Mohon tunggu...
nasywa fadhilah
nasywa fadhilah Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

saya adalah seorang pelajar yang tertarik dibeberapa isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Essay Kontra tentang Penyebaran Guru Honorer ke Wilayah 3T

20 Agustus 2023   19:55 Diperbarui: 20 Agustus 2023   21:32 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penempatan guru honorer ke daerah 3T, atau daerah yang terpencil, tertinggal, dan miskin, telah menjadi topik perdebatan selama bertahun-tahun. Beberapa orang berpendapat bahwa ini adalah solusi yang diperlukan untuk mengatasi kekurangan guru yang berkualitas di bidang ini, yang lain percaya bahwa hal itu melanggengkan ketidaksetaraan dan lebih banyak merugikan daripada kebaikan. Dalam esai ini, saya akan mengeksplorasi kontra dari penempatan guru honorer ke daerah 3T, dengan fokus pada kurangnya pelatihan dan kualifikasi, melanggengkan ketimpangan, dan kurangnya komitmen untuk mengajar jangka panjang.

Guru honorer kekurangan yang diperlukan pelatihan dan kualifikasi. Guru honorer adalah orang yang tidak terlatih secara profesional atau tidak memenuhi syarat sebagai guru, tetapi direkrut untuk mengajar di daerah terpencil karena kekurangan guru yang berkualitas.

Meskipun niat mereka mungkin baik, kurangnya pelatihan dan kualifikasi dapat mengakibatkan pendidikan siswa di bawah standar. Menurut studi yang dilakukan oleh Bank Dunia, guru honorer di Indonesia rata-rata hanya menyelesaikan pendidikan 10 tahun, dibandingkan dengan 12 tahun yang dibutuhkan untuk guru profesional. Kurangnya pelatihan dan kualifikasi ini dapat berdampak negatif pada kualitas pendidikan yang diberikan kepada siswa di daerah 3T, yang berhak mendapatkan akses ke pendidikan berkualitas yang memenuhi standar nasional.

Penempatan guru honorer melanggengkan ketimpangan. Penempatan guru honorer ke daerah 3T seringkali dipandang sebagai solusi sementara untuk masalah yang lebih besar, melanggengkan anggapan bahwa siswa di daerah tersebut tidak layak mendapatkan kualitas pendidikan yang sama dengan di perkotaan. Alih-alih mengerahkan guru honorer, sumber daya harus dialokasikan untuk mempekerjakan dan melatih guru profesional untuk daerah-daerah tersebut. 

Ini tidak hanya akan memberikan siswa pendidikan yang berkualitas, tetapi juga menciptakan peluang kerja bagi individu di wilayah ini. Selain itu, penempatan guru honorer dapat mengakibatkan kurangnya konsistensi dan stabilitas siswa di daerah 3T, karena seringkali mereka ditempatkan dalam waktu singkat sebelum pindah ke kesempatan lain.

Tidak mudah bagi guru muda bertahan melebihi batas waktu, atau kembali lagi ke sekolah sasaran, karena di daerah 3T fasilitas kesehatan dan pendidikan kurang, apalagi bagi mereka yang akan segera menikah. Mengajar di daerah 3T pasti sangat mengesankan, tapi untuk bertahan tetap tinggal rasanya mereka perlu waktu berpikir.

#Amerta2023 #KsatriaAirlangga #UnairHebat
#AngkatanMudaKsatriaAirlangga #BanggaUNAIR
#BaktiKamiAbadiUntukNegeri #Ksatria7_Garuda4
#ResonansiKsatriaAirlangga #ManifestasiSpasial
#GuratanTintaMenggerakkanBangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun