3.FOMO (Fear of Meassing Out)
FOMO mendorong Generasi Z untuk membandingkan hidup mereka dengan apa yang ditampilkan oleh orang lain di media sosial. Mereka sering kali melihat versi terbaik dari kehidupan orang lain, yang dapat merusak harga diri dan menciptakan perasaan tidak cukup baik. Ketika mereka merasa hidup mereka tidak sebanding dengan pencapaian orang lain, ini dapat mengarah pada depresi dan ketidakpuasan terhadap diri sendiri.
Faktor yang Mempengaruhi Dampak Negatif Media Sosial
1. Obsesi pada Validasi Sosial
Beberapa individu merasa terdorong untuk mendapatkan perhatian melalui jumlah "likes" atau komentar pada postingan mereka. Ini sering kali mencerminkan kebutuhan akan pengakuan dan validasi dari orang lain, yang dapat menjadi indikator ketidakamanan dalam diri mereka. Ketergantungan pada respons positif dari media sosial dapat mempengaruhi harga diri dan kesejahteraan mental mereka.
2.Pengaruh terhadap Citra Diri
Media sosial sering kali digunakan untuk membangun citra tertentu di depan publik. Individu dengan kebutuhan tinggi untuk tampil sempurna mungkin hanya membagikan momen-momen terbaik dalam hidup mereka, menciptakan tekanan untuk mempertahankan citra tersebut. Hal ini dapat menyebabkan inkongruensi antara citra diri yang ditampilkan secara online dan kenyataan, berpotensi merusak kesehatan mental.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa paparan terhadap konten visual di media sosial dapat memicu perasaan rendah diri dan ketidakpuasan terhadap penampilan fisik di kalangan Generasi Z. Konten yang menampilkan standar kecantikan ideal sering kali menyebabkan individu merasa tidak cukup baik, yang berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Penelitian ini menyoroti pentingnya kesadaran akan dampak negatif dari media sosial terhadap citra tubuh dan kesehatan mental.
Sebagai contoh, akhir-akhir ini banyak sekali para remaja yang melakukan operasi plastik. Ahli bedah plastik, Norman Rowe mengatakan bahwa media sosial telah memengaruhi remaja untuk melakukan operasi plastik, dengan catatan bahwa sekitar 50% peningkatan kasus operasi plastik pada remaja terjadi sejak lima tahun lalu. Hal tersebut terjadi karena sering melihat foto selebritis dan influencer di media sosial yang tampaknya memiliki kehidupan yang sempurna. Ia membandingkan dirinya dengan mereka, merasa tidak puas dengan penampilannya sendiri. Ia mulai merasa tertekan untuk selalu tampil sempurna dan mengikuti tren terbaru di media sosial. Ketika tidak mendapatkan jumlah “likes” atau komentar positif yang diharapkannya, rasa percaya dirinya menurun drastis. Akibat tekanan tersebut, Sarah memutuskan untuk melakukan operasi plastik. Ia ingin memiliki penampilan yang lebih ideal, seperti yang ditampilkan oleh selebriti dan influencer favoritnya di Instagram. Ia merasa bahwa dengan melakukan operasi plastik, ia dapat meningkatkan kepercayaan dirinya dan membuatnya lebih populer di media sosial. Setelah prosedur, ia merasa sedikit lebih percaya diri, tapi masih merasa kurang lengkap. Ia terus memandang dirinya sendiri dengan kritikal, merasa bahwa penampilannya masih tidak sempurna. Meskipun media sosial memberikan platform untuk ekspresi diri, ia juga dapat menciptakan tekanan yang signifikan bagi remaja untuk memenuhi standar kecantikan yang tidak realistis.
Strategi Mengatasi Dampak Negatif
1.Edukasi tentang Dampak Media Sosial
Berikan pemahaman tentang potensi dampak negatif dari media sosial, seperti cyberbullying dan standar kecantikan yang tidak realistis. Pengetahuan ini dapat membantu remaja lebih kritis terhadap apa yang mereka lihat di platform tersebut.
2.Pilih Konten Secara Bijak
Sarankan untuk mengikuti akun-akun yang positif dan inspiratif, serta menghindari konten yang dapat merusak citra diri mereka. Ini membantu menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat.
3.Kembangkan Kemampuan Kritis
Ajarkan untuk menganalisis informasi yang mereka konsumsi di media sosial. Dorong mereka untuk mempertanyakan keaslian konten dan memahami bahwa banyak gambar yang diedit atau disajikan dengan cara tertentu tidak mencerminkan kenyataan.
4.Fokus pada Interaksi Offline
Ajak untuk terlibat dalam aktivitas di luar ruangan, seperti olahraga, seni, atau kegiatan sosial lainnya. Ini membantu mereka mengalihkan perhatian dari media sosial dan memperkuat hubungan sosial di dunia nyata.