Mohon tunggu...
Nasya Elistia Putri
Nasya Elistia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga 2024

Mahasiswa Universitas Airlangga Fakultas Vokasi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

ChatGPT: Tantangan dan Potensi dalam Era Digital

8 Desember 2024   21:37 Diperbarui: 8 Desember 2024   23:12 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


ChatGPT atau Conversational Generative Pre-training Transformer adalah model bahasa generatif yang dikembangkan oleh OpenAI menggunakan teknologi deep learning untuk menghasilkan teks yang realistis dan beragam. Model ini dibuat dengan menggunakan arsitektur transformer yang dapat memproses teks lebih panjang dan menghasilkan teks yang lebih kompleks dibandingkan model sebelumnya (OpenAI, 2022).

Kemampuan ChatGPT dalam menghasilkan teks yang jelas, koheren, dan informatif tentang berbagai topik menjadikannya alat yang sangat bermanfaat di berbagai bidang. Namun, di balik kecanggihan tersebut, terdapat sejumlah tantangan yang perlu diperhatikan, khususnya dalam hal memastikan keakuratan informasi yang diberikan.

Potensi ChatGPT:

  • Akses ke Informasi Luas: Memberikan jawaban atas pertanyaan dengan menggabungkan berbagai konsep dan informasi sehingga menghasilkan ide-ide yang unik dan relevan.
  • Pemahaman Konteks yang Mendalam: Mampu memahami konteks keseluruhan dari suatu percakapan atau permintaan sehingga menghasilkan ide yang sesuai dengan topik yang sedang dibahas.
  • Kreativitas: Membantu dalam menulis cerita pendek, puisi, skrip, bahkan artikel blog.
  • Kemampuan Berpikir Divergen: Menghasilkan banyak ide yang berbeda untuk satu topik atau permasalahan tertentu.

Tantangan ChatGPT:

  • Akurasi Informasi: Penyebaran informasi yang salah atau menyesatkan dapat berdampak negatif pada opini publik dalam pengambilan keputusan
  • Transparasi Penggunaan Data: Kurangnya transparasi mengenai bagaimana data pengguna digunakan dapat menimbulkan tidakpercayaan. Pengguna perlu mengetahui bagaimana data mereka diproses dan untuk tujuan apa.
  • Ketergantungan: Ketergantungan yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kemampuan berpikir kritis kita. Kita akan menjadi kurang terlatih dalam mencari sumber informasi yang relevan dan terpercaya secara mandiri.

Perbandingan dengan teknologi sebelumnya

ChatGPT dan chatbot biasa adalah dua teknologi yang digunakan untuk memudahkan interaksi antara manusia dengan mesin. Namun, ada perbedaan signifikan antara keduanya. ChatGPT menggunakan teknologi AI yang lebih canggih daripada chatbot biasa, seperti OpenAI. Hal ini memungkinkan ChatGPT untuk memahami konteks percakapan dengan lebih baik dan memberikan respons yang lebih relevan. Selain itu, ChatGPT juga memiliki kemampuan untuk belajar dari setiap interaksi dengan pengguna. Semakin sering digunakan maka semakin pintar pula ChatGPT dalam memberikan respons yang sesuai. Dalam hal ini, chatbot biasa tidak sehebat ChatGPT karena hanya dapat memberikan respons berdasarkan aturan-aturan tertentu yang telah diprogramkan sebelumnya.

Dengan kemampuan belajar dari setiap interaksi, ChatGPT dapat menjadi lebih baik dari waktu ke waktu dalam memberikan respons yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Sebagai contoh, jika seorang pengguna sering mengajukan pertanyaan tentang topik tertentu, ChatGPT akan secara otomatis mempelajari topik tersebut dan mampu memberikan respons yang lebih baik di masa depan.

Studi Kasus, Dampak Misinformasi tentang Covid-19

Misalnya, munculnya informasi palsu tentang vaksin Covid-19 yang berbahaya atau tidak efektif menyebabkan banyak orang enggan di vaksin. Hal ini memperlambat upaya pengendalian pandemi. Beredarnya teori konspirasi tentang asal-usul virus dan penanganan pandemi telah memicu perpecahan di masyarakat dalam menghadapi krisis kesehatan global.

Respon dan Pilihan Kebijakan Umum

Mengingat potensi besar sekaligus tantangan yang ditimbulkan oleh ChatGPT, diperlukan respons yang komprehensif dan kolaboratif dari berbagai pihak. Seperti meningkatkan literasi digital. Mengintegrasikan pendidikan literasi digital ke dalam kurikulum sekolah sejak dini dilakukan dengan cara melakukan kampaye besar-besaran untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memverifikasi informasi berita hoax. Selain itu, Regulasi yang tepat juga menjadi respon yang komprehensif dengan mewajibkan platfrom media sosial dan penyedia layanan AI untuk lebih transparan mengenai algoritma dan data yang mereka gunakan. Menetapkan tanggung jawab hukum bagi penyebar informasi palsu dan platform yang memfasilitasi penyebarannya. Mengembangkan standar etika untuk pengembangan dan penggunaan AI, termasuk ChatGPT.

Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa kemajuan teknologi dengan kecerdasan buatan seperti ChatGPT memberikan kebaruan dalam dunia teknologi saat ini. Kemampuannya dalam menghasilkan teks yang menyerupai manusia membuka peluang baru dalam berbagai bidang, mulai dari layanan pelanggan hingga kreativitas. Namun, dibalik potensi besarnya ChatGPT juga membawa sejumlah tantangan, seperti akurasi informasi, transparasi penggunaan data, dan pengangguran. Untuk itu, diperlukan kolaborasi antara pemerintahan dan masyarakat untuk mengembangkan kebijakan dan regulasi yang tepat, serta meningkatkan literasi digital masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun