya efektif namun menghasilkan keluaran yang berkualitas.
Sesi bertajuk 'Gurunya Manusia" adalah salah satu sesi yang ditunggu dan menarik perhatian. Sesi tersebut diisi oleh direktur School of Human (Sekolah Manusia) Cibubur Munif Chatib, M.Pd. Murid yang juga merupakan dosen FKIP dan CEO Konsultan Next Edu menyebut bahwa guru harus mengasah kreativitasnya dalam membangun relasi dengan siswanya. Membangun relasi merupakan poin penting di era revolusi industri 4.0 agar peran guru tidak digantikan oleh robot.
Google Earth Education Expert Steven Sutanto juga hadir membawakan sesi. Beliau mengajak peserta merasakan keseruan kelas bila guru menggunakan sejumlah aplikasi edukasi milik Google.Â
"Siswa bisa berkeliling dunia dengan Google Earth di dalam kelas," papar Steven.
Saat mempelajari Koloseum di Roma misalnya, sebagai salah satu keajaiban dunia. Siswa dibuat menjelajah Koloseum lebih dekat dengan Google Earth. Siswa bisa melihat bentuk bangunan, bahkan melihat sekeliling dengan teknologi 360 derajat. Bisa diibaratkan sedang field trip.Â
Selanjutnya, fasilitas Google Expedition juga bisa digunakan guru sebagai kegiatan belajar sistem pernafasan yang lebih hidup karena disajikan dalam tayangan 3 Dimensi. Hal tersebut membantu dalam belajar Geografi dan Biologi karena dapat terasa lebih menyenangkan. Guru tidak perlu mengajak pergi keluar kelas untuk menghadirkan sesuatu yang nyata.