Mohon tunggu...
Nasywa Nefiyanti
Nasywa Nefiyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya memiliki hobi menulis dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menanam Keimanan, Menuai Kebermanfaatan: Selamet Nur Anom, S.Pd., M.Pd., Inspirasi Sang Pendidik

8 Desember 2024   23:37 Diperbarui: 8 Desember 2024   23:41 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Narasumber, Selamet Nur Anom, S.Pd., M.Pd.) 

Selamet Nur Anom, S.Pd., M.Pd., adalah seorang pendidik, pemimpin pesantren, dan penulis yang mendedikasikan hidupnya untuk menciptakan generasi berakhlak, berilmu, dan beriman. Lahir di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, pada 9 September 1991, beliau kini menjabat sebagai Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Jannah An-Nuriyyah di Kabupaten Bandung. Dengan berbagai pengalaman hidupnya, Selamet telah memberikan kontribusi besar dalam pendidikan, dakwah, dan pengembangan masyarakat. Prinsip hidupnya didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW: "Khoirunnas anfauhum linnas" yang berarti "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia." beliau percaya bahwa keberadaan manusia harus membawa manfaat, dan setiap langkah hidupnya dirancang untuk mencapai tujuan tersebut. 

Latar Belakang Kehidupan dan Pendidikan

Bapak Selamet Nur Anom lahir di sebuah keluarga sederhana yang religius. Masa kecilnya dihabiskan di lingkungan yang kental dengan nuansa keagamaan. Ketika usianya baru dua tahun beliau diasuh oleh pamannya (uwa). Kehidupan bersama uwa memberikan pengalaman yang membentuk karakter religiusnya.   Sejak kecil beliau sudah terbiasa mendengar lantunan ayat suci dari pesantren di dekat rumah. Lingkungan itu menanamkan keinginan dalam diri saya untuk belajar agama lebih mendalam.  Pak Selamet mulai belajar mengaji di usia dini, dipandu oleh seorang guru ngaji bernama Ustaz Dadan. Melalui bimbingan sang ustaz, ia mulai memahami dasar-dasar ilmu agama dan belajar membaca kitab kuning. Saat itulah tumbuh cita-citanya untuk menjadi seorang guru agama atau bahkan seorang kiyai. "Saya sering ditanya, kalau pintar sekolah ingin jadi apa? Jawaban saya waktu itu sederhana: kalau pintar ngaji, ingin jadi kiyai. Padahal keluarga kami bukan keturunan ulama," ujarnya. Lingkungan keluarga yang agamis, ditambah dengan dukungan dari guru-gurunya, membentuk fondasi keilmuan dan spiritualitas Selamet. Ia percaya bahwa apa pun cita-cita yang dimiliki, asalkan dilandasi niat baik dan usaha keras, Allah akan membukakan jalan. 

Perjalanan pendidikan Pak Selamet adalah cerminan perjuangan yang penuh dengan keberanian dan kerja keras. Ia memulai pendidikan formalnya di madrasah. Di Madrasah Tsanawiyah, ia bertemu dengan seorang guru bahasa Arab bernama Ustaz Dodi yang memberikan dorongan besar baginya untuk melanjutkan pendidikan.  Ustaz Dodi adalah salah satu orang yang sangat berjasa dalam hidupnya. Beliau tidak hanya mengajar, tetapi juga mengarahkan saya untuk melanjutkan pendidikan ke MAN Cililin,.  Di MAN Cililin, beliau mendapatkan kesempatan untuk memperdalam ilmu agama dan akademik. Meskipun sempat ragu apakah ia bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, Allah membukakan jalan dengan memberinya beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Di tengah masa kuliahnya, Selamet juga menikah, yang menjadi tantangan tersendiri untuk menyeimbangkan tanggung jawab keluarga dan akademik. Setelah menyelesaikan pendidikan S1, beliau kembali mendapatkan beasiswa dari pemerintah provinsi untuk melanjutkan pendidikan S2 di UPI Bandung. Gelar Magister Pendidikan diraihnya dengan penuh perjuangan.  Beliau percaya, selama memiliki tekad dan niat yang kuat, Allah SWT akan selalu membuka jalan.

Yayasan dan Pondok Pesantren Miftahul Jannah An-Nuriyyah  

Pada tahun 2017 beliau mendirikan Yayasan Miftahul Jannah An-Nuriyyah, yang merupakan cikal bakal pesantren di daerah tempat tinggalnya. Yayasan ini berawal dari  Ibu dan Bapakk mertuanya kemudian beliau melanjutkannya dengan visi yang lebih besar. Visi utama pesantren ini adalah menciptakan masyarakat yang berjiwa santri, yaitu insan yang memiliki tiga pilar utama: iman yang kokoh, ibadah yang tertib, dan ilmu yang bermanfaat. Beliau ingin lingkungan sekitar menjadi masyarakat yang Islami. Karena sering disebut sebagai kampung pesantren, sehingga masyarakatnya pun harus mencerminkan nilai-nilai santri.. 

Pak Selamet Nur Anom bercita-cita agar pesantren ini tidak hanya menjadi tempat pendidikan agama dasar, tetapi juga melahirkan generasi yang mampu melanjutkan pendidikan ke lembaga tinggi di dalam maupun luar negeri, seperti Al-Azhar di Mesir atau lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya.  Mimpi beliau sederhana, tetapi besar yaitu membangun generasi yang tidak hanya paham ilmu agama, tetapi juga mampu memberi manfaat kepada orang lain. 

Karier dan Tantangan Sebagai Pendidik 

Pada tahun 2015 ketika beliau bergabung dengan Islamic Tutorial Center UPI. Di sana, beliau berkesempatan untuk mengasah kemampuan dalam mendidik dan memberi bimbingan kepada para mahasiswa. Seiring berjalannya waktu, beliau mulai mengajar di beberapa sekolah menengah, seperti MA Darul Ma'arif dan MAN 1 Kota Bandung, sejak tahun 2017. Pada tahun 2020, beliau juga dipercaya untuk menjadi dosen di STBA, sebuah lembaga pendidikan tinggi, di mana beliau dapat berbagi pengetahuan kepada mahasiswa dan memperluas pengaruhnya dalam dunia pendidikan.Bagi Pak Selamet Nur Anom , menjadi seorang pendidik bukan hanya sekadar pekerjaan, tetapi juga sebuah panggilan hidup yang penuh tantangan dan tanggung jawab besar. Salah satu tantangan terbesar yang beliau hadapi adalah mendidik siswa yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tua mereka. "Pernah saya bertemu seorang siswa yang sangat sulit untuk fokus belajar karena jarang bertemu dengan orang tuanya. Ini menjadi pelajaran berharga bagi saya bahwa pendidikan bukan hanya soal mengajar ilmu, tetapi juga memberi perhatian dan kasih sayang kepada siswa," ungkap beliau dengan penuh keprihatinan.

Beliau selalu berusaha untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan yang baik kepada setiap siswa yang beliau didik. Bagi beliau, pendidikan tidak hanya membentuk kecerdasan otak, tetapi juga karakter dan moralitas generasi muda. Beliau mengingatkan bahwa tugas seorang pendidik adalah menjadi teladan, mendengarkan dengan penuh empati, dan memberikan pengajaran yang mendalam untuk membentuk generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga berbudi pekerti luhur. Di sisi lain, menjadi seorang pendidik di era yang penuh dengan teknologi dan informasi yang begitu cepat berkembang membawa tantangan tersendiri. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Pak Selamet adalah bagaimana cara menjaga perhatian siswa di tengah gempuran teknologi dan distraksi digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun