Mohon tunggu...
Natalius
Natalius Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Saya adalah siswa SMA Kolese Kanisius

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Cuaca Luar Angkasa dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Kita

28 April 2024   15:32 Diperbarui: 28 April 2024   15:41 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Solar flare dengan klasifikasi X5.4 yang diobservasi oleh Solar Dynamics Observatory pada 6 Maret 2012. (NASA/SDO/AIA)

Seperti cuaca yang kita alami setiap hari di Bumi, ada juga cuaca luar angkasa yang terpengaruh aktivitas Matahari. Cuaca ini merupakan partikel-partikel berenergi tinggi yang dikeluarkan Matahari dan terpancar menuju Bumi. Hal ini sulit diprediksi dan dapat memiliki dampak berbahaya bagi sistem tenaga listrik dan satelit-satelit di luar angkasa. Ini menjadi masalah signifikan terutama pada masa modern dimana banyak aktivitas manusia tergantung pada hal-hal tersebut.

Cuaca luar angkasa dipengaruhi dua fenomena yang terjadi karena Matahari yaitu solar flares dan coronal mass ejections atau CME. Pertama, solar flare adalah fenomena pancaran radiasi dari permukaan Matahari dalam jumlah yang lebih banyak dari normal. Radiasi ini dipancarkan pada berbagai spektrum; mulai dari gelombang radio, x-ray, dan juga gamma. Solar flare juga diklasifikasikan menjadi 5 kelompok sesuai dengan intensitasnya pada frekuensi x-ray. Klasifikasi ini urut dari yang paling kuat sampai yang paling lemah adalah flare X, M, C, B, dan A.

Fenomena kedua yang mempengaruhi cuaca luar angkasa adalah coronal mass ejections yang melepaskan material plasma dari Matahari. Material ini juga memiliki medan magnet yang sangat kuat. Terkadang material ini dilepaskan pada waktu dan lokasi yang tepat untuk bertemu dengan Bumi dan berinteraksi dengan medan magnetnya. Hal ini adalah fenomena yang menyebabkan aurora di Bumi. Medan magnet Bumi akan mengarahkan partikel-partikel dari CME ke kutub-kutubnya sehingga atmosfer bercahaya saat terkena partikel-partikel tersebut.

Coronal mass ejection diobservasi oleh misi SOHO pada 2 Desember 2002. (SOHO/NASA/ESA)
Coronal mass ejection diobservasi oleh misi SOHO pada 2 Desember 2002. (SOHO/NASA/ESA)

Fenomena aurora australis difoto dari Stasiun Antariksa Internasional pada 29 Mei 2010. (NASA ESRS/NASA JSC)
Fenomena aurora australis difoto dari Stasiun Antariksa Internasional pada 29 Mei 2010. (NASA ESRS/NASA JSC)

Kedua fenomena ini mempengaruhi cuaca luar angkasa di sekitar Bumi dan saat kondisinya ekstrim dapat merusak infrastruktur. Pertama, satelit-satelit yang mengorbit Bumi dapat rusak karena radiasi yang tinggi. Sistem elektronik yang berada di dalam satelit-satelit tersebut dipengaruhi radiasi dan datanya dapat rusak. Ini terutama berbahaya terhadap satelit GPS karena digunakan di berbagai industri yang berbeda-beda.

Kedua, sistem tenaga listrik juga terancam cuaca luar angkasa yang ekstrim. Medan magnet yang bertambah kuat akan menimbulkan arus listrik pada kabel-kabel transmisi listrik di permukaan Bumi. Jika medan magnetnya cukup kuat, arus yang ditimbulkan akan merusak infrastruktur tersebut. Pada Maret 1989, ada badai geomagnetik yang menimbulkan kerusakan massal sistem tenaga listrik benua Amerika Utara. Di provinsi Qubec, Kanada saja, badai geomagnetik ini menimbulkan biaya sebesar 2 miliar dollar Amerika Serikat. Hambatan yang terakhir adalah komunikasi antar-lokasi di permukaan Bumi menggunakan sinyal radio akan terhambat karena perubahan sifat ionosfer.

Metode pencegahan dampak buruk dari cuaca luar angkasa yang paling efektif adalah untuk memprediksi kedatangannya lebih awal. Untuk sekarang masih tidak ada cara untuk menghambat radiasi dan medan magnet cuaca tersebut, tetapi jika sistem-sistem elektronik dapat dimatikan sebelum efeknya sampai ke Bumi, sistem-sistem tersebut akan tetap aman. Memprediksi terjadinya fenomena-fenomena Matahari sangat sulit dan membutuhkan algoritma-algoritma dan riset yang kompleks. Tetapi untuk prediksi jangka pendek, satelit yang lebih dekat ke Matahari dapat memberi peringatan ke Bumi jika ada badai yang akan datang. Umumnya peringatan ini akan datang beberapa hari sebelum badainya sampai.

Salah satu organisasi yang memprediksi cuaca luar angkasa adalah Space Weather Prediction Center (SWPC) dari NOAA di Amerika Serikat. Berbagai organisasi dan industri menggunakan data mereka untuk mencegah dampak buruk dari cuaca luar angkasa. SWPC menggunakan algoritma dan observasi langsung untuk memprediksi cuaca luar angkasa. Data yang mereka gunakan berasal dari hasil observasi satelit GOES dan SOHO yang dijalankan oleh NASA, dan juga berbagai stasiun pengamat medan magnet di permukaan Bumi.

Untuk dapat memprediksi cuaca luar angkasa dengan lebih akurat, harus dilakukan lebih banyak riset dalam bidang heliofisika supaya dinamika fenomena Matahari dapat dipahami dengan lebih baik. Tetapi riset ini juga membutuhkan data dari satelit-satelit seperti GOES dan SOHO yang mengobservasi Bumi maupun Matahari. Dengan kedua hal itu, pemahaman akan dinamika cuaca luar angkasa akan lebih lengkap dan infrastruktur di Bumi juga akan lebih aman karena informasi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun