Mata saya terbuka lebar saat mendengarkan suara merdu bang Judika. Antusiasme, semangat, dan keingintahuan menyesakkan dada, tak sabar mendengar tutur kata para calon Indonesia-1. Sayang, kemauan otak untuk terus membuka mata semakin tidak berkompromi saat menyimak acara debat malam ini.Â
Ya, saya hanya bertahan hingga segmen ketiga dari enam segmen. Itupun, beberapa menit saya selingi dengan berbincang-bincang. Bagaimana tidak, jawaban keduanya sama-sama nanggung. Baik paslon 01 maupun 02 tidak memberikan jawaban yang membuat hati,Â
"Nah ini, ini nih presiden gue nantinya."Â
Sepertinya, suara hati tersebut akan berteriak saat Nurhadi-Aldo memberikan argumen. Hehehe, lelucon yang epic.Â
Segmen satu, keduanya membeberkan tentang visi dan misi dengan topik "Hukum, HAM, Terorisme dan Korupsi". Nol-Satu berbangga diri atas Indonesia maju. Sedangkan Nol-Dua menyodorkan Indonesia Menang. Ada satu hal yang membangunkan telinga dari apa yang disampaikan capres Nol-Satu.
"Memang, kita masih memiliki beban pelanggaran HAM berat masa lalu. tidak mudah menyelesaikannya. Karena masalah kompleksitas hukum, masalah pembuktian dan waktu yang terlalu jauh Harusnya ini sudah selesai setelah peristiwa itu terjadi. Tapi, kami tetap berkomitmen untuk menyelesaikan masalah HAM ini."
Teringat akan sesuatu?
Ya, dia sedang mengangkat salah satu kelemahan Nol-Dua, dimana sang capres tersandung kasus HAM pada era presiden kedua. Oke, tusukan pertama. Debat kali ini layaknya sedang bermain Pirate Roulette. Dimana masing-masing pasangan calon akan bergantian menusuk lawannya, dan jika salah tusuk maka akan menimbulkan respon penggemar yang mengagetkan. Pada segmen satu, Nol-Dua terlihat lebih siap dengan meminimalkan mata untuk melirik contekan. Baik capres maupun cawapres terlihat lebih dinamis dan enak didengar, dengan pembagian konteks yang cantik.
Pada segmen dua, gairah untuk saling nusuk semakin memanas. Nol-Dua memulai dengan melemparkan kasus dipenjaranya Kepala Desa karena menunjukkan dukungan. Nol-Satu tidak mau kalah. Sang capres mengingatkan seluruh rakyat Indonesia akan berita hoaks yang dilakukan salah satu timses Nol-Dua. Disertai dengan teriakan histeris tim hore di belakang mereka. Sayang, sang cawapres irit bicara. Sungguh kontras dengan Nol-Dua yang aktif menceritakan berbagai pengalaman saat blusukan hingga lupa untuk memberikan tanggapan akan pernyataan Nol-Satu.
Pada segmen ketiga pendalaman visi, tema yang diajukan seputar korupsi. Nol-Satu berbicara panjang lebar akan proses PNS yang sangat transparan. Terbukti, anaknya tidak diterima sebagai PNS. Sedangkan Nol-Dua masih mengagung-agungkan gagasannya untuk meningkatkan gaji dan menjamin kebutuhan demokrat dan pegawai negeri. Jika mereka masih korupsi? Akan dikirim ke sebuah pulau. Akankah ada nusakambangan jilid dua yang sanggup menampung begitu banyak koruptor? Kita lihat saja.
Nol-Satu istiqomah untuk mencontek catatannya, dan tak lupa menyelipkan pesan agama. Sedangkan, Nol-Dua konsisten untuk membuat pernyataan-pernyataan yang memantik imajinasi pendengar. Lucu memang. Atau memang ini strategi mereka untuk membuat debat pertama begitu garing sembari menyimpan keseruan saat debat kedua nanti?
Bapak-bapak, mohon untuk tidak sekadar jualan program. Namun, berikan jawaban yang mendalam dan cerdas sehingga memudahkan kami, rakyatmu ini, untuk mantap dalam memilih Indonesia-1. Bapak paham betul kan, bahwa negara ini butuh pasangan yang mampu membangunkan kegarangan sehingga tercipta gebrakan dan inovasi yang solutif dalam menyembuhkan penyakit-penyakit bangsa. Singkirkan ego untuk menjatuhkan lainnya, dan bantu kami pak untuk meramal kecerdasan anda!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H