Mohon tunggu...
Nasywa Nur Syahida Roufi
Nasywa Nur Syahida Roufi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Mahasiswa dengan minat dalam menulis dan berbagi pemikiran melalui blog. Menggunakan Kompasiana sebagai platform untuk menyampaikan ide, wawasan, dan pengalaman yang relevan serta bermanfaat bagi pembaca. Berharap dapat menjalin diskusi yang bermakna dan saling menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kasus Vaping dan Kesehatan Paru-Paru: Peran Dokter dalam Menghadapi Bahaya Rokok Elektrik

5 Januari 2025   17:00 Diperbarui: 5 Januari 2025   16:44 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Vaping atau penggunaan rokok elektronik telah menjadi fenomena di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir. Di Indonesia sendiri, vaping telah mendapatkan popularitas yang tinggi terutama di kalangan anak muda. Terlepas dari kepercayaan umum bahwa vaping merupakan alternatif yang lebih aman daripada tembakau konvensional, bukti ilmiah menunjukkan bahwa vaping memiliki dampak buruk yang signifikan terhadap kesehatan, terutama pada kesehatan paru-paru. Kegiatan merokok listrik dilakukan dengan menghirup aerosol yang dihasilkan dari proses pemanasan cairan yang mengandung nikotin, propilen glikol, gliserin, dan zat perasa. Komponen-komponen tersebut dalam aerosol dapat menyebabkan iritasi saluran napas dan merusak jaringan paru-paru menurut penelitian (Fitriani, 2023). Di samping itu, kandungan seperti propilen glikol dan gliserin dapat mengiritasi saluran napas dan meningkatkan risiko penyakit jantung serta ketergantungan nikotin (Tempo, 2023). Di antara kondisi serius yang dikaitkan dengan aktivitas vaping adalah EVALI atau E-cigarette or Vaping product use-Associated Lung Injury. Penyakit ini ditandai dengan gejala sesak napas, batuk, nyeri dada, dan demam. Dalam beberapa laporan, EVALI dapat berkembang menjadi kondisi yang mengancam jiwa jika tidak ditangani secara cepat dan tepat (Fakultas Kedokteran UI, 2023). Kasus lain yang juga sering terjadi adalah paru-paru bocor karena vape, ditandai dengan nyeri dada secara mendadak dan sesak napas (Liputan6, 2023). Risiko ini menunjukkan bahwa vaping bukanlah alternatif yang sepenuhnya aman untuk kesehatan, meskipun sering dipasarkan sebagai opsi yang lebih baik daripada rokok konvensional.

Efek buruk vaping terhadap kesehatan tidak hanya terbatas pada kerusakan paru-paru. Nikotin dalam cairan vape dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dan meningkatkan risiko gangguan kecemasan serta depresi, terutama pada remaja yang otaknya masih dalam tahap perkembangan. Ada juga kekhawatiran tentang dampak jangka panjang zat-zat kimia lain yang terpapar melalui aerosol vape, termasuk logam berat seperti timbal dan nikel, yang dapat terakumulasi dalam tubuh dan menyebabkan berbagai penyakit kronis. Sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat menemukan bahwa pengguna vape memiliki risiko lebih tinggi mengalami peradangan sistemik, yang merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular (DetikHealth, 2023). Dengan demikian, klaim bahwa vaping adalah alternatif yang aman harus ditinjau ulang secara kritis berdasarkan bukti ilmiah yang ada.

Dalam menghadapi bahaya vaping, dokter memiliki peran penting yang tidak dapat diabaikan. Peran pertama adalah memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai risiko kesehatan yang terkait dengan penggunaan rokok elektrik. Edukasi yang berbasis bukti ilmiah sangat penting untuk membantu masyarakat memahami dampak jangka panjang dari vaping (DetikHealth, 2023). Selain itu, dokter juga perlu waspada terhadap gejala yang mungkin terkait dengan penggunaan vape, seperti batuk kronis, sesak napas, atau nyeri dada, serta melakukan evaluasi yang tepat untuk mendeteksi kemungkinan kerusakan paru-paru. Kuncinya adalah tindakan pencegahan dan deteksi dini untuk meminimalkan dampak buruk dari kebiasaan tersebut.

Intervensi medis selain edukasi merupakan peran dokter dalam menangani kecanduan vaping. Pendekatan yang dapat dilakukan meliputi konseling, terapi penggantian nikotin, dan rujukan ke program berhenti merokok yang komprehensif. Dokter, psikolog, dan konselor kecanduan dapat bekerja sama untuk lebih meningkatkan keberhasilan menghentikan kebiasaan vaping pada pasien. Hal ini penting karena banyak pengguna rokok elektrik yang menganggap kebiasaan ini tidak berbahaya dan tidak merasa perlu untuk berhenti (Alodokter, 2023). Dengan memberikan dukungan yang komprehensif, dokter dapat membantu pasien mengatasi kecanduan nikotin dan mencegah kerusakan kesehatan yang lebih serius.

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya vaping juga memerlukan dukungan dari pihak lain, seperti pemerintah, organisasi kesehatan, serta institusi pendidikan. Masyarakat bisa berpartisipasi dengan cara mengambil peran sesuai dengan kedudukan masing-masing: pemerintah dengan lebih memperketat regulasi tentang penjualan dan pemasaran rokok listrik, khususnya pada remaja; dan organisasi kesehatan bisa meluncurkan kampanye menunjukkan bahaya vaping berdasarkan data ilmiah terbaru. Instansi pendidikan juga wajib memiliki peran edukasi terhadap peserta didiknya tentang risiko-sindrom yang kemungkinan timbul akibat aktivitas vaping. Kampanye yang efektif harus melibatkan berbagai platform, termasuk media sosial, untuk menjangkau audiens yang lebih luas, terutama generasi muda yang menjadi target utama pemasaran rokok elektrik dalam mengidentifikasi pola spesifik dari penggunaan vape dan mengarahkan intervensi yang lebih efektif untuk mengurangi dampak kesehatan terkait.

Meskipun secara luas diyakini bahwa vaping lebih aman dibandingkan dengan merokok tradisional, bukti ilmiah telah menunjukkan bahwa itu memang membawa dampak kesehatan paru-paru yang buruk, juga kesehatan keseluruhan. Dokter memiliki peran penting dalam melakukan edukasi masyarakat, mendeteksi secara dini gejala yang terkait dengan vaping, serta mengadakan intervensi serius untuk menghentikan perilaku menggunakan rokok elektronik. Riset lebih lanjut dalam upaya itu tentang kesehatan jangka panjang dari Vaping pada khususnya di Indonesia sangat dibutuhkan sehingga data-data yang lebih akurat dan relevan dapat disampaikan bagi kebijakan kesehatan.

Daftar Pustaka

Alodokter. (2023). 5 Bahaya Vaping yang Perlu Diwaspadai. Diakses dari https://www.alodokter.com/bahaya-vaping-tidak-jauh-beda-dengan-bahaya-rokok-trad isional

DetikHealth. (2019). Manfaat dan Mudarat Vape yang Jadi Kontroversi. Diakses dari https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4729289/manfaat-dan-mudarat-vape-yan g-jadi-kontroversi

Fakultas Kedokteran UI. (2023). Gejala Penyakit Evali, Infeksi Paru Akibat Rokok Elektrik. Diakses dari https://fk.ui.ac.id/infosehat/gejala-penyakit-evali-infeksi-paru-akibat-rokok-elektrik/

Liputan6. (2022). Cerita Dokter Rawat Pasien Paru-Paru Bocor karena Vaping. Diakses dari https://www.liputan6.com/health/read/5040468/cerita-dokter-rawat-pasien-paru-paru- bocor-karena-vaping

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun