Mohon tunggu...
Nasril Aril
Nasril Aril Mohon Tunggu... -

seorang anak bangsa yang tak henti berusaha mengejar cita cita...senang menulis dan fotografi...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kota Mati (Bagian Ke-3)

28 Oktober 2013   23:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:54 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

PERANG DI MULAI

Beberapa jam sebelum kejadian. Pukul 12.00 Pm

Langit begitu cerah. Cuaca begitu panas menusuk kulit. Polusi udara masih saja menjadi penghias hari hari di kehidupan kota. Dari layar handphone seorang lelaki menonton berita di salah satu stasiun TV swasta di Indonesia.

…….Ada sebuah peristiwa yang terjadi di provinsi lowgar afganistan. peristiwa ini masih menjadi pertanyaan besar bagi pemerintah afganistan. diperkirakan korban yang jatuh sudah sebanyak 50 orang. departemen kesehatan setempat mengkonfirmasi peristiwa ini adalah sebuah wabah penyakit yang sangat mematikan. Pemerintah afganistan masih berusaha mencari tahu asal muasal wabah ini. Demikian info dari mancarnegara, kita akan lanjutkan berita selanjutnya setelah jedah iklan berikut ini

“dunia ini semakin aneh saja” sahut Irman

“ada apa man ?”

“ah ini tadi aku lihat berita di afganistan”

“ooo….ngomong ngomong cuaca kok panas sekali” berkata Sari pada Irman

“jangan heran Sar.. sekarang memang cuaca lagi panas panasnya. Tapi kamu tahu tidak pemanasan global itu sebenarnya hanya bohong ?”

“ah yang benar saja man….”

“ya begitulah….itu yang aku dapat di banyak situs di internet. Tapi yang terpenting cara kita menjaga lingkungan yang harus di utamakn. E”

“iya juga sih…eh ngomong ngomong kamu mau pulang kerumah ?” tanya Sari

“iya nih Sar…aku mau pulang saja. Lagipula tidak ada lagi yang ingin aku kerjakan di kampus”

“kalau begitu kita pulang sama sama yah!”

“oke Sari”

Mereka pun meninggalkan taman yang mereka tempati tadi bercengkrama berdua. Mereka melawati lorong lorong kampus yang besar itu. Saling sapa dengan kenalan mereka. tiba terdengar suara teriakan dari depan kampus. Mereka berdua mengira bahwa didepan kampus terjadi bentrokan antar mahasiswa. Tapi ini lain, ini berbeda. Ini bukan bentrokan mahasiswa.

“ada apa didepan man..??” tanya Sari

“aku tak tahu…ayo kita liat” belum lagi mereka sampai didepan untuk melihat keadaan sebenarnya tiba tiba datang seorang teman mereka.

“kita harus lari dari kampus ini!”

“ada apa ril ? tanya Irman kepada Aril

“pokoknya kita harus pergi dari kampus ini. Sebaiknya kalian kembali kerumah kalian”

“ada apa sebenarnya ril ?”. tanpa menjawab pertanyaan Irman ,Aril langsung saja pergi meninggalkan mereka berdua. Irman masih menyimpan pertanyaan didalam benaknya.

“Man..lihat?” sahut Sari kepada Irman

Suatu keanehan terjadi. Orang orang berubah menjadi sangat agresif. Beberapa mahasiswa mencoba menghalau orang agresif itu. Tapi yang terjadi adalah mereka digigit olehnya. Mahasiswa lainnya segera berlari meninggalkan kampus yang telah berubah menjadi tempat penuh darah.

“Irman….Irmaaaann” teriak Sari membangunkan Irman yang terheran heran melihat orang orang berubah dan saling menggigit

“Irman ayo kita pergi” sahut Sari pada Irman

Mereka berdua berlari menulusuri lorong demi lorong dikampus besar itu. Mereka berusaha menuju tempat parkiran motor dan meninggalkan kampus naas itu. Dengan segera Irman menyalakan motornya dan membonceng Sari.

“apa yang sebenarnya terjadi man ?” tanya Sari yang berada dibelakang motor Irman

“aku tidak tahu, aku belum pernah melihat kejadian seperti ini. Orang orang berubah menjadi kanibal. Ini tidak masuk akal. Aku harus membawa kamu kerumah orang tua mu. Coba kau telpon ayah atau ibu mu!”

“baiklah, aku akan menelpon mereka”. Sari pun mencoba menelpon orang tuanya. Berkali kali dia mencoba menelpon tapi tak ada jawaban sama sekali.

“tidak ada yang angkat telepon ku man”

“coba sekali lagi, mungkin berhasil”

Sari pun menelpon ayahnya untuk sekian kalinya. Dan ayahnya pun mengangkat t  elepon dari Sari

“ayah ..ayah..halooo”

“Sari kamu baik baik saja ?” tanya ayah Sari

“iya…aku baik baik saja ayah bagaimana dengan ayah?” tanya Sari kepada ayahnya

“aku tidak yakin nak…”

“maksud ayah ?”.

Tuuuuttt,,,,tuuuuttt,,,tuuuuuttt

“ayah,,,,,ayaaahh” teriak Sari. Telepon mereka pun putus begitu saja. Hal itu membuat Sari semakin khawatir dengan keadaan ayah dan ibunya.

“bagaimana Sar..orang tua mu baik baik saja”

“aku tidak tau man….tiba tiba telepon putus. Aku khawatir dengan ayah dan ibu ku man. Aku khawatir” dengan suara sedih Sari menceritakan kepada Irman

“tenang saja Sar…kita akan ke rumah mu. Mungkin ayah dan ibu mu sudah sampai dirumah”

“tapi bagaimana dengan mu man ?”

“tenang saja, orang tua ku berada diluar kota. Mungkin mereka baik baik saja. Nanti aku akan menelpon mereka”

Dari kejauhan asap asap hitam mulai mengalun alun di udara. Ini menandakan sesuatu yang buruk. Irman masih saja memacu motornya dengan kecepatan tinggi untuk segera sampai dirumah sari. Baginya yang terpenting sekarang adalah bagaimana agar Sari selamat dan bertemu dengan orang tuanya. Irman bahkan tidak memperdulikan keselamatannya sendiri. Karena baginya Sari adalah sahabat yang sangat berharga. Sahabat yang selalu membantunya jika dia dalam masalah. Saatnya bagi Irman untuk membalas kebaikan Sari selama ini.

Motor Irman terus menulusuri jalan raya menuju kerumah Sari. Yang terlihat selama perjalanan hanya orang orang yang berlari menghindari para kanibal kanibal itu. Selain itu banyak helicopter polisi dan TNI melintas di udara.

Kkhhhhiiiiiikkkk…..brrruuuukkkk

Motor yang digunakan oleh Irman tiba tiba lepas kendali dan menjatuhkan mereka berdua

“sari…sari..kamu baik baik saja ?” tanya Irman dengan khawatir

“aarrhh…aku baik baik saja Cuma lecet sedikit”

“haa,,syukurlah kamu baik baik sja. Motornya rusak kita tidak bisa menggunakan motor itu lagi. Kita jalan kaki saja. Rumah mu sudah tidak terlalu jauh dari sini”

“baiklah man…”

“kita cari apotek dulu. Kita harus rawat lukamu”

“tapi dimana man ? bagaimana kalau kita bertemu dengan kanibal itu”

Irman pun mencari alat untuk melawan para kanibal itu jika mereka bertemu. Irman mengambil sebuah tongkat besi dipinggiran jalan

“ini dia Sar…kita gunakan ini” jawab irman sambil memperlihatkan tongkat besi yang dia dapatkan

“ayo kita jalan” sahut Irman

Irman pun membantu Sari berjalan mencari Apotek untuk merawat luka Sari. Mereka berdua berjalan dengan sangat hati hati. Jangan sampai para kanibal itu menemukan mereka.

“haa akhirnnya,,,itu dia apotek”

Mereka mulai masuk kedalam apotek yang terlihat sepi itu. Dengan berhati hati Irman membuka pintu apotek sambil mengambil langkah siaga dengan tongkat besinya jikalau di bertemu dengan kanibal itu

Aaaaaaarrrrrhhhhhaaaaaa…….

Seorang kanibal tiba tiba menerjang Irman dengan sangat cepat. Irman berusaha melawan kanibal itu akan tetapi tongkatnya terjatuh jauh.

Brrruuk…….

Seseorang memukul kanibal yang berusaha menerkam Irman dengan tongkat besi Irman. Ternyata itu adalah Sari.

“kamu baik baik saja man ?” tanya Sari

“aku baik baik saja…hei kamu ternyata hebat memukul juga ya” tanya Irman dengan senyuman khas nya

“Sari kamu tunggu disini, aku akan cari obat untuk luka mu”

Irman pun mennggeledah apotek sepi itu untuk mencari obat. Setelah beberapa menit menggeledah Irman pun mendapatkan apa yang dia cari

“ini dia Sar…” Irman dengan lincah mengobati luka yang di alami oleh Sari.

“aku tidak menyangka akan mengalami hari seperti ini. Beberapa jam yang lalu semua masih dalam keadaan normal” berkata Sari dengan perasaan sedih

“tidak ada yang bisa menghindari takdir Sar”

“ia aku tahu,,,tapi bukan takdir yang seperti ini yang aku ingin kan. Ini diluar batas kemampuan kita”

“mungkin ini hukuman yang di berikan Tuhan kepada kita. Manusia terlalu banyak melakukan dosa”

Sari pun hanya bisa menangis melihat peristiwa yang akan merubah hidupnya. Tak ada seorang pun mengharapkan ini terjadi. Tidak Irman tidak juga Sari.

“bagaimana luka mu sar ?” tanya Irman

“agak mendingan. Ayo kita lanjtukan perjalanan”

“tapi kamu tidak apa apa kan ?”

“iya man….”

Mereka berdua melanjutkan perjalanan kerumah sari. Dijalan beberapa kali mereka bertemu dengan para kanibal itu. Tapi dengan kekuatan fisik yang dimiliki oleh Irman, dia mengahantam satu persatu kanibal yang berusaha menggigit mereka.darah bercucuran dimana mana. Disepanjang jalan yang ada hanya mayat para korban kanibal itu.

Mereka akhirnya sampai pada sebuah rumah minimalis yang lumayan besar. Rumah itu adalah rumah Sari. Mereka dengan langkah seribu masuk kedalam rumah itu untuk berlindung dari para kanibal dan tentunya mencari orang tua Sari.

“ayaaahh….ibuuuu….” panggil Sari yang berusaha mencari orang tuanya

“ayaaahh….ibuuuu….” tak ada jawaban sama sekali.

“aku rasa mereka belum sampai”

Mendengar perkataan Irman Sari semaki bersedih dan mengeluarkna air matanya

“tenanglah Sar…akau yakin mereka baik baik saja” sari pun menyandarkan kepalanya di bahu Irman untuk menenangkan pikiran nya

“hei Sari….ayo kita naik kelantai di atas. Kita bisa liaht keadaan dari lantai paling atas”

Mereka naik ke lantai paling atas rumah mewah dan tinggi itu. Mereka melihat pemandangan yang tak pernah mereka pikirkan sebelumnya. Kota itu sudah hancur. Ini seperti keadaan perang seperti di Negara timur tengah sana. Kebakaran dimana mana, suara heli dengan keras melintas di langit, dan teriakan orang orang yang menjerit. Sungguh tak pernah terbayangkan.

“perang baru saja dimulai”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun