Mohon tunggu...
Natasha Puspa Faradilla
Natasha Puspa Faradilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

NIM: 43221010115 - Dosen Apollo, Prof.Dr, M.Si.Ak - Mata Kuliah Sistem Informasi Akuntansi - Mata Kuliah Sistem Informasi Akuntansi - Universitas Mercu Buana - Akuntansi S1

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Quiz 1 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Sedulur Papat Limo Pancer sebagai Saudara Manusia

26 Oktober 2022   19:55 Diperbarui: 26 Oktober 2022   19:57 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri. Konsep Sedulur Papat Limo Pancer dalam berbagai metafora

Nama Dosen : Apollo, Prof.Dr,M.Si.Ak.

Nama : Natasha Puspa Faradilla

NIM : 43221010115

Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi & Etik UMB

Kampus : Universitas Mercu Buana

Kearifan local adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar atau bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri. Salah satu kearifan local Indonesia adalah filosofi Sedulur Papat Limo Pancer.

Sedulur Papat Limo Pancer di anggap sebagai “teman gaib manusia” yang ikut serta dalam membimbing kehidupan manusia dan mencegah manusia dari marabahaya oleh maryarakat muda pada zaman ini.

Masyarakat Jawa memandang konsep Sedulur Papat Limo Pancer yang berkaitan dengan posisi manusia dalam lingkup dunia yang tertuang pada konsep Mandala. Lalu apa yang dimaksud dengan konsep Mandala?

Dalam Bahasa Sansekerta, Mandala berarti lingkaran. Konsep Mandala adalah penggambaran dari nafsu atau karakter yang ada pada diri manusia, artinya adalah manusia pasti mempunyai 4 nafsu. Dalam konsep ini, dijelaskan dalam bilangan 4+1, artinya adalah 4 sebagai kiblat dan 1 sebagai pancer atau pusat. Maksud dari penjelasan tersebut adalah 4 sebagai penggambaran tentang hidup manusia yang penuh dengan nafsu dan 1 sebagai mikrokosmos, dari penjelasan tadi dapat kita peroleh bahwa akan terjadi hubungan antara mikrokosmos, metakosmos dan makrokosmos. Semua itu berarti terdapat sebuah hubungan antara diri manusia dengan alam semesta.

Apa itu Sedulur Papat Limo Pancer? Sedulur Papat Limo Pancer secara konseptual berarti 4 bersaudara dan 5 sentra. Menurut konsep Jawa, ketika manusia lahir di bumi menandakan suatu bentuk kesatuan wujud manusia. Konsep ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa ketika seorang manusia lahir, empat saudara manusia juga lahir.

Konsep pemikiran Sedulur Papat Limo Pancer memiliki banyak tafsiran. Ini dikarenakan oleh tanah Nusantara yang silih berganti dikuasai okeh tradisi tradisi tertentu. Sebelum ada agama luar yang masuk ke Nusantara, Masyarakat Jawa memiliki kepercayaan spiritual sendiri atau yang biasa di sebut dengan Kapitayan. Kapitayan di gambarkan sebagai ajaran yang menyembah Taya atau Sang Hyang Taya, merujuk kepada entitas yang tak terbayangkan dan tak terlihat, terkadang disebut sebagai Suwung, Awang atau Uwung.

Jadi artinya walaupun belum adanya agama dari luar yang masuk ke Nusantara, konsep “Sedulur Papat Limo Pancer” ini telah lahir dari tradisi maryarakat Jawa Kuno itu sendiri. Bahkan setelah masuknya agama Hindu dan Buddha ke Nusantara, konsep ini masih di anut dan di lestarikan oleh masyarakat Jawa dan juga Bali. Namun setelah Islam masuk ke Nusantara di Jawa, konsep “Sedulur Papat Limo Pancer” memiliki sedikit pergeseran makna. Konsep ini mulai ditambahkan dengan istilah arab yang bersumber dari ajaran Islam itu sendiri.

Walaupun konsep “Sedulur Papat Limo Pancer” mengalami banyak perkembangan dan memiliki beragam penafsiran, pada intinya konsep ini adalah konsep yang menceritakan tentang diri kira sendiri.

dokpri. Konsep Sedulur Papat Limo Pancer dalam berbagai metafora
dokpri. Konsep Sedulur Papat Limo Pancer dalam berbagai metafora
Dalam Konsep Sadulur Papat Limo Pancer terdapat beberapa metafora di dalamnya seperti :
1. Metafora dimensi ruang dan waktu
2. Metafora penyatuan dunia, jiwa, dan symbol
3. Metafora tubuh, jiwa dan symbol
4. Metafora materi, jiwa, dan symbol
5. Metafora Neng, Ning, Nung, Nang, Gung

Sedulur Papat merupakan bagian dalam internal diri manusia. Sedulur papat ialah elemen unsur yang membentuk kepribadian dan diri manusia. Sedangkan Pancer (diri sejati) adalah diri manusia itu sendiri yang secara sadar bisa menyelaraskan dan mengendalikan sedulur papat manusia itu sendiri. Atau dalam bahasa umumnya adalah manusia dapat mengendalikan sifat yang ada dalam dirinya. Sedulur papat sendiri pun tentu memiliki peranan dalam membantu manusia untuk meningkatkan kesadarannya, dan membuat manusia eling terhadap jati dirinya.

Dalam literasi Jawa Kuno, terdapat teks dengan judul “Lajang Djojobojo”. Lajang Djojoboyo di katakan bahwa sebelum Gusti menciptakan manusia, Gusti telah terlebih dahulu menciptakan 4 malaikat yakni Djoborolo, Mokoholo, Hosoropolo, dan Hodjorolo yang bertugas menyampaikan pesan dari Gusti kepeda setiap makhluk semesta. Ketika manusia di ciptakan oleh Sang Gusti dalam kandungan, maka ke empat malaikat tersebut juga turut si ciptakan oleh Sang Gusti dalam tubuh manusia. Tugas mereka adalah membimbing manusia yang lahir agar tumbuh menjadi manusia yang bijaksana sesuai pada tuntunan Ilahi hingga akhirnya Ingsun manusia bisa menemukan kesadarannya kembali. Proses ini berlangsung dari manusia itu lahir sampai meninggal. Empat malaikat ini yang nantinya akan membebaskan Sukma lepas dari raga untuk kembali manunggal dengan Sang Gusti. Menurut teks Lajang Djojoboyo malaikat ini disebut sebagai Sedulur Papat manusia.

Alam mempunyai unsur elemen yang beragam. Dari unsur yang beragam ini yang digunakan di tubuh manusia itu ada lima unsur yaitu air, api, udara, tanah, dan etherik. Inilah unsur Sedulur Papat Limo Pancer. Dalam bahasa yang lebih umum ini juga disebut sebagai elemen unsur yang menyelimuti tubuh manusia yang dimana setiap elemen memiliki sifat-sifat yang mana kita harus kendalikan.

Sedulur Papat Limo Pancer Metafora Dimensi Ruang dan Waktu

Metafora Dimensi Ruang dan Waktu di dalam konsep Sedulur Papat Limo Pancer megandung metafora dimensi ruang dan waktu. Metafora ini disebut juga dengan “dunia waktu” yang merupakan salah satu perwujudan konsep Mandala. Kiblat konsep Sedulur Papat Limo Pancer dalam metafora ini tidak lain adalah dimensi ruang dan waktu yang berpola pada empat penjuru mata angin dengan satu pusat yaitu Utara, Barat, Selatan, dan Timur.

Dalam metafora ini terdapat Hari Pasaran Jawa yang terdiri dari kliwon, legi, pahing, pon, dan wage. Dalam konsep Sedulur Papat Limo Pancer, sifat dan watak manusia dapat dilihat sejak manusia itu lahir dengan menelaah pada Hari Pasaran Jawa saat manusia itu lahir. Dalam Hari Pasaran Jawa yang berkaitan dengan kelahiran, setiap hari kelahiran tersebut melambangkan sifat dan watak seorang manusia.

Dalam Hari Pasaran Jawa yang berkaitan dengan kelahiran, setiap hari kelahiran tersebut melambangkan sifat dan watak seorang manusia. Metafora ini merupakan sifat yang manusia bawa sejak lahir. Bahasa umunya adalah watak seseorang yang sudah ada sejak ia lahir ke dunia.

Pon atau arah barat maka ada hari pasar pon yang merepresentasikan sifat air pada diri manusia. Sifat air pada diri manusia seperti lemah lembut, dapat mengayomi, emosional, dan rasa bersimpati tinggi.

Selanjutnya, Wage atau arah utara maka ada hari pasar wage yang merepresentasikan sifat tanah pada diri manusia. Sifat tanah pada diri manusia seperti sifat rasional, teguh pada keyakinannya, pekerja keras, setia, dan toleran.

Selanjutnya, Legi atau arah timur maka ada hari pasar Legi yang merepresentasikan sifat udara pada diri manusia. Sifat udara pada diri manusia seperti memiliki komunikasi yang hebat sehingga dapat menjalin interaksi yang baik antar sesama manusia, selain itu juga memiliki sifat bijaksana dan hati-hati dalam bertindak.

Selanjutnya, pahing atau arah selatan maka ada hari pasar pahing yang merepresentasikan sifat geni api pada diri manusia. Sifat api pada diri manusia seperti memiliki kepribadian yang percaya diri, berani, dan karismatik.

Sedulur Papat ini merupakan wage, legi, pahing, dan pon. Dan yang kelima pancer adalah weton utama “kliwon”

Dalam metafora dimensi ruang dan waktu ini lebih dibahas mengenai bagaimana watak bawaan seorang manusia sejak ia di lahirkan ke dunia. Watak tersebut dapat di lihat dengan cara menelahaan kapan ia di lahirkan dan di hitung menggunakan Pasaran Jawa.

Penerapannya dalam kehidupan ialah, biasanya dalam adat Jawa sebelum pasangan menikah ada baiknya untuk mengecek weton mereka terlebih dahulu untuk mengetahui apakah sifat dan watak kedua belah pihak ini cocok satu sama lain yang dapat menimbulkan keharmonisan dalam rumah tangga atau justru tidak cocok yang dapat mengancam kehidupan rumah tangga mereka. Oleh karena itu weton dipercaya untuk meminimalisir terjadinya marabahaya yang bisa saja akan dikemudian hari.

Sedulur Papat Limo Pancer Metafora Penyatuan Dunia, Jiwa, dan Simbol

Jika metafora dimensi ruang dan waktu lebih membahas tentang bagaimana watak bawaan lahir seorang manusia. Dalam metafora penyatuan dunia, jiwa, dan simbol ini lebih membahas mengenai empat hasrat dalam diri manusia.

Jika melihat filosofi hidup menurut Tionghoa, yin-yang terdapat simbol warna putih yang di dalamnya terdapat titik hitam dan warna hitam yang di dalamnya terdapat titik putih. Yang mana dapat dipahami bahwa kehidupan manusia pasti mempunyai sisi yang gelap maupun terang atau seimbang. Sebaik-baiknya manusia pasti memiliki salah satu sifat buruk begitupun sebaliknya seburuk-buruknya manusia pasti memiliki salah satu sifat baik.

Dalam filosofi Jawa terdapat empat hasrat manusia yaitu aluamah, supiyah, amarah, dah mutmainah.

Angin adhi ari ari atau tali pusar di lambangkan dengan warna kuning dan melambangkan nafsu muthmainah dalam diri manusia. Nafsu muthmainah dalam diri manusia dapat memberikan ketenangan hidup, kesabaran yang besar, dan manusia menjadi fleksibel dalam perubahan. Hidupnya cenderung tenang dan mudah beradaptasi.

Unsur api atau getih atau darah di lambangkan dengan warna merah, melambangkan nafsu amarah yang menyebabkan manusia bisa mengeluarkan emosi kemarahan, resah, dendam, dan iri dengki. Manusia yang unsur apinya besar maka hidupnya akan di kelilingin oleh amarah, dendam, dan iri dengki. Manusia yang condong memiliki unsur api akan senang dengan penderitaan orang lain.

Kakang kawah di lambangkan dengan warna putih yang mewakili nafsu sufiyah dalam diri manusia. Nafsu sufiyah membuat manusia ingin memiliki keinginan yang bersifat duniawi. Nafsu ini dapat membuat manusia menjadi serakah. Jika manusia condong memikiki unsur angin, maka manusia tersebut penuh dengan hal hal duniawi yang memiliki sifat susah puas dan serakah.

Tanah atau pusar di lambangkan dengan warna hitam yang melambangkan nafsu lawammah dalam diri manusia. Dengan adanya nafsu ini, manusia akan memiliki rasa bimbang, peyesalan, bisa merasakan rasa, haus, lapar, mengantuk, yang sebetulnya menyangkut pada kebutuhan primer manusia. Manusia yang condong dengan unsur angin maka akan mudah bimbang, malas, dan tidak punya semangat serta tujuan hidup.

Jadi dapat diketahui bahwa manusia tidaklah sempurna. Manusia dapat mengendalikan sifat buruk tersebut untuk meminimalisirnya jika ia memiliki kesadaran. Contoh sederhana dalam kehidupan mahasiswa. Dalam kehidupan manusia, seringkali kita temukan bahwa ada seorang mahasiswa yang memiliki sifat ramah, suka berteman, dan tentu memiliki banyak teman. Tetapi dibalik sifat positifnya itu, ia suka membicarakan keburukan temannya dibelakang dengan temannya yang lain. Suka bergibah.

Sedulur Papat Limo Pancer Metafora Materi, Jiwa, Dan Simbol

dokpri. Empat malaikat pada teks
dokpri. Empat malaikat pada teks "Lajang Djojobojo"
Saat manusia masih menjadi janin dalam kandungan proses pencipataan manusia dari sisi spiritual juga sedang terjadi. Saat sang janin masih dalam pembentukan di dalam rahim sang ibu, Sedulur Papat ini senantiasa menemani dan menjaga janin tersebut hingga ia dilahirkan. Mereka yang menemani janin manusia hingga lahir ialah air ketuban, tali pusar, darah, dan ari-ari. Selain untuk menjaga sukma manusia, mereka juga menjaga kesehatan sang janin yang ada di dalam kandungan. Di saat janin dijaga oleh empat saudaranya inilah, Gusti juga menciptakan empat malaikat penjaga Djoborolo yang menjaga kesadaran dan akal sehat manusia dan berada di kulit manusia. Mokohol yang menjaga rasa manusia dan berada di tulang manusia, Hosoropolo yang menjaga pikiran manusia yang berada di nyawa manusia, dan Hodjorolo yang menjaga roh manusia yang berada di daging manusia. Dalam ajaran Kapitayan Kakang Sawah, darah (getih), adi ari-ari, dan pusar melambangkan pikiran, ingatan, kesadaran, dan perasaan manusia.


Sedulur Papat Limo Pancer Metafora Neng, Ning, Nung, Nang, Gung

Filosofi Jawa “neng, ning, nung, nang, Gung” merupakan konsep pemikiran alam bawah sadar untuk mencapai fana dan baqa’, mati sebelum mati untuk mencapai “Manunggaling Kawulo Gusti”.

Tahap Neng (sembah raga) adalah meneng (diam), manusia diminta untuk mulai menata niat dan kesungguhan hati untuk menggali potensi ilahi dalam dirinya.  Dalam tahap ini manusia diminta untuk melalukan perbuatan yang baik seperti saling tolong menolong antar umat manusia. Namun pada tahap ini perbuatan baik tersebut masih dikuasai sifat “ke-aku-an” untuk mendapat pengakuan daei kebaikam tersebut. Tahap ini gunanya untuk membiasalan diri untuk selalu “eling”.

Tahap Ning (sembah kalbu) adalah hening yang menggambarkan hati yang bersih dan batin yang selalu “eling”. Ning dicapai ketika batin sudah tidak ada lagi sifat “ke-aku-an” atau berbuat baik dengan tulus.

Tahap Nung (sembah cipta) adalah kesinungan (terpilih), ketika manusia sudah memiliki batin dan hati yang bersih, tulus, sabar dan ikhlas. Artinya manusia sudah dipercaya oleh Sang Gusti untuk mendapat suatu anugrah.

Tahap Nang (sembar rasa) adalah kemenangan, manusia akan merasakan hidup yang damai tanpa memiliki hawa nafsu negatif.

Gung (Agung) adalah kondisi “manunggaling kawulo gusti”.

Sadulur Papat Limo Pancer Metafora Tubuh, Jiwa, Dan Symbol

Batara Bayu adalah dewa dalam agama Hindu sebagai dewa penguasa udara atau angin yang tugasnya untuk mengatur dan menguasai angin. Di tubuh manusia terdapat lubang hidung yang memiliki tugas yang sama dengan dewa Batara Bayu yakni mengatur keluar masuknya udara atau oksigen dalam tubuh manusia.

Batara Sambu adalah dewa dalam agama Hindu sebagai dewa awan yang tugasnya menguasai awan. Awan dapat menghasilkan bunyi guntur yang disebabkan oleh petir, karena awan bersifat lunak ia dapat menyerap bunyi gelombang elekrton. Di tubuh manusia terdapat telinga yang fungsinya sebagai indra pendengaran atau bunyi. Telinga dapat mendengar sesuatu yang baik mapaun buruk. Oleh karena itu sebagai manusia harus bijak.

Batara Brahma adalah dewa dalam agama Hindu yang menguasai api. Dalam tubuh manusia terdapat bibir dan mulut, sebagai manusia wajib untuk menjaga tutur kata dan bahasanya untuk dapat menjadi seorang manusia yang bijaksana. Karena, jika manusia tidak menjaga perkataan mereka maka dapat menimbulkan konflik yang menjadi malapetaka hidupnya. Maka ada pepatah “mulut mu adalah harimau mu”.

Mata disimbolkan sebagai wilayah utara yang di huni oleh Batara Srinten. Mata merupakan indra pengelihatan dalam tubuh manusia. Mata merekam atau menangkap semua hal yang terjadi dalam bentuk visualisasi. Rekaman tersebut dapat berupa peristiwa baik maupun buruk.

Sedulur papat ini merupakan Batara Bayu, Batara Sambu, Batara Brahma, dan Batara Sriten. Dan yang kelima pancer adalah Sang Hyang Batara Kala yang merupakan penguasa waktu.

Citasi :

Millenial, D. (2021, Juni 7). Mengenal Istilah Sedulur Papat Limo Pancer dalam Kejawen. Dipetik Oktober 2022, dari Kumparan.com: https://kumparan.com/dukun-millennial/mengenal-istilah-sedulur-papat-limo-pancer-dalam-kejawen-1vrAE63pE9u/full 


Sukarto, P. P. (2022, September 2). Ritual Ajaran Kapitayan Mirip Agama Islam, Ini Mempermudah Dakwah Wali Songo, Baca Penjelasan Lengkapnya. Dipetik Oktober 2022, dari jatimnetwork.com: https://bondowoso.jatimnetwork.com/khazanah/pr-1824355510/ritual-ajaran-kapitayan-mirip-agama-islam-ini-mempermudah-dakwah-wali-songo-baca-penjelasan-lengkapnya 


Gombalamoh. (2020). Mengunjungi Rahasia Sedulur Papat. Dipetik Oktober 2022, dari jawasastra.com: https://jawasastra.com/mengunjungi-rahasia-sedulur-papat/ 


Khazanah. (2020, Agustus 8). Renungan Diri Konsep Alam Bahwa Sadar Manusia “Neng Ning Nung Nang”. Dipetik Oktober 2022, dari citizen.co.id: https://citizen.co.id/renungan-diri-konsep-alam-bahwa-sadar-manusia-neng-ning-nung-nang/ 


Lestari, L. (Sutradara). (2022). SEDULUR PAPAT LIMO PANCER : ADALAH SAUDARA GOIB KITA [Gambar Hidup]. 


Prof Dr Apollo-CIFM, C. (2022, Oktober). Kajian Filsafat Mental Jawa Kuna. Modul Kuliah 8 & 9 Sub-CPMK 4. Jakarta, banten, Indonesia. Diakses Pada 23 Oktober 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun