Penaklukkan Konstantinopel oleh Muhammad Al - Fatih. Dalam film Fetih 1453 yang ditonton oleh teman saya, Amanda Tiara Putri, diceritakan seorang pemuda bernama Muhammad Al - Fatih berhasil menaklukkan satu kota bernama Konstantinopel diusianya yang masih muda yaitu 21 tahun.
Menurut cerita yang saya dengar dari Tiara, sebenarnya mimpi untuk menaklukkan Konstantinopel itu adalah impian ayahnya Muhammad Al - Fatih yaitu Sultan Murad II. Tetapi karena sang ayah sudah tidak sanggup lagi karena keterbatasan usia, akhirnya tugas untuk menaklukkan Konstantinopel tersebut diturunkan kepada anaknya.
Sejak kecil Muhammad Al - Fatih dilatih mempelajari berbagai ilmu pengetahuan seperti ilmu peperangan, ilmu geografi, ilmu - ilmu agama, bahkan bahasa. Sebagai bekal persiapan untuk peperangan yang akan dihadapinya nanti. Karena saat akan berperang dengan wilayah jadi bisa jadi bahasa dan kebiasaan yang ada di wilayah tersebut berbeda. Bahkan kebiasaan - kebiasaan wilayah itu juga dipelajari agar tau dan paham trik bagaimana cara menguasai wilayah itu.
Seiring bertambahnya usia Muhammad Al-Fatih semakin mahir menggunakan senjata perang, bahkan ia juga sudah menjadi hafidz diusianya yang masih muda itu. Dalam suatu hadits pun dikatakan akan ada seorang pemimpin dengan pasukan terbanyak yang akan menaklukkan kota Roma dan Konstantinopel. Akhirnya, dengan semangat Muhammad Al-Fatih dididik untuk menaklukkan kota itu. Walaupun pada akhirnya hanya Konstantinopel saja yang berhasil ditaklukkan.
Perang pun berlangsung selama berbulan - bulan, sampai terjadinya gencatan senja. Genjatan senjata maksudnya adalah penghentian perang atau kondisi dimana tidak ada lagi aksi berperang. Hingga akhirnya banyak pasukan yang menyerah, karena mereka sudah kebingungan atau kehabisan cara untuk menaklukkan kota itu. Padahal mereka sudah mempersiapkan banyak hal untuk memenangkan perang itu dan mereka sudah banyak berlatih juga banyak mempelajari ilmu peperangan. Tetapi tetap saja, sangat sulit untuk menaklukkannya. Akhirnya Muhammad Al - Fatih memilih untuk gencatan senjata untuk merenung sambil marah - marah. Lalu, datanglah gurunya Muhammad Al - Fatih mengajaknya berjalan - jalan dan bertanya kepada Muhammad Al - Fatih apa masalahnya. Kemudian, Muhammad Al - Fatih bercerita betapa sulitnya menaklukkan kota itu.
Diberilah pencerahan dan nasehat oleh gurunya bahwa segala yang kita miliki, kepintaran, kekuasaan, dan apapun itu tidak ada artinya jika bukan karena kehendak Allah SWT. Akhirnya, Muhammad Al - Fatih tersadar akan hal itu dan mulai berusaha lagi dengan mengerjakan amalan - amalan yang lebih banyak bahkan sampai amalan - amalan terkecil pun dan benar - benar menjauhi maksiat. Karena Muhammad Al-Fatih tidak ingin kesalahan - kesalahan sekecil itu membuat kegagalan atas perjuangannya.
Setelah itu, mereka memulai peperangan lagi dengan usaha dan penuh semangat. Akhirnya kota Konstantinopel berhasil ditaklukkan pada tanggal 29 Mei 1453.
Menurut Tiara, pelajaran yang dapat kita ambil dari film ini adalah kepintaran, kecerdasan, atau banyaknya ilmu yang kita miliki belum tentu cukup maka, jika ingin berhasil dalam segala urusan yang kita inginkan, harus atas ridho Allah SWT.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI