Fitur ChatGPT sebagai salah satu teknologi kecerdasan buatan (AI)
Memasuki era yang serba digital seperti sekarang ini, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak manusia yang telah memanfaatkan berbagai macam perkembangan teknologi yang ada. Beberapa teknologi yang tercipta dapat memberikan dampak baik atapun buruk bagi para penggunannya. Â Teknologi-teknologi yang telah berkembang tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi segala aktivitas manusia dalam kesehariannya untuk mempermudah dan meminimalisir waktu yang ada. Perkembangan yang terjadi di era digital ini bersangkutan erat dengan penggunaan internet, platform digital, media sosial, robot AI, dan lain sebagainya. Semua hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja manual manusia yang telah tergantikan dengan majunya teknologi yang terjadi.
Salah satu teknologi yang tengah berkembang dan menjadi tren pada masyarakat saat ini adalah munculnya suatu aplikasi berbasis chatbot berkecerdasan buatan yang dapat mesimulasikan percakapan dengan penggunanya selayaknya manusia. Chatbot ini sebagai bentuk baru dari robot AI yang beroperasi melalui platform digital dan dapat diakses ketika sudah mengunduh aplikasinya ataupun langsung dari website yang tersedia. Adanya bentuk baru dari teknologi ini banyak dimanfaatkan masyarakat untuk kebutuhan informasi yang ingin mereka dapatkan secara singkat tanpa harus bersusah payah mencari atau membaca dari sumber cetak atau jurnal yang harus dipahami secara mendalam.
Chatbot yang sedang ramai dibicarakan saat ini dikenal dengan sebutan ChatGPT. Secara garis besar, ChatGPT adalah sebuah perangkat lunak yang berupa model bahasa generatif dengan menggunakan teknologi canggih untuk menjawab apa yang ditanyakan atau diminta oleh pengguna. Pengimplementasian teknologi yang dipakai dalam sistem operasi ChatGPT memungkinkan untuk memprediksi kata atau kalimat selanjutnya ketika sedang melakukan sebuah percakapan. Meskipun masih berupa prototipe, kemampuan ChatGPT dalam menanggapi bahasa manusia dan memberikan respon yang sesuai konteks terstruktur dengan baik.
Dampaknya terhadap mahasiswa, baik atau buruk?
Pengguna ChatGPT biasanya berasal dari kalangan muda yang memanfaatkan fitur ini untuk sekadar menjadi teman berbincang atau bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan iseng yang diajukan kepada chatbot tersebut. Akan tetapi, karena sistem operasi ChatGPT yang telah menginput banyak data dan bisa menjawab pertanyaan dengan terstruktur dan benar, tidak jarang banyak mahasiwa memanfaatkannya untuk keperluan akademik dengan bertanya lewat fitur ChatGPT. Â Jika dilihat dari sisi efesiensi waktu yang didapat, memang akan sangat berguna dan mempermudah para mahasiswa ini untuk mengerjakan tugasnya lewat ChatGPT, tetapi jika penggunaan fitur ChatGPT ini dilakukan terus-menerus untuk membantu menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan pemenuhan tugas kuliah, akan berdampak bagi kemampuan mahasiswa dalam berpikir dan memecahkan suatu masalah karena jawaban yang mereka ingin dapatkan akan diperoleh dengan sangat mudah.
Hal tersebut menimbulkan banyak pro dan kontra terhadap hadirnya kecerdasan buatan ini. Ada yang berpendapat bahwa ChatGPT sangat membantu para mahasiswa dalam memahami materi dan mengerjakan tugas perkuliahan. Ada juga yang berpendapat bahwa ChatGPT membuat para mahasiswa di generasi milenial menjadi malas berpikir dan akan selalu bergantung pada teknologi kecerdasan buatan ini yang mengakibatkan  menurunkan kemampuan berpikir kritis dan  problem solving yang seharusnya mahasiswa miliki. Selain itu, jika mahasiswa menggunakan fitur ChatGPT untuk mengerjakan tugas kuliah atau membantu dalam menemukan suatu jawaban yang berkaitan dengan akademik, sangat berisiko terkena plagiarisme dan kecurangan.
Sebenarnya, ChatGPT dapat dimaanfaatkan untuk mencari bahan referensi yang mempermudah pencarian sumber data yang lebih valid sebagai rujukan mahasiswa untuk keperluan akademiknya. Bukan berarti semua jawaban yang didapatkan dari hasil bot tersebut dapat dipercaya sepenuhnya dan disalin secara keseluruhan untuk pemenuhan tugas perkuliahan, melainkan mahasiswa bisa saja untuk memanfaatkan hadirnya ChatGPT ini sebagai tools untuk menjembatani pencarian materi ke sumber yang lebih relevan dan kuat. Maka dari itu, kehadiran ChatGPT di dunia pendidikan terhadap kualitas berpikir mahasiswa harus diperhatikan lebih lanjut supaya bisa dirumuskan kebijakan dalam penggunaannya. Hal tersebut dilakukan agar kemampuan mahasiswa dalam berpikir tetap dapat dipertahankan dengan memaksimalkan penggunaan ChatGPT secara bijak.
Suka atau tidak suka, perkembangan teknologi di zaman ini akan terus berjalan dan berkembang ke arah yang lebih canggih dan serba efisien. Seperti dengan adanya teknologi kecerdasan buatan ini yang kebanyakan digunakan mahasiswa untuk memenuhi keperluan akademiknya. Semuanya tergantung dengan cara bagaimana setiap mahasiswa dapat bijak dalam menggunakannya dan tidak selalu bergantung terhadap fitur ChatGPT dalam setiap pengerjaan tugas perkuliahan yang ada. Hal ini dikarenakan supaya kemampuan berpikir kritis bagi mahasiswa tidak usang dan proses pemahaman materi perkuliahan dapat dipahami dengan optimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H