Mohon tunggu...
Natalius Abidin
Natalius Abidin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Temui Saya di Akun FB dan Twitter Saya, Tulisan saya selengkapnya di http://www.katanatalius.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menyesal Terlahir Sebagai yang Bukan Mayoritas

21 Juni 2011   10:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:18 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa dan Siapa yang dianggap mayoritas di Indonesia ? Agama atau kepercayaan apa yang di anggap mayoritas di Indonesia, tentu anda tahu sendiri, tidak perlu dipertentangkan lagi, tidak perlu diragukan lagi, karena lebih dari 90% (tepatnya saya kurang tahu) adalah penganut Islam sebagai agamanya.
Ya, apa yang menyebabkan saya menyesal terlahir sebagai bukan yang meayoritas di Indonesia?

Alasannya ada 3, yaitu :


  1. Karena saya ingin menjadi yang mayoritas, hal ini mungkin tidak akan kesampaian. Baru berjumlah sedikit aja udah hendak dibumi hanguskan dari tempat yang berisi sesak oleh yang mayoritas tadi (maaf, ini bukan untuk semua orang yang mayoritas, tetapi bagi yang berpikiran sempit saja, dan tidak mengerti akan keberagaman), tidak tenang beribadah, karena tempat ibadah kami katanya tidak memiliki IMB (Ijin Mendirikan Bangunan), rawan sekali di segel bahkan digusur (sebenarnya ini slah kami, mengapa mendirikan bangunan ibadah kami banyak-banyak, udah tahu di Indonesia Sebagai minoritas). Oleh karena itu saya ingin menjadi yang mayoritas biar tenang saat menghadap Allah (Ups, kata ini katanya dilarang ya dipake oleh umat selain yang mayoritas tadi, sorry !!). ada dua jalan yang mewujudkan keinginan saya menjadi mayoritas adalah 1). Pindah Agama ( Tetapi Tuhan saya gak mau dikhianatin), 2). Pindah warganegara ( Saya kan CINTA Indonesia ), huuuft...
  2. Susah Mencari Pasangan, bhuahahaha, apa kaitannya jeng? Jelas ada dong jeng, begini ya, setiap kali ku jatuh cinta, kok sama yang tergolong mayoritas tadi ya (jelaslah, jumlah mereka kan lebih banyak) ya tentu sulit dong menjalani hubungan itu ? secara kita beda githu lho... pasti akan banyak yang menentang hubungan itu. Seandainya kami sama-sama ngotot untuk tetap menjalaninya, akhir-akhirnya pasti mentok karena masalah perbedaan itu, lalu pertanyaannya, siapa yang mau mengkhianati Tuhannya? tidak ada kan?
  3. Yang ketiga ini mungkin hanya gambaran umumnya saja, mengapa saya menyesal terlahir sebagai yang bukan Mayoritas ? bayangkan aja deh, Indonesia kan ngakunya sebagai negara yang plural, tetapi kayaknya lebih condong ke mono plural seh, jangan tanya saya tentang istilah ini, saya sendiri aja gak bisa jawab apa maksudnya ( bingung mode : ON ), tetapi saya tetap bangga akan Indonesia, tetap berideologikan Pancasila, entah sampai kapan itu ? tapi sampai sekarang masih itu yang kutahu, siapa tahu esok negara NII akan terwujud di sini, di Indonesia, Ibu Periwiku, tumpah darahku. AKU CINTA INDONESIA....

Aku sangat-sangat menyesal terlahir sebagai yang bukan mayoritas, sendainya aku bisa memilih terlahir sebagai mayoritas, kan gak gini jadinya. Tapi apa mereka gak berpikir ya, seandainya mereka terlahir di posisiku? apa yang mereka rasakan, TUHAN adil dong !! jika memang Engkau menghendaki yang minoritas punah di negeri ini, mengapa engkau ciptakan ? apa engkau menginginkan kami sebagai kaum kafir, atau pasti masuk neraka ( seperti yang mereka percayai ) kenapa aku diposisi ini, jika mereka di posisi ini, apa mereka akan senang, di nyatakan pasti masuk neraka, kafir, najis dan sebagainya ? Tuhan Engkau tidak adil jika begini, jika aku sudah pasti masuk neraka karena aku dilahirkan bukan sebagai yang mayoritas ! ( NA )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun