Salatiga -- Kunjungan ke petilasan Pangeran Diponegoro dan Johar Manik di Blondo, Kutowinangun Kidul, Salatiga pada Selasa (26/7).
Pangeran Diponegoro dikenal sebagai salah satu pahlawan yang berjuang melawan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Ia adalah pemimpin Perang Diponegoro atau Perang Jawa yang berlangsung pada tahun 1825 hingga 1830. Perang ini menjadi perang terbesar selama penjajahan Belanda di Indonesia. Belum banyak diketahui, perjuangan laskar Pangeran Diponegoro meninggalkan jejak di Kota Salatiga.
Peninggalan tersebut dapat ditemukan di Blondo, Kelurahan Kutowinangun Kidul, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Di sana terdapat beberapa petilasan, seperti sumber mata air dan pohon Blondo tua. Tempat itu menjadi lokasi pertemuan Pangeran Diponegoro dengan Johar Manik, yaitu seorang senopati yang menjadi pemimpin Laskar Bulkiyo.Â
Dalam pertemuan tersebut, Pangeran Diponegoro meminta tongkat dari kayu Blondo yang dimiliki oleh Johar Manik. Kemudian, tongkat itu dipatahkan menjadi dua bagian dan ditancapkan ke tanah hingga akhirnya tumbuh menjadi pohon besar. Di area ini juga terdapat sumber mata air yang disebut sebagai Selo Tirto Manik.Â
Air memancar setelah Johar Manik menancapkan tongkat kayu di sela-sela batu. Air ini masih mengalir hingga saat ini. Cerita pertemuan Pangeran Diponegoro dan Johar Manik tersebut dituturkan oleh Ibu Sri Kuntarsih yang merupakan cucu canggah Johar Manik.
Belum banyak yang mengetahui tentang cerita jejak perjuangan Pangeran Diponegoro dan Johar Manik. Oleh karena itu, mahasiswa KKN Undip berupaya memperkenalkan cerita tersebut kepada siswa kelas 5 SDN Kutowinangun 7. Kegiatan terlaksana pada 26 Juli 2022.Â
Kegiatan diawali dengan pemaparan materi di dalam kelas. Siswa diajak untuk belajar dan berdiskusi tentang Perang Diponegoro serta nilai-nilai kepahlawanan yang dapat diteladani. Selanjutnya, siswa diajak untuk mengunjungi petilasan yang letaknya tidak begitu jauh dari sekolah. Siswa sangat antusias selama kegiatan berlangsung.
Kepala SDN Kutowinangun 7 berkata, "Kami juga baru tahu tentang cerita ini. Dengan adanya kegiatan ini, anak-anak menjadi tahu tentang peristiwa masa lampau yang pernah terjadi di lingkungan sekitarnya. Kunjungan ke petilasan itu memberikan referensi visual dan pemahaman yang lebih mendalam kepada anak-anak.".
Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa bangga siswa terhadap lingkungan sekitarnya serta menginspirasi siswa untuk menerapkan sikap kepahlawanan.
Penulis: Natalia Puspadiwani