Mohon tunggu...
Natalie Sytner
Natalie Sytner Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ada Apa dengan Alumni 212 dan Tudingan Bukan Bagian dari "Mereka"?

26 April 2018   09:36 Diperbarui: 26 April 2018   09:51 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masyarakat saat ini sedang diberikan suguhan berita tentang pertemuan antara presiden Joko Widodo dengan Presidiun Alumni 212, dilansir merdeka.com tujuan utama Joko Widodo mengadakan pertemuan tersebut dalam rangka mempererat silaturahmi dan menjaga persaudaraan. namun seperti nya ada umat islam yang tidak ingin bersatu sepertinya dengan menyebut Joko Widodo hendak memanfaatkan alumni 212 untuk kepentingan politik.

Pihak Persaudaraan Alumni 212 melalui Novel Bamukmin dalam konferensi pers menegaskan persaudaaan itu bukan bagian dari 212. disebut-sebut pengurus Persaudaraan Alumni 212 memakai atribut 212 saat bertemu Jokowi.

Alumni 212 sedang mengalami krisis identitas, masyarakat dibingungkan dengan siapa sebenarnya yang berhak menyandang predikat alumni 212, persaudaraan, presidium, semuanya 212, siapa teman siapa siapa lawan siapa menjadi polemik dimasyarakat. Tuduhan memanfaatkan alumni 212 menjadi alat menyerang politik lawan.

Politik identitas seperti pisau dengan 2 mata yang menurut sebagian orang merupakan intoleran, dan sebagian lagi berpendapat itu halal, framing anti-islam sudah menjadi sasaran empuk oposisi untuk berpolitik menyerang kubu lain.

Umat muslim Republik Indonesia harus segera berbenah diri, mengapa hendak mengkubu-kubu kan diri masing masing dengan ada yang bertemu dengan presiden, dan alumni lain 212 tidak mengakui.

Dalam proses menuju negara maju memang tidak mudah, menempatkan diri pada kubu yang positif lah yang menjadi penting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun