Mohon tunggu...
Rizky Syahfitri Nst
Rizky Syahfitri Nst Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Magister Sains Psikologi, Universitas Sumatera Utara, Angkatan 2013 | Youth Governance 2007 Shanghai-China | Duta Remaja 2005 | Purna Paskibraka Indonesia 2004 | Kontributor ceritamedan.com | Penggagas @MedanHeritage

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Save Our Medan Heritage

19 November 2014   22:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:23 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun tidak semua dari kegiatan Medan Heritage Tour berupa aksi, akan tetapi di setiap kegiatan selalu ada unsur edukatif yang diselipkan agar para pengunjung paham dengan misi dari kegiatan tersebut. Akan tetapi, kegiatan yang berupa aksi sangat tampak pada kegiatan ketiga yakni, Pasar Seni dan Kuliner Medan.

[caption id="attachment_336563" align="aligncenter" width="300" caption="Pasar Seni dan Kuliner Medan"]

14163827031341136205
14163827031341136205
[/caption]

Dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Oktober dan Hari Ulang Tahun ABRI pada tanggal 5 Oktober, Medan Heritage Tour menginisiasi kegiatan tersebut dan alasan ini yang menjadi dasar pemeilihan Taman Ahmad Yani sebagai veneu kegiatan. Kegiatan yang berlangsung di Taman Ahmad Yani, Kota Medan ini melibatkan hampir 40 komunitas yang berkegiatan seni dan melakukan beberapa aksi di taman kota tersebut.

Taman Ahmad Yani yang terletak di Jalan Jendral Sudirman ini merupakan taman yang terletak di pusat Kota Medan. Uniknya, taman ini juga memiliki Monumen Ahmad Yani, dimana tangan kanannya menunjukkan kea rah kanan dan wajahnya menoleh ke arah kiri. Semenjak keberadaan monumen tersebut, maka taman ini dipugar dan resmi menjadi taman kota.

[caption id="attachment_336562" align="aligncenter" width="300" caption="Sekar Gunung"]

14163826211887672618
14163826211887672618
[/caption]

Kegiatan yang menghadirkan Ki Heru Wiryono MH sebagai pematung, menjadikan kegiatan ini menjadi lebih hidup dan edukatif. Sebab, para pengunjung mendapatkan informasi seputar “Kisah di Balik Monumen Ahmad Yani.” Ki Heru yang biasa dikenal sebagai sebutan Sekar Gunung mengaku bahwa bentuk dari monumen tersebut ada hubungannya dengan kisah politik di masa itu.

Beliau memaparkan bahwa wajah Ahmad Yani yang menoleh ke kiri dan tangan kanan yang menunjuk ke arah kanan adalah Ahmad Yani yang menyerukan kepada kaum kiri atau garis keras yakni, kaum komunis (PKI) untuk berpindah haluan yaitu ke kaum religi atau partai Islam. Monumen yang baru saja selesai pada tahun 1968  ini diakui oleh Sekar Gunung memiliki banyak hambatan dalam pengerjaannya, mulai dari pembiayaan sampai kesepakatan Presiden akan bentuk yang didesainnya.

Sekar Gunung mengungkapkan bahwa beliau sangat prihatin atas pewarnaan yang dilakukan oleh pihak Pemerintah Kota pada Monumen Ahmad Yani karyanya. “Sebab bagi saya yang namanya monumen ya warna abu-abu batu. Sejak awal tidak saya beri warna karena saya ingin monumen ini lebih terlihat natural,” tegas Sekar Gunung.

[caption id="attachment_336564" align="aligncenter" width="300" caption="Membalut Kain Putih Pada Monumen Ahmad Yani"]

14163829511153037840
14163829511153037840
[/caption]

Atas dasar inilah Medan Heritage Tour melakukan aksi pengembalian bentuk asli dari Monumen Ahmad Yani tersebut. Aksi berupa membalut kain putih ke Monumen Ahmad Yani yang memiliki tinggi 11 meter tersebut. Ini dilakukan sekitar 20 orang yang memanjat monumen tersebut dengan menggunakan tangga. Aksi ini juga dilakukan secara resmi dengan mendapat izin dari pengelola taman.

Selain itu, Pasar Seni dan Kuliner Medan juga mengadakan aksi biofori taman. Aksi biofori adalah aksi membuat lubang-lubang pada tanah, lalu diisi dengan sampah kompos yang berfungsi sebagai daerah resapan air pada musim hujan dan penyuburan tanah pada musim kemarau. Hal ini dilakukan karena Taman Ahmad Yani yang tergolong kategori taman kota terbesar di Kota Medan, masih memiliki penyerapan air yang belum seimbang. Hal ini tampak di saat musim hujan tiba dan kondisi taman acap kali tergenang. Ini yang mendasari kami melakukan aksi biofori di taman tersebut. Aksi ini di pandu oleh Komunitas Taman dan diikuti hampir sekitar 200 pengunjung pada siang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun