Mohon tunggu...
Nasywa Maulidya Putri
Nasywa Maulidya Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa baru di salah satu politeknik di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Generasi Milenial Generasi Sandwich

11 Januari 2024   14:00 Diperbarui: 11 Januari 2024   16:56 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : https://theconversation.com/

Generasi sandwich sedang ramai dibicarakan publik. Banyak generasi milenial yang terjebak di dalamnya. Beberapa dari mereka yang sedang dalam masa produktif harus memenuhi kebutuhan orang banyak, yaitu generasi atas dan bawahnya. Hampir 25% dari generasi milenial merupakan generasi sandwich. 

Awalnya, generasi sandwich ditujukan untuk wanita yang "terjepit" di antara pasangan, anak, orangtua, dan majikan. Namun saat ini, istilah generasi sandwich juga ditujukan untuk pria.

Terdapat perbedaan tekanan antargender generasi sandwich. Kita semua tahu, wanita cenderung memberikan pelayanan kepada orang yang lebih tua. Pelayanan ini bukan hanya fisik, tetapi juga memberikan cinta dan dukungan. Sedangkan pria memberi dukungan secara finansial.

Pandemi Covid-19 telah menempatkan banyak orang ke situasi yang tidak memuaskan. Orang-orang yang berada di dalam situasi sulit, menghadapi lebih banyak tekanan. Tingginya biaya hidup seringkali tidak sejalan dengan pendapatan yang diterima. Fenomena ini sering dipengaruhi oleh kegagalan finansial orang tua serta kurangnya perencanaan keuangan.

Rari et al. (2022) melakukan penelitian mengenai perbandingan tingkat kebahagiaan antara generasi sandwich dan generasi non-sandwich. Didapatkan hasil dari penelitian ini bahwa variabel kesehatan dan pendapatan lebih memiliki pengaruh terhadap tingkat kebahagiaan generasi sandwich, dibandingkan variabel jumlah tanggungan anggota keluarga dan waktu luang yang tidak berpengaruh secara langsung.

Banyaknya anggota keluarga yang ditanggung menyebabkan generasi sandwich berpeluang mengalami burn out atau kelelahan fisik dan mental. Hal ini terjadi karena mereka akan selalu mengalami kekhawatiran jika ada salah satu yang tidak bisa terpenuhi kebutuhannya, sehingga mereka bahkan tidak bisa menabung. Prioritas mereka adalah memenuhi kebutuhan hidup orang lain.

Rasa bersalah juga menjadi dampak dari generasi sandwich. Perasaan karena gagal sebagai tulang punggung keluarga. Namun, ketika karir mereka cemerlang pun tidak akan merasa puas. Hal ini terjadi karena mereka akan berusaha keluar dari ketakutan akan kekurangan dana untuk menghidupi anggota keluarga yang jumlahnya banyak. Saat keuangan sedang menipis di waktu yang medesak, akan timbul perasaan cemas karena adanya pilihan sulit dan memerlukan keputusan dalam waktu cepat.

Memutus pola generasi sandwich bukanlah hal yang mudah. Meski begitu, jika Anda sedang terjebak dalam situasi generasi sandwich, yakinlah bahwa Anda tidak sendiri. Komunikasikanlah dengan kerabat Anda, prioritaskan kebutuhanmu bukan keinginanmu, cobalah mencari tambahan sumber penghasilan serta atur keuanganmu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun