Mohon tunggu...
Nasywa Ridelia Syafitri
Nasywa Ridelia Syafitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Departemen Pendidikan Non Formal, Universitas Negeri Padang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Pemberdayaan Perempuan melalui Pendidikan Nonformal untuk Kemajuan Sosial

20 Oktober 2024   14:01 Diperbarui: 20 Oktober 2024   14:03 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemberdayaan perempuan menjadi salah satu aspek penting dalam upaya menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera. Dengan memberikan hak dan kesempatan yang setara bagi perempuan, mereka dapat berperan aktif dalam berbagai bidang, mulai dari ekonomi, pendidikan, hingga politik. Pemberdayaan ini tidak hanya mencakup lingkungan formal seperti sekolah atau tempat kerja, tetapi juga melalui program pendidikan non-formal yang berperan besar dalam memberdayakan perempuan. Program pendidikan non-formal, seperti pelatihan keterampilan, pendidikan keaksaraan, dan pemberdayaan ekonomi, membantu perempuan untuk lebih mandiri dan berdaya dalam mengembangkan potensi mereka. Oleh karena itu, pemberdayaan perempuan melalui program pendidikan nonformal sangat penting untuk membangun masyarakat yang berdaya.

Ada beberapa alasan mengapa pemberdayaan perempuan itu penting,

yang pertama melalui program pendidikan non-formal, perempuan dapat memperoleh keterampilan baru yang mendukung kemandirian ekonomi mereka. Berbagai pelatihan seperti menjahit, kerajinan tangan, atau kewirausahaan sering kali diberikan dalam program pendidikan nonformal untuk perempuan, terutama di daerah pedesaan. Program ini memberikan bekal bagi perempuan untuk menciptakan usaha sendiri dan menjadi lebih mandiri secara finansial.  


Yang kedua pemberdayaan perempuan dapat mengurangi Angka Buta Aksara di Kalangan Perempuan. Salah satu masalah yang sering dihadapi perempuan, terutama di daerah pedesaan, adalah buta aksara. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) angka buta huruf pada perempuan sebesar 6,32%.  pada 2020. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan angka buta huruf pada laki-laki yang mencapai 4,92%. Program pendidikan non-formal yang berfokus pada keaksaraan dasar membantu perempuan untuk bisa membaca, menulis, dan berhitung. Dengan kemampuan ini, perempuan dapat lebih mudah mengakses informasi, mengikuti perkembangan zaman, dan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi maupun sosial.


Yang ketiga adalah dapat membangun Kepercayaan Diri dan Kemampuan Berbicara di Depan Umum. Selain keterampilan praktis, pemberdayaan perempuan melalui pendidikan non-formal juga berfokus pada pengembangan kepercayaan diri. Melalui kegiatan seperti diskusi kelompok atau pelatihan kepemimpinan, perempuan didorong untuk menyampaikan pendapat mereka dan berani berbicara di depan umum. Dengan meningkatnya kepercayaan diri, perempuan bisa lebih berani terlibat dalam proses pengambilan keputusan, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat.


Selanjutnya ialah meningkatkan Kesadaran Kesehatan dan Gizi Keluarga, Pemberdayaan perempuan juga erat kaitannya dengan peningkatan kesadaran akan pentingnya kesehatan dan gizi keluarga. Melalui program pendidikan non-formal, seperti penyuluhan kesehatan ibu dan anak atau pelatihan terkait pola makan sehat, perempuan dibekali pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas kesehatan keluarga, tetapi juga menjadikan perempuan sebagai agen perubahan.


Yang terakhir ialah mencegah Perkawinan Anak. Berdasarkan data United Nations Children's Fund (UNICEF) tahun 2023, Indonesia menduduki peringkat ke-empat terkait perkawinan anak dengan jumlah kasus sebanyak 25,53 juta. Dengan program dari Pendidikan non-formal diharapkan dapat mencegah perkawinan anak yang masih marak terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Melalui program pendidikan tentang hak-hak anak dan pentingnya pendidikan bagi perempuan, banyak lembaga non-formal berupaya memberikan pemahaman kepada perempuan muda mengenai hak-hak mereka untuk mengejar pendidikan dan menunda pernikahan. Program ini membantu mengurangi angka perkawinan anak dengan meningkatkan kesadaran dan aspirasi perempuan muda untuk melanjutkan pendidikan.


Secara keseluruhan, pemberdayaan perempuan melalui program pendidikan nonformal memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Dengan meningkatkan keterampilan ekonomi, mengurangi buta aksara, membangun kepercayaan diri, meningkatkan kesadaran kesehatan, dan mencegah perkawinan anak, program-program ini memberikan dampak nyata dalam kehidupan perempuan. Semua argumen ini menunjukkan bahwa pendidikan non-formal dapat menjadi salah satu sarana utama dalam memberdayakan perempuan, terutama di daerah-daerah dengan keterbatasan akses pendidikan formal. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat perlu terus mendukung dan memperluas program-program pemberdayaan perempuan agar lebih banyak perempuan yang dapat berdaya dan berperan aktif dalam pembangunan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun