Tim sepak bola UIN Walisongo Semarang berhasil mendapatkan penghargaan sebagai Tim Fair Play selain sebagai runner up. Penghargaan ini menjadi bukti nyata bahwa tim UIN Walisongo tidak hanya berkompetisi untuk meraih kemenangan, tetapi juga untuk menjaga sportivitas dan nilai-nilai kejujuran dalam setiap babak pertandingan.
Meski dalam pertandingan final menghadapi banyak tekanan dari perilaku anarkis sejumlah suporter tuan rumah yang melontarkan kata-kata kasar dan merusak bus tim seusai pertandingan, UIN Walisongo tetap bersikap profesional di lapangan. Para pemain tampil dengan penuh semangat, meski harus menerima kekalahan 0-4 dari UIN Bandung. "Penghargaan Fair Play ini adalah bukti kami bermain dengan hati," ujar Pelatih Taufiq, yang merasa bangga atas sikap para pemain hebatnya.
Lukmanul Hakim, pendamping bagian kemahasiswaan tim sepak bola UIN Walisongo, juga menanggapi insiden tersebut dengan bijak. “Sepak bola seharusnya menjadi ajang untuk mempererat persaudaraan, bukan untuk permusuhan. Kami tetap fokus pada pencapaian positif tim,” ujar Lukmanul Hakim. Tim UIN Walisongo memilih untuk tetap menjaga integritas dan sportivitas meski insiden tersebut mengganggu suasana final baik dari pemain, penonton, dan pendamping tim.
Keberhasilan Tim UIN Walisongo dalam meraih penghargaan Fair Play dan posisi runner-up ini memberikan pesan yang kuat tentang pentingnya menjaga sikap positif dalam setiap kompetisi seperti sportivitas dan kejujuran. Bagi banyak orang, ini menjadi bukti bahwa dalam dunia olahraga, kemenangan sejati tidak hanya ditentukan oleh semangat dan hasil akhir, tetapi oleh bagaimana kita menjalani proses pertandingan dengan rasa hormat terhadap lawan dan memegang teguh prinsip fair play. Jiwa yang kompetitif tetap harus menjunjung tinggi kejujuran.
Sumber: https://walisongo.ac.id/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H